25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Menanti Kebangkitan Wisata dan Kearifan Lokal

Kemeriahan dunia pariwisata Danau Toba yang sedang mati suri, tengah dibangkitkan lagi. ‘Wibawa’ Danau Toba sebagai destinasi wisata terkemuka di dunia coba ditegakkan melalui Festival Danau Toba, 8-14 September mendatang. Seperti apa persiapannya?

Sejak di mulai pada 1980, Pesta Danau Toba atau yang biasa disingkat PDT belum menghasilkan dampak maksimal. Bahkan, masyarakat cenderung menyatakan pelaksanaan PDT tidak tepat sasaran. Jangankan menghadirkan gelombang wisatawan asing, wisatawan lokal pun tidak terlalu tertarik Kini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjamin, penyelenggaraan PDT yang berganti nama menjadi Festival Danau Toba ini dikmas lebih menarik. Selain menampilkan berbagai acara kebudayaan dari Sumatera Utara, even tahunan yang telah di ambil alih oleh Kementrian ini akan memanfaatkan danau sebagai venue lomba renang mengelilingi Danau Toba selama 3 hari 2 malam.

Lomba renang ini bertajuk World Super Swim yang menghadirkan eksebisi 4 atlit juara renang internasional yaitu Thomas Lurz dari Jerman, Spyridon Gianniotis dari Yunani, Martina Grimaldi dari Italia dan Poliana Okimoto dari Brazil yang akan mengelilingi pulau Samosir di Danau Toba. Lomba renang rakyat juga akan diramaikan oleh 1000 perenang amatir.

“Kita harus akui, even olahraga akan menarik minat masyarakat untuk hadir dalam festival. Sebut saja, Tour de Singkarak, atau Tour de France,” ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar dalam Konferensi Pers Festival Danau Toba di Hotel Danau Toba Medan, kemarin (22/8).
Selain renang mengelilingi Danau Toba, event olahraga yang menjadi program unggulan adalah Lomba Solu Bolon yang menampilkan 17 perahu dayung berukuran 12 meter, masing-masing menampung 1 tim beranggotakan 22 atlit. Selain itu juga akan dihelat Lomba Paralayang yang akan menampilkan nomor water landing yang unik.

Dari kekayaan budaya, Festival Danau Toba dengan bangga menghelat World Drum Festival yang melibatkan seniman perkusi terkenal dari 7 negara antara lain Amerika Serikat, Afrika, Jepang, Malaysia, Singapura, Myanmar dan dari dalam negeri. Selain itu sejumlah agenda budaya akbar seperti Karnaval Sigale-gale yang menampilkan kekhasan adat Batak sigale-gale, gorga, ulos, gondang, topeng Batak dan tandok yang dipastikan akan memeriahkan Festival Danau Toba, seperti juga Lomba Menyanyi yang saat ini sudah 1.000 peserta terdaftar untuk ikut serta.

Rencananya, Festival ini akan dilaksanakan 8 hingga 14 September mendatang dan dipastikan akan menjadi agenda tahunan tetap. “Tepatnya setiap minggu kedua dari bulan September akan dijadikan jadwal pelaksanaan Festival Danau Toba,” lanjut Sapta.

Festival ini diperkirakan akan menelan biaya kurang dari Rp10 miliar yang berasal dari Kementrian Pariwisata, APBD Kabupaten Samosir selaku tuan rumah, dan APBD Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu). “Dari kementrian sekitar Rp1,6 mliar, dari Pemrov sebesar Rp3,2 miliar dan dari Kabupaten Samosir Rp1,6 miliar. Inilah anggaran yang kita gunakan, walaupun ada sponsor yang ikut serta,” ujar Sapta.

Untuk acara yang bertaraf internasional, biaya yang digunakan tersebut termasuk rendah. Bahkan, untuk kelas event nasional juga bisa dikatakan masih sangat rendah. Tetapi, karena ini merupakan event perdana, dan acara yang dilaksanakan tidak terlalu banyak, jadi biaya tersebut masih bisa dikatakan tertuttupi. “Kalau agenda prioritas, bisa dikatakan acara utama hanya sebanyak 5 acara,” lanjutnya.

