MEDAN- Mayoritas masyarakat menghendaki Gatot Pujo Nugroho berpasangan dengan Gus Irawan di Pilgubsu Maret 2013. Jika pasangan itu kelak terealisasi, hasil survei independen DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumut menyatakan kemenangan mutlak akan didapatkan.
“Hasil survei kami menyebutkan publik menginginkan Gatot berpasangan dengan Gus Irawan,” ungkap Sekjen DPW PKS Sumut Satria Yudha Wibowo kepada Sumut Pos, Senin (22/10). Dia mengatakan tim independen PKS menyurvei sedikitnya lima nama sebagai calon pendamping Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, namun hanya dua nama yang menguat dan satu kandidat alternatif.
Menurut Wakil Ketua DPRD Deliserdang periode 2004-2009, tim survei PKS saat ini tengah menjajaki komunikasi dengan Gus Irawan dan satu kandidat cawagubsu yang akan digandeng PKS . Hanya saja keputusan final tetap diserahkan kepada orang pinangan tersebut. “Penjajakan memasangkan Mas Gatot terus dilakukan. Tim kami terus melakukan lobi-lobi,” sebutnya. Satria menambahkan, konstelasinya bila Gatot dan Gus Irawan dipaketkan, angka elektabilitanya sangat tinggi. Kemenangan tinggal bagaimana kerja partai dan penguatannya hingga hari pemilihan tahun depan.
Jika Gatot dan Gus Irawan gagal dipasangkan, menurut Satrya, ada satu pilihan nama lain yang berasal dari partai politik. “Itu pun tinggi hasil surveinya, tapi kami belum bisa menyebut nama sekarang,” tukasnya.
Lebih jauh dikatakan, hingga kini DPW PKS Sumut tak ada mem-black list kandidat untuk dipasangkan dengan Gatot Pujo Nugroho. Artinya semua layak dipasangkan menjadi wakil Gatot. Hanya saja pegangan partai tetap berdasarkan survei independen dan syarat-syarat dasar di tubuh PKS. Saat disinggung mengenai kandidat wakil yang berasal dari birokrat, Satria menyatakan, hasilnya cukup rendah dibandingkan lima nama kandidat lain. “Kami berpegang pada hasil survei popularitas dan elektabilitas masyarakat,” ucapnya.
Terpisah, ketika dihubungi Sumut Pos, Gus Irawan mengatakan belum melihat hasil survei tersebut. “Saya belum bisa berkomentar banyak soal itu,” ujarnya.
Dari Jakarta dilaporkan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mulai menunjukkan kecenderungan pernyataan Cendekiawan muslim, Nurcholis Madjid (Cak Nur) yang pernah membuat jargon ‘Islam Yes, Partai Islam No’. Menurut peneliti LSI, Adjie Al faraby, jargon ini kini menjadi kenyataan.
“Ada tantangan kini untuk partai Islam yaitu perubahan kultural masyarakat. Jargon Cak Nur ‘Islam Yes Partai Islam No’ sekarang sudah jadi fakta politik,” jelasnya dalam diskusi Polemik ‘Suara Partai Islam Melorot’ yang digelar Sindoradio di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (20/10).
Akan tetapi, Adjie mengatakan, terbuka peluang bagi partai Islam untuk meraih suara. Menurut hasil penelitiannya masih ada sekitar 25-30 persen massa yang loyal terhadap partai Islam.
“Masih ada peluang untuk partai Islam. Marketnya sekitar 25 sampai 30 persen tergantung partai Islam mana yang bisa mengambil market ini,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, ketua DPP PKS, Sohibul Imam menyanggah peryataan peneliti LSI tersebut. Menurut dia, jargon Cak Nur itu dulu muncul ketika partai Islam lebih mengedepankan simbol ketimbang substansi Islam sendiri. Politisi PKS ini berpandangan kurang relevan jika jargon tersebut dikatakan terjadi hari ini.
“Jargon itu akan hilang jika partai Islam memunculkan substansi (Islam). Perilaku tak baik oleh partai Islam lebih direspons ketimbang partai biasa,’’ tukasnya. (ril/jpnn)