29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Sri: Pemecatan Itu Menyelamatkan Anak Lain

Foto: Gatha Ginting/PM Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).
Foto: Gatha Ginting/PM
Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).

SUMUTPOS.CO – Meski belum mengecek kebenaran soal pemecatan T dan I, tapi Sri, orangtua N yang jadi korban kekerasan secara seksual itu, mengaku telah mendengar kabar tersebut.

“Saya memang ada dengar tadi dari salah seorang orangtua murid yang mengatakan kalau si T sudah dikeluarkan dari sekolah. Tapi saya belum tahu benar apa tidak. Sementara saya tidak ke sekolah karena anak saya kan belum masuk sekolah,”ungkapnya saat sihubungi kru koran ini, Selasa (21/10) malam.

Sri menilai memecat T adalah keputusan yang tepat. Karena dengan pemecatan T, maka anak-anak lain yang sekolah di sana telah terselamatkan dari kelakuan buruknya. “Memang itu permintaan saya dan beberapa orangtua murid lainnya. Saya juga ingin melindungi anak-anak yang lain. Jadi bukan semata-mata untuk anak saya saja,” ujarnya. Sri menilai permintaan maaf dari orangtua T sudah terlambat. Sebab, permasalahan ini sudah sampai ke ranah hukum.

Bahkan, pada Sabtu lalu Sri mengaku pengacara orangtua T (Akbar-red) ada datang ke rumahnya. Namun, Sri tidak menerima dengan alasan tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. “Semalam pun pengacaranya datangi tante N. Karena tantenya kan psikolog jadi dia yang mengurus trauma N. Cuma kami ga mau terima. Buat apa? Sudah telat,” ungkapnya.

Sebenarnya pihak Sri hanya meminta agar T dikeluarkan dari sekolah. Maka, kasus ini akan ditutup rapat. Namun, hal ini tidak kunjung dikabulkan oleh pihak sekolah dan orangtua T. Ditambah lagi dengan sikap orangtua T yang arogan dengan tidak mengakui perbuatan anaknya, Sri pun terpaksa membuka kasus ini dan membawanya ke ranah hukum.

“Karena tidak dikeluarkan anaknya dari sekolah makanya saya laporkan ke polisi. Saya sudah bilang sama kepala sekolah, saya akan tutup kasus ini tapi tolong keluarkan anak itu dari sekolah. Saya melakukan ini juga buat anak-anak lain yang bersekolah di sana. Banyak orangtua yang gak mau sekolahin anaknya di sana gara-gara ini. Tapi karena tidak dikabulkan, ya kita lanjutkan kasus ini. Itu juga karena orangtuanya gak mau mengakui kesalahan anaknya. Padahal semua bukti udah jelas,” ungkapnya.

Sri pun membantah perihal dirinya yang tak melakukan pemeriksaan N ke RS Columbia Asia. Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa terdapat luka pada dubur putrinya. Sri pun terlihat sudah tak mau lagi beragumentasi dengan orangtua T. Dirinya saat ini menyerahkan segala persoalan kepada pihak berwajib.

“Mau mereka bilang apa ya terserah. Saya sudah tidak mau beragumentasi lagi dengan mereka. Biarkan yang berwajib menelusuri kasus ini,”ungkapnya. Sri pun mendapat pelajar luar biasa atas kasus ini. Dia pun meminta agar para orangtua lainnya juga dapat mengambil hikmah.

“Anak itu gak minta dilahirkan. Tapi setelah dia lahir ke dunia, orangtualah yang tanggungjawab. Bagaimana cara orangtua mendidik anaknya jika hal seburuk ini dilakukan oleh anaknya?” ungkapnya.

Kondisi N pun saat ini mulai berangsur baik. Saat ini N ditangani oleh tantenya. Sejauh ini, N masih menjalani home schooling dari SDN Percontohan sebanyak 3 kali seminggu. Sri pun belum memiliki rencana akan membawa N kemana setelah psikisnya pulih. “N baik-baