Sekira pukul 18.00 WIB, Fatar pun siuman. Namun, ia merasa ada yang mengganjal di tenggorokkannya dan susah bernafas. Lalu ia pun memuntahkan ganjalan tersebut yang merupakan segumpal darah. Namun rasa sesak akibat susah bernafas dan rasa mengganjal itu tak kunjung hilang.
Ia pun sempat meminta perawat memberinya alat bantu oksigen. Terhitung sebanyak 5 kali ia memintanya, tapi tak kunjung diberikan. Perawat malah mengatakan, ganjalan dan susah bernafas itu hanyalah perasaan Fatar saja.
“Aku bilang ke perawat aku agak sesak dan ada yang nyangkut di sini (tenggorokan). Tapi perawatnya bilang perasaan bapak aja itu. Udah telan aja. Saya disuruh bernafas dari mulut tapi cemana caranya bernafas dari mulut kalau tenggorkan ini enggak bisa apa-apa. Hidung saya kan diperban jadi enggak bisa pakai oksigen itu kata perawatnya,” kenangnya.
Tak puas dengan jawaban si perawat, Fatar dan temannya langsung mencari tahu keanehan tersebut pada dokter spesialis THT, dr. Ita L.Roderthani, Sp THT KL yang menanganinya saat operasi, Senin (21/9). Fatar pun mendapat jawaban bahwa prosedur operasi yang dilakukan kepadanya sudah benar dan steril. Dokter Ita pun dikatakan Fatar mengarahklan dirinya melapor ke pihak manajemen, dr.Olivia, M.Kes, selaku Direktur Penunjang Medik di Rumah Sakit Martha Friska.
“Saya sudah sempat komplain ke dokternya, tapi dokter bilang itu bukan kelalaian. Sebab itu bukan operasi perut tapi operasi sinusitis jadi itu bukan sarung tangan dokter,” jelasnya. (win/deo)