Wisatawan asing yang berkunjung ke Danau Toba sebanyak 250 ribu orang pada 2012 yang lalu. Dan dengan festival ini, diharapkan mampu meningkatkan angka wisman yang hadir ke Danau Toba hingga 1 juta orang, sesuai target dari kementrian. “Kalau acara ini berhasil, maka modal yang digunakan untuk membuat acara ini akan kembali, bahkan bisa dikatakan lebih besar dari PAD Sumut sendiri,” ujar Sapta.

Wakil Gubernur Sumatera Utara, T Erry Nuradi yang hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa Tahun ini, lanjutnya FDT langsung diambil alih oleh Kemenparekraf agar lebih menyasar segmen pasar dunia.

“Di samping bertujuan melestarikan adat dan budaya juga diharapkan menjadi media terhadap daya tarik wisata di seluruh kawasan Danau Toba dan potensi kreativitas masyarakatnya,” ujarnya.

Perlu disampaikan, lanjut Wagubsu, jumlah kunjungan wisatawan ke Sumut sesuai data BPS tahun 2010 sebanyak 191.466 wisatawan, sedangkan tahun 2011 sebanyak 223.126 serta tahun 2012 sebanyak 241.833 wisatawan  kemudian target capaian kenaikan pada tahun 2013.

“Kalau satu juta saja kunjungan wisatawan dapat tercapai maka sebagai mana kita ketahui bahwa dari setiap orang wisatawan mancanegara harus mengeluarkan biaya perjalanan dengan angka minimal 1000 dolar amerika dan apabila dikalikan satu juta orang wisatawan berarti sudah 10 Triliun lebih setiap tahun,” katanya.

Kegiatan ini, lanjutnya, mengangkat budaya lokal yang dikemas secara profesional. Salah satunya adalah Karnaval Sigale-gale. Acara unik dan penuh warna ini diyakini akan menarik perhatian bukan saja warga lokal atau wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara.

Karnaval Sigale-gale yang digelar tak hanya sekadar satu jenis seni pertunjukan Batak saja. Akan ditampilkan pula Gorga (seni ukir khas batak), Gondang (seni musik khas batak), Topeng Batak, Tandok (wadah dari anyaman khas batak), dan tentu saja keberadaan Ulos yang menjadi ikon Batak di dunia fashion. Juga Tor Sawan, Renang, Lomba World Drum, olah Raga Air juga akan digelar alat musik tradisional dan lain-lain.

Kearifan budaya lokal ini dikemas dalam tampilan profesional, sehingga mampu menunjukkan bahwa budaya Batak yang merupakan bagian dari budaya nasional Indonesia, merupakan salah satu keunggulan negeri ini.

Ketua Panitia Festival Danau Toba yang juga Bupati Samosir, Mangindar Simbolon menegaskan, panitia akan menyediakan fasilitas food court dengan sajian makanan halal. “Harga yang diberikan juga disesuaikan dengan makanan. Tidak akan ditemukan makanan yang sangat mahal,” ujarnya.

Untuk penginapan sendiri, di akuinya hotel di Prapat dan Samosir tidak akan mampu menampung para pengunjung. Karena itu, panitia sudah menyediakan home stay, yang terdiri dari rumah masyarakat setempat, serta tempat-tempat pertemuan yang disulap menjadi kawasan penginapan. “Penginapan untuk penuh sebesar 80 persen saat acara FDT berlangsung. Dan kita yakin, permintaan akan meningkat mengingat acara ini belum di mulai. Karena itu, kita sudah persiapkan diri dengan menyediakan home stay, dan penyewaan tenda,” lanjutnya.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia, Solahuddin menyambut baik rencana menjadikan festival ini sebagai agenda tetap even wisata. Ia menyatakan bahwa tanggal pelaksanaan yang tidak menentu merupakan salah satu alasan gagalnya PDT sebelumnya. “Pada umumnya, para pejalan dari luar negeri membutuhkan waktu minimal 1 tahun untuk merencanakan perjalanan. Nah, dengan waktu yang tidak tetap ini jelas kita bigung untuk menjualnya ke masyarakat internasional,” ujarnya yang hadir dalam kesempatan tersebut.

Dirinya menambahkan, untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke festival ini, pelaksanaanya yang harus kontinu. “Lombok menjadi seperti saat ini sejak di promosikan hampir 10 tahun yang lalu. Sedangkan Bali sudah di perkenalkan sejak tahun 1923. Jadi, untuk Festival Danau Toba, setidaknya dibutuhkan waktu minimal 5 tahun lah. Mengingat Danau Toba memang sudah dikenal luas,” tambahnya. (ram/mag-9)

Kemeriahan dunia pariwisata Danau Toba yang sedang mati suri, tengah dibangkitkan lagi. ‘Wibawa’ Danau Toba sebagai destinasi wisata terkemuka di dunia coba ditegakkan melalui Festival Danau Toba, 8-14 September mendatang. Seperti apa persiapannya?

