26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ketuk Hati Militan demi Selamatkan Nyawa Rekan

Shameela Islam-Zulfiqar
Shameela Islam-Zulfiqar

SUMUTPOS.CO – Untuk kali keempat, Shameela Islam-Zulfiqar kembali ke Syria. Kecamuk perang dan pertumpahan darah di republik tepi Laut Mediterania itu tidak membuat perempuan 39 tahun tersebut gentar. Ancaman dan teror militan Negara Islam atau Islamic State (IS), dulu ISIL atau ISIS, di Syria juga tidak mengecilkan nyalinya.

Akhir pekan lalu Islam-Zulfiqar muncul di hadapan publik. Bukan sebagai narasumber misi kemanusiaan Inggris, tapi sebagai muslimah yang meminta belas kasihan militan. Ya, perempuan berjilbab itu berupaya menyentuh sisi humanis kelompok teroris yang bersarang di perbatasan Syria dan Iraq tersebut. Dia berharap ISIS tidak membunuh Alan Henning, sukarelawan dalam timnya, yang mereka sandera.

“Sebagai sesama muslim, saya memohon dengan sangat dan meminta kepada kalian untuk membiarkan lelaki tidak berdosa ini tetap hidup,” pinta dokter Tameside Hospital itu kepada ISIS. Dengan bantuan media, Islam-Zulfiqar mengetuk pintu hati para militan brutal tersebut agar tidak menghabisi nyawa satu-satunya sukarelawan nonmuslim dalam timnya itu.

Adegan sadis algojo ISIS saat menghabisi nyawa tiga sandera asal Amerika Serikat (AS) dan Inggris dalam tiga video yang beredar beberapa waktu lalu membuat Islam-Zulfiqar khawatir. Dia tidak mau Henning bernasib sama. Sebagai sukarelawan yang wira-wiri di Syria sejak empat tahun lalu, ibu empat anak itu tergerak untuk menyelamatkan pria yang oleh rekan satu timnya dijuluki Gadget tersebut.

“Dia (Henning) bukanlah bagian dari perjuangan kalian. Dia juga bukan orang yang layak kalian salahkan atas kebijakan-kebijakan pemerintah Barat yang memerangi kalian saat ini,” lanjut Islam-Zulfiqar. Meski sadar peluangnya kecil, penduduk Levenshulme, kawasan di sisi tenggara Manchester, itu tidak mau menyerah. Dia berusaha maksimal untuk menyelamatkan Henning.

Sabtu lalu (20/9) Barbara, istri Henning, menyuarakan harapan yang sama dengan Islam-Zulfiqar. Melalui Kementerian Luar Negeri Inggris, Barbara meminta ISIS membebaskan suaminya. Dia khawatir kelompok keji itu membunuh bapak dua anak tersebut seperti yang mereka sebut dalam video pemenggalan kepala David Haines beberapa waktu lalu.

Dalam video Haines, ISIS sekilas memperlihatkan Henning yang mereka culik pada akhir Desember lalu dan menyebut dia sebagai sasaran berikutnya. “Alan (Henning) adalah pencinta damai yang suka mengalah. Dia meninggalkan keluarga dan berkendara bersama timnya ke Syria. Bersama kolega dan teman-teman yang semuanya muslim, dia hanya mau berbuat baik dan membantu mereka yang membutuhkan,” ungkap Barbara.

Desember lalu, untuk kali keempat, Henning masuk lagi dalam tim Islam-Zulfiqar. Tim pemberani itu kembali menempuh jalur darat menuju Syria. Tujuan mereka masih sama dengan tiga misi sebelumnya, yaitu memberikan bantuan pangan dan obat-obatan kepada warga sipil korban konflik. Meski sudah tiga kali beraksi di Syria, baru kali ini penculikan menimpa tim tersebut.

“Awalnya, kami pikir penculikan ini hanya sementara. Sebab, dalam tim kami, hanya dia yang nonmuslim dan terlihat sangat Inggris,” kata Islam-Zulfiqar. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, dia semakin cemas. Sebab, Henning tidak kunjung bebas. ISIS juga tidak merespons e-mail atau telepon dari pemerintah Inggris dan Barbara. Satu-satunya petunjuk bahwa Henning masih hidup baru muncul dalam video Haines.

Kehadiran koalisi antijihad di perbatasan Iraq dan Syria membuat Islam-Zulfiqar semakin gundah. Dia khawatir ISIS yang kian terpojok karena gencarnya serangan udara pasukan koalisi malah semakin brutal. “Situasinya menjadi sangat rumit. Kami sadar, kami tidak punya banyak waktu lagi,” ungkapnya. Tapi, dia tetap berharap agar ISIS membiarkan Henning hidup dan membebaskannya.

Sebenarnya, misi kemanusiaan kali ini merupakan yang terakhir bagi Islam-Zulfiqar. Tahun depan dia berencana melanjutkan studi di Manchester University. Oleh karena itu, Desember lalu dia sengaja mengajak keempat anaknya yang beranjak remaja ke Syria. Daniyaal, Jannat, Hannah, dan Ibrahim pun berkesempatan menyaksikan langsung aksi sang ibu di medan perang.

Islam-Zulfiqar tidak pernah menyangka, penculikan dan ancaman kematian bakal memungkasi misi kemanusiaannya kali ini. Dia berharap ISIS tidak gelap mata dan memenggal kepala Henning seperti Haines atau James Foley dan Steven Sotloff. Dengan demikian, pendiri Yayasan Amal Al-Fatiha Global tersebut bisa mengakhiri misinya dengan lega. (CNN/hep/c6/ami)

Shameela Islam-Zulfiqar
Shameela Islam-Zulfiqar

SUMUTPOS.CO – Untuk kali keempat, Shameela Islam-Zulfiqar kembali ke Syria. Kecamuk perang dan pertumpahan darah di republik tepi Laut Mediterania itu tidak membuat perempuan 39 tahun tersebut gentar. Ancaman dan teror militan Negara Islam atau Islamic State (IS), dulu ISIL atau ISIS, di Syria juga tidak mengecilkan nyalinya.

Akhir pekan lalu Islam-Zulfiqar muncul di hadapan publik. Bukan sebagai narasumber misi kemanusiaan Inggris, tapi sebagai muslimah yang meminta belas kasihan militan. Ya, perempuan berjilbab itu berupaya menyentuh sisi humanis kelompok teroris yang bersarang di perbatasan Syria dan Iraq tersebut. Dia berharap ISIS tidak membunuh Alan Henning, sukarelawan dalam timnya, yang mereka sandera.

“Sebagai sesama muslim, saya memohon dengan sangat dan meminta kepada kalian untuk membiarkan lelaki tidak berdosa ini tetap hidup,” pinta dokter Tameside Hospital itu kepada ISIS. Dengan bantuan media, Islam-Zulfiqar mengetuk pintu hati para militan brutal tersebut agar tidak menghabisi nyawa satu-satunya sukarelawan nonmuslim dalam timnya itu.

Adegan sadis algojo ISIS saat menghabisi nyawa tiga sandera asal Amerika Serikat (AS) dan Inggris dalam tiga video yang beredar beberapa waktu lalu membuat Islam-Zulfiqar khawatir. Dia tidak mau Henning bernasib sama. Sebagai sukarelawan yang wira-wiri di Syria sejak empat tahun lalu, ibu empat anak itu tergerak untuk menyelamatkan pria yang oleh rekan satu timnya dijuluki Gadget tersebut.

“Dia (Henning) bukanlah bagian dari perjuangan kalian. Dia juga bukan orang yang layak kalian salahkan atas kebijakan-kebijakan pemerintah Barat yang memerangi kalian saat ini,” lanjut Islam-Zulfiqar. Meski sadar peluangnya kecil, penduduk Levenshulme, kawasan di sisi tenggara Manchester, itu tidak mau menyerah. Dia berusaha maksimal untuk menyelamatkan Henning.

Sabtu lalu (20/9) Barbara, istri Henning, menyuarakan harapan yang sama dengan Islam-Zulfiqar. Melalui Kementerian Luar Negeri Inggris, Barbara meminta ISIS membebaskan suaminya. Dia khawatir kelompok keji itu membunuh bapak dua anak tersebut seperti yang mereka sebut dalam video pemenggalan kepala David Haines beberapa waktu lalu.

Dalam video Haines, ISIS sekilas memperlihatkan Henning yang mereka culik pada akhir Desember lalu dan menyebut dia sebagai sasaran berikutnya. “Alan (Henning) adalah pencinta damai yang suka mengalah. Dia meninggalkan keluarga dan berkendara bersama timnya ke Syria. Bersama kolega dan teman-teman yang semuanya muslim, dia hanya mau berbuat baik dan membantu mereka yang membutuhkan,” ungkap Barbara.

Desember lalu, untuk kali keempat, Henning masuk lagi dalam tim Islam-Zulfiqar. Tim pemberani itu kembali menempuh jalur darat menuju Syria. Tujuan mereka masih sama dengan tiga misi sebelumnya, yaitu memberikan bantuan pangan dan obat-obatan kepada warga sipil korban konflik. Meski sudah tiga kali beraksi di Syria, baru kali ini penculikan menimpa tim tersebut.

“Awalnya, kami pikir penculikan ini hanya sementara. Sebab, dalam tim kami, hanya dia yang nonmuslim dan terlihat sangat Inggris,” kata Islam-Zulfiqar. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, dia semakin cemas. Sebab, Henning tidak kunjung bebas. ISIS juga tidak merespons e-mail atau telepon dari pemerintah Inggris dan Barbara. Satu-satunya petunjuk bahwa Henning masih hidup baru muncul dalam video Haines.

Kehadiran koalisi antijihad di perbatasan Iraq dan Syria membuat Islam-Zulfiqar semakin gundah. Dia khawatir ISIS yang kian terpojok karena gencarnya serangan udara pasukan koalisi malah semakin brutal. “Situasinya menjadi sangat rumit. Kami sadar, kami tidak punya banyak waktu lagi,” ungkapnya. Tapi, dia tetap berharap agar ISIS membiarkan Henning hidup dan membebaskannya.

Sebenarnya, misi kemanusiaan kali ini merupakan yang terakhir bagi Islam-Zulfiqar. Tahun depan dia berencana melanjutkan studi di Manchester University. Oleh karena itu, Desember lalu dia sengaja mengajak keempat anaknya yang beranjak remaja ke Syria. Daniyaal, Jannat, Hannah, dan Ibrahim pun berkesempatan menyaksikan langsung aksi sang ibu di medan perang.

Islam-Zulfiqar tidak pernah menyangka, penculikan dan ancaman kematian bakal memungkasi misi kemanusiaannya kali ini. Dia berharap ISIS tidak gelap mata dan memenggal kepala Henning seperti Haines atau James Foley dan Steven Sotloff. Dengan demikian, pendiri Yayasan Amal Al-Fatiha Global tersebut bisa mengakhiri misinya dengan lega. (CNN/hep/c6/ami)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/