26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Herma Dora Sembiring Mengelola Fahmi Cookies

Herma Dora Sembiring, SH tak pernah menyangka kalau bisnis kue yang dikelolanya bisa berjalan sukses.

Anita Sunuaji, Medan

KUE: Herna Dora Sembiring menunjukan  kue kering buatannya  kediamannya Jalan Luku I, Djamin Ginting Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
KUE: Herna Dora Sembiring menunjukan kue kering buatannya di kediamannya Jalan Luku I, Djamin Ginting Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Wanita yang akrab disapa Dora ini memberi nama usahanya dengan nama Fahmi Cookies  sesuai dengan nama putra semata wayangnya M Fahmi Rizky Ginting, sudah 8 tahun menjalani bisnis kue keringnya.

Padahal, awalnya ia menjalani bisnis kuenya dengan modal yang sangat minim.

Ditemui di kediaman rumahnya, Jalan Luku I Gg Kali No.12, Doran tampak bersama beberapa karyawannya tampak sibuk membuat salah satu jenis kue berbahan kurma. Ada juga yang mencelupkan kurma yang sudah diisi kacang gongseng ke dalam panci berisikan cokelat yang sudah dicairkan. Sementara yang lain terlihat sibuk memasukkan kue ke dalam toples. Begitulah sibuknya Dora memenuhi pesanan kue mendekati Lebaran ini.

Ya, pesanan kuenya semakin banyak. Hal ini membuat Dora dan karyawannya sering kerepotan. “Pesanan sudah banyak. Kalau kita tolak gak enak juga, tapi memang itulah rezeki juga. Alhamdulillah,” ujarnya tersenyum.

Untuk saat ini, Dora sudah membuat sekitaran 45 jenis kue. Kue yang paling diminati dan merupakan kue yang spesial karena belum banyak dijual, yakni keju bawang goreng.

Kue ini sangat renyah, saat dimakan akan terasa rapuh dan lembut, belum lagi rasa bawang gorengnya yang cukup enak di lidah. Kemudian, ada kue kulata qurma yang diisi dengan kacang tanah yang sudah digongseng lalu dicelupkan dicokelat cair. Ada lagi kue Salad Fahmi, dimana di atasnya terdapat buah-buahan. “Jadi, kue kita juga tidak pasaran dan tak kalah seperti kue yang sudah dikenal pada umumnya seperti kue nastar, bangkit, black forist, almond,” kata Dora lagi.

Tahun lalu, Dora menghabiskan 1 ton kue untuk dagangannya. Tahun ini juga hampir sama, bisa menghabiskan satu ton kue yang berhasil dijualnya berdasarkan pesanan. Sedangkan omset yang diperolehnya per hari yang diperolehnya sekitar Rp3-Rp4 juta. “Kalau yang pesannya hanya 2 sampai 5 toples, maka si pemesan ambil langsung kuenya ke rumah saya. Tapi kalau pesanannya sampai  200 kil seperti pesanan rumah sakit, maka kita yang antarkan pesanannya,” tuturnya.

Padahal, awal merintis kuenya, Dora hanya bermodalkan oven gas yang dipinjamnya dari tantenya. Kini, Dora tak perlu lagi meminjam oven karena sudah memiliki oven gas ukuran besar 3 buah. Tidak sampai di situ saja, Dora juga dapat membeli mesin pengadon tepung dari Taiwan.

“Padahal saya tidak pernah memromosikan lue saya saat merintis dulu, hanya dari mulut ke mulut dari keluarga dan tetangga sekitarnya yang mempromosikan kue saya tanpa saya minta. Alhamdulillah. Sekarang kue kering ini sudah saya edarkan ke rumah-rumah sakit seperti di Rumah Sakit Adam Malik, Putri Hijau, Permata Bunda, Malahayati serta Puskesmas Pancur Batu, bahkan sampai ke Kota P.Siantar, dan Aceh. Ini juga semua berkat keluarga yang terus mendukung,” kenangnya penuh syukur.

Untuk itu Dora selalu berusaha menjaga kepercayaan konsumennya. Makanya, meski harga bahan baku sudah naik, Dora tetap tidak menaikkan harga jual kue keringnya agar tak mengecewakan konsumen. Ia juga tidak mau berbuat curang dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak bermutu. “Semua takaran kue tidak kita kurangi agar rasanya tak kurang, seperti keju dan cokelat. Kalau keju bola itu dari Newzeland dan selebihnya barang dari Jakarta kita pesan melalui toko. Untuk bahan-bahan lainnya seperti gula kita gunakan gula asli yang diblender sendiri, tepung yang berkualitas dan pengolesnya menggunakan telur bebek asli,” tuturnya.

Menurutnya, jika berlaku jujur tanpa mengurangi kualitas, maka rezeki akan mengalir. Makanya Dora berharap agar di beri Allah jalan, sehingga mampu menerima banyak orderan. Sebab, banyak orderan maka ia semakin membuka lapangan pekerjaan. “Anak-anak yang masih sekolah sambil mengisi waktu libur, saya pekerjakan. Tentunya membantu mereka. Saya berharap mereka juga bisa menyerap ilmu dari pekerjaan sebagai pembuat kue kering ini, sehingga mereka bisa membuat untuk diri sendiri,” ujarnya penuh tulus.

Kini, Dora berkeinginan membuka toko sendiri. Tapi hal itu belum bisa terwujud karena butuh modal yang besar. (*)

Herma Dora Sembiring, SH tak pernah menyangka kalau bisnis kue yang dikelolanya bisa berjalan sukses.

Anita Sunuaji, Medan

KUE: Herna Dora Sembiring menunjukan  kue kering buatannya  kediamannya Jalan Luku I, Djamin Ginting Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
KUE: Herna Dora Sembiring menunjukan kue kering buatannya di kediamannya Jalan Luku I, Djamin Ginting Medan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Wanita yang akrab disapa Dora ini memberi nama usahanya dengan nama Fahmi Cookies  sesuai dengan nama putra semata wayangnya M Fahmi Rizky Ginting, sudah 8 tahun menjalani bisnis kue keringnya.

Padahal, awalnya ia menjalani bisnis kuenya dengan modal yang sangat minim.

Ditemui di kediaman rumahnya, Jalan Luku I Gg Kali No.12, Doran tampak bersama beberapa karyawannya tampak sibuk membuat salah satu jenis kue berbahan kurma. Ada juga yang mencelupkan kurma yang sudah diisi kacang gongseng ke dalam panci berisikan cokelat yang sudah dicairkan. Sementara yang lain terlihat sibuk memasukkan kue ke dalam toples. Begitulah sibuknya Dora memenuhi pesanan kue mendekati Lebaran ini.

Ya, pesanan kuenya semakin banyak. Hal ini membuat Dora dan karyawannya sering kerepotan. “Pesanan sudah banyak. Kalau kita tolak gak enak juga, tapi memang itulah rezeki juga. Alhamdulillah,” ujarnya tersenyum.

Untuk saat ini, Dora sudah membuat sekitaran 45 jenis kue. Kue yang paling diminati dan merupakan kue yang spesial karena belum banyak dijual, yakni keju bawang goreng.

Kue ini sangat renyah, saat dimakan akan terasa rapuh dan lembut, belum lagi rasa bawang gorengnya yang cukup enak di lidah. Kemudian, ada kue kulata qurma yang diisi dengan kacang tanah yang sudah digongseng lalu dicelupkan dicokelat cair. Ada lagi kue Salad Fahmi, dimana di atasnya terdapat buah-buahan. “Jadi, kue kita juga tidak pasaran dan tak kalah seperti kue yang sudah dikenal pada umumnya seperti kue nastar, bangkit, black forist, almond,” kata Dora lagi.

Tahun lalu, Dora menghabiskan 1 ton kue untuk dagangannya. Tahun ini juga hampir sama, bisa menghabiskan satu ton kue yang berhasil dijualnya berdasarkan pesanan. Sedangkan omset yang diperolehnya per hari yang diperolehnya sekitar Rp3-Rp4 juta. “Kalau yang pesannya hanya 2 sampai 5 toples, maka si pemesan ambil langsung kuenya ke rumah saya. Tapi kalau pesanannya sampai  200 kil seperti pesanan rumah sakit, maka kita yang antarkan pesanannya,” tuturnya.

Padahal, awal merintis kuenya, Dora hanya bermodalkan oven gas yang dipinjamnya dari tantenya. Kini, Dora tak perlu lagi meminjam oven karena sudah memiliki oven gas ukuran besar 3 buah. Tidak sampai di situ saja, Dora juga dapat membeli mesin pengadon tepung dari Taiwan.

“Padahal saya tidak pernah memromosikan lue saya saat merintis dulu, hanya dari mulut ke mulut dari keluarga dan tetangga sekitarnya yang mempromosikan kue saya tanpa saya minta. Alhamdulillah. Sekarang kue kering ini sudah saya edarkan ke rumah-rumah sakit seperti di Rumah Sakit Adam Malik, Putri Hijau, Permata Bunda, Malahayati serta Puskesmas Pancur Batu, bahkan sampai ke Kota P.Siantar, dan Aceh. Ini juga semua berkat keluarga yang terus mendukung,” kenangnya penuh syukur.

Untuk itu Dora selalu berusaha menjaga kepercayaan konsumennya. Makanya, meski harga bahan baku sudah naik, Dora tetap tidak menaikkan harga jual kue keringnya agar tak mengecewakan konsumen. Ia juga tidak mau berbuat curang dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak bermutu. “Semua takaran kue tidak kita kurangi agar rasanya tak kurang, seperti keju dan cokelat. Kalau keju bola itu dari Newzeland dan selebihnya barang dari Jakarta kita pesan melalui toko. Untuk bahan-bahan lainnya seperti gula kita gunakan gula asli yang diblender sendiri, tepung yang berkualitas dan pengolesnya menggunakan telur bebek asli,” tuturnya.

Menurutnya, jika berlaku jujur tanpa mengurangi kualitas, maka rezeki akan mengalir. Makanya Dora berharap agar di beri Allah jalan, sehingga mampu menerima banyak orderan. Sebab, banyak orderan maka ia semakin membuka lapangan pekerjaan. “Anak-anak yang masih sekolah sambil mengisi waktu libur, saya pekerjakan. Tentunya membantu mereka. Saya berharap mereka juga bisa menyerap ilmu dari pekerjaan sebagai pembuat kue kering ini, sehingga mereka bisa membuat untuk diri sendiri,” ujarnya penuh tulus.

Kini, Dora berkeinginan membuka toko sendiri. Tapi hal itu belum bisa terwujud karena butuh modal yang besar. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/