Sejak di mulai pada 1980, Pesta Danau Toba atau yang biasa disingkat PDT belum menghasilkan dampak maksimal. Bahkan, masyarakat cenderung menyatakan pelaksanaan PDT tidak tepat sasaran. Jangankan menghadirkan gelombang wisatawan asing, wisatawan lokal pun tidak terlalu tertarik Kini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjamin, penyelenggaraan PDT yang berganti nama menjadi Festival Danau Toba ini dikmas lebih menarik. Selain menampilkan berbagai acara kebudayaan dari Sumatera Utara, even tahunan yang telah di ambil alih oleh Kementrian ini akan memanfaatkan danau sebagai venue lomba renang mengelilingi Danau Toba selama 3 hari 2 malam.

Lomba renang ini bertajuk World Super Swim yang menghadirkan eksebisi 4 atlit juara renang internasional yaitu Thomas Lurz dari Jerman, Spyridon Gianniotis dari Yunani, Martina Grimaldi dari Italia dan Poliana Okimoto dari Brazil yang akan mengelilingi pulau Samosir di Danau Toba. Lomba renang rakyat juga akan diramaikan oleh 1000 perenang amatir.

“Kita harus akui, even olahraga akan menarik minat masyarakat untuk hadir dalam festival. Sebut saja, Tour de Singkarak, atau Tour de France,” ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar dalam Konferensi Pers Festival Danau Toba di Hotel Danau Toba Medan, kemarin (22/8).
Selain renang mengelilingi Danau Toba, event olahraga yang menjadi program unggulan adalah Lomba Solu Bolon yang menampilkan 17 perahu dayung berukuran 12 meter, masing-masing menampung 1 tim beranggotakan 22 atlit. Selain itu juga akan dihelat Lomba Paralayang yang akan menampilkan nomor water landing yang unik.

Dari kekayaan budaya, Festival Danau Toba dengan bangga menghelat World Drum Festival yang melibatkan seniman perkusi terkenal dari 7 negara antara lain Amerika Serikat, Afrika, Jepang, Malaysia, Singapura, Myanmar dan dari dalam negeri. Selain itu sejumlah agenda budaya akbar seperti Karnaval Sigale-gale yang menampilkan kekhasan adat Batak sigale-gale, gorga, ulos, gondang, topeng Batak dan tandok yang dipastikan akan memeriahkan Festival Danau Toba, seperti juga Lomba Menyanyi yang saat ini sudah 1.000 peserta terdaftar untuk ikut serta.

Rencananya, Festival ini akan dilaksanakan 8 hingga 14 September mendatang dan dipastikan akan menjadi agenda tahunan tetap. “Tepatnya setiap minggu kedua dari bulan September akan dijadikan jadwal pelaksanaan Festival Danau Toba,” lanjut Sapta.

Festival ini diperkirakan akan menelan biaya kurang dari Rp10 miliar yang berasal dari Kementrian Pariwisata, APBD Kabupaten Samosir selaku tuan rumah, dan APBD Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu). “Dari kementrian sekitar Rp1,6 mliar, dari Pemrov sebesar Rp3,2 miliar dan dari Kabupaten Samosir Rp1,6 miliar. Inilah anggaran yang kita gunakan, walaupun ada sponsor yang ikut serta,” ujar Sapta.

Untuk acara yang bertaraf internasional, biaya yang digunakan tersebut termasuk rendah. Bahkan, untuk kelas event nasional juga bisa dikatakan masih sangat rendah. Tetapi, karena ini merupakan event perdana, dan acara yang dilaksanakan tidak terlalu banyak, jadi biaya tersebut masih bisa dikatakan tertuttupi. “Kalau agenda prioritas, bisa dikatakan acara utama hanya sebanyak 5 acara,” lanjutnya.

Wisatawan asing yang berkunjung ke Danau Toba sebanyak 250 ribu orang pada 2012 yang lalu. Dan dengan festival ini, diharapkan mampu meningkatkan angka wisman yang hadir ke Danau Toba hingga 1 juta orang, sesuai target dari kementrian. “Kalau acara ini berhasil, maka modal yang digunakan untuk membuat acara ini akan kembali, bahkan bisa dikatakan lebih besar dari PAD Sumut sendiri,” ujar Sapta.

