30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Sumut Krisis Ketauladanan Pemimpin

Dari Dialog Pengurus Wilayah Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (Himmah) Sumatera Utara

MEDAN- Pilgubsu yang dilangsungkan tahun depan diharapkan menampilkan para calon pemimpin Sumut yang berkualitas dan amanah. Pengalaman pahit atas hasil Pilkada di sejumlah daerah jangan sampai terulang. Masyarakat harus lebih matang memilih calon pemimpin Sumut lima tahun ke depan. Demikian intisari dialog pengurus wilayah Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (PW Himmah) Sumut di Hotel Wisma PHI Jalan Gatot Subroto, Jumat (22/6).

Dialog yang mengmabil tema ‘’ Mencari Solusi Krisis Ketauladanan Pemimpin Bangsa’’ itu menghadirkan narasumber DR RE Nainggolan, Chairuman Harahap, dan Kamaluddin Harahap.

Menyampaikan pemikirannya, RE Nainggolan, menegaskan pemimpin adalah figur yang mampu menyerap keinginan rakyat lewat program-program pembangunan. Tak hanya berpikir strategis, seorang pemimpin juga figur yang mampu menjalankan tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) secara sistematis demi target daerah tersebut. ‘

’Tapi pemimpin juga harus mampu merubah karakter sosial yang negatif,’’ katanya. RE menekankan masyarakat lebih jernih melihat siapa yang mampu memimpin Sumut ke depan. Solusi soal kepemimpinan ada di tangan rakyat sendiri karena memilih pemimpin jangan lagi seperti ‘memilih kucing dalam karung’.

Kamaluddin Harahap mengatakan output pemilihan langsung untuk memilih kepala daerah tercatat lebih mengedepankan gesekan kepentingan politik. Sebagai contoh, dia mengatakan, hasil  perdana Pilkada Wali Kota Medan yang memenangkan pasangan Abdillah dan Ramli justru berakhir tragis sekaligus menyeret keduanya ke pengadilan. Begitu juga pasangan Syamsul-Gatot. ‘’Saat ini Sumut masih krisis ketauladanan kepemimpinan,’’ katanya. Kamaluddin melihat Pengganti Syamsul yakni Plt Gubsu Gatot Pujonugroho dinilai belum bisa dijadikan teladan karena kurang menghargai waktu dan tak disiplin saat melayani masyarakat. ‘’Gatot juga baru masih baru di Sumut. Baru terbilang 4 tahun atau serupa ‘bayi dibawah lima tahun’ (balita) lamanya menginjak kaki di Sumut, dan mendadak jadi Plt Gubsu pula. Boleh dibilang dia tak paham karakter sosial politik Sumut. Kepemimpinannya  tak bisa menjadi keterwakilan  multietnis di Sumut,” ungkapnya.

Sementara, Chairuman Harahap mengingatkan krisis kepemimpinan dan ketauladanan di Sumut dapat dilihat dari kasus hukum adanya Dai yang tiba-tiba tersangkut dugaan korupsi. Tak ada yang berani ambil risiko memberikan pembelaan. ‘’Jadi pemimpin itu harus punya keberanian dan bertanggungjawab. Berani mengambil kebijakan dan berani juga menerima risiko,’’ ujarnya. (ari)

Dari Dialog Pengurus Wilayah Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (Himmah) Sumatera Utara

MEDAN- Pilgubsu yang dilangsungkan tahun depan diharapkan menampilkan para calon pemimpin Sumut yang berkualitas dan amanah. Pengalaman pahit atas hasil Pilkada di sejumlah daerah jangan sampai terulang. Masyarakat harus lebih matang memilih calon pemimpin Sumut lima tahun ke depan. Demikian intisari dialog pengurus wilayah Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (PW Himmah) Sumut di Hotel Wisma PHI Jalan Gatot Subroto, Jumat (22/6).

Dialog yang mengmabil tema ‘’ Mencari Solusi Krisis Ketauladanan Pemimpin Bangsa’’ itu menghadirkan narasumber DR RE Nainggolan, Chairuman Harahap, dan Kamaluddin Harahap.

Menyampaikan pemikirannya, RE Nainggolan, menegaskan pemimpin adalah figur yang mampu menyerap keinginan rakyat lewat program-program pembangunan. Tak hanya berpikir strategis, seorang pemimpin juga figur yang mampu menjalankan tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) secara sistematis demi target daerah tersebut. ‘

’Tapi pemimpin juga harus mampu merubah karakter sosial yang negatif,’’ katanya. RE menekankan masyarakat lebih jernih melihat siapa yang mampu memimpin Sumut ke depan. Solusi soal kepemimpinan ada di tangan rakyat sendiri karena memilih pemimpin jangan lagi seperti ‘memilih kucing dalam karung’.

Kamaluddin Harahap mengatakan output pemilihan langsung untuk memilih kepala daerah tercatat lebih mengedepankan gesekan kepentingan politik. Sebagai contoh, dia mengatakan, hasil  perdana Pilkada Wali Kota Medan yang memenangkan pasangan Abdillah dan Ramli justru berakhir tragis sekaligus menyeret keduanya ke pengadilan. Begitu juga pasangan Syamsul-Gatot. ‘’Saat ini Sumut masih krisis ketauladanan kepemimpinan,’’ katanya. Kamaluddin melihat Pengganti Syamsul yakni Plt Gubsu Gatot Pujonugroho dinilai belum bisa dijadikan teladan karena kurang menghargai waktu dan tak disiplin saat melayani masyarakat. ‘’Gatot juga baru masih baru di Sumut. Baru terbilang 4 tahun atau serupa ‘bayi dibawah lima tahun’ (balita) lamanya menginjak kaki di Sumut, dan mendadak jadi Plt Gubsu pula. Boleh dibilang dia tak paham karakter sosial politik Sumut. Kepemimpinannya  tak bisa menjadi keterwakilan  multietnis di Sumut,” ungkapnya.

Sementara, Chairuman Harahap mengingatkan krisis kepemimpinan dan ketauladanan di Sumut dapat dilihat dari kasus hukum adanya Dai yang tiba-tiba tersangkut dugaan korupsi. Tak ada yang berani ambil risiko memberikan pembelaan. ‘’Jadi pemimpin itu harus punya keberanian dan bertanggungjawab. Berani mengambil kebijakan dan berani juga menerima risiko,’’ ujarnya. (ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/