Wakil Gubernur Sumatera Utara, T Erry Nuradi yang hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa Tahun ini, lanjutnya FDT langsung diambil alih oleh Kemenparekraf agar lebih menyasar segmen pasar dunia.

“Di samping bertujuan melestarikan adat dan budaya juga diharapkan menjadi media terhadap daya tarik wisata di seluruh kawasan Danau Toba dan potensi kreativitas masyarakatnya,” ujarnya.

Perlu disampaikan, lanjut Wagubsu, jumlah kunjungan wisatawan ke Sumut sesuai data BPS tahun 2010 sebanyak 191.466 wisatawan, sedangkan tahun 2011 sebanyak 223.126 serta tahun 2012 sebanyak 241.833 wisatawan  kemudian target capaian kenaikan pada tahun 2013.

“Kalau satu juta saja kunjungan wisatawan dapat tercapai maka sebagai mana kita ketahui bahwa dari setiap orang wisatawan mancanegara harus mengeluarkan biaya perjalanan dengan angka minimal 1000 dolar amerika dan apabila dikalikan satu juta orang wisatawan berarti sudah 10 Triliun lebih setiap tahun,” katanya.

Kegiatan ini, lanjutnya, mengangkat budaya lokal yang dikemas secara profesional. Salah satunya adalah Karnaval Sigale-gale. Acara unik dan penuh warna ini diyakini akan menarik perhatian bukan saja warga lokal atau wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara.

Karnaval Sigale-gale yang digelar tak hanya sekadar satu jenis seni pertunjukan Batak saja. Akan ditampilkan pula Gorga (seni ukir khas batak), Gondang (seni musik khas batak), Topeng Batak, Tandok (wadah dari anyaman khas batak), dan tentu saja keberadaan Ulos yang menjadi ikon Batak di dunia fashion. Juga Tor Sawan, Renang, Lomba World Drum, olah Raga Air juga akan digelar alat musik tradisional dan lain-lain.

Kearifan budaya lokal ini dikemas dalam tampilan profesional, sehingga mampu menunjukkan bahwa budaya Batak yang merupakan bagian dari budaya nasional Indonesia, merupakan salah satu keunggulan negeri ini.

Ketua Panitia Festival Danau Toba yang juga Bupati Samosir, Mangindar Simbolon menegaskan, panitia akan menyediakan fasilitas food court dengan sajian makanan halal. “Harga yang diberikan juga disesuaikan dengan makanan. Tidak akan ditemukan makanan yang sangat mahal,” ujarnya.

Untuk penginapan sendiri, di akuinya hotel di Prapat dan Samosir tidak akan mampu menampung para pengunjung. Karena itu, panitia sudah menyediakan home stay, yang terdiri dari rumah masyarakat setempat, serta tempat-tempat pertemuan yang disulap menjadi kawasan penginapan. “Penginapan untuk penuh sebesar 80 persen saat acara FDT berlangsung. Dan kita yakin, permintaan akan meningkat mengingat acara ini belum di mulai. Karena itu, kita sudah persiapkan diri dengan menyediakan home stay, dan penyewaan tenda,” lanjutnya.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia, Solahuddin menyambut baik rencana menjadikan festival ini sebagai agenda tetap even wisata. Ia menyatakan bahwa tanggal pelaksanaan yang tidak menentu merupakan salah satu alasan gagalnya PDT sebelumnya. “Pada umumnya, para pejalan dari luar negeri membutuhkan waktu minimal 1 tahun untuk merencanakan perjalanan. Nah, dengan waktu yang tidak tetap ini jelas kita bigung untuk menjualnya ke masyarakat internasional,” ujarnya yang hadir dalam kesempatan tersebut.

Dirinya menambahkan, untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke festival ini, pelaksanaanya yang harus kontinu. “Lombok menjadi seperti saat ini sejak di promosikan hampir 10 tahun yang lalu. Sedangkan Bali sudah di perkenalkan sejak tahun 1923. Jadi, untuk Festival Danau Toba, setidaknya dibutuhkan waktu minimal 5 tahun lah. Mengingat Danau Toba memang sudah dikenal luas,” tambahnya. (ram/mag-9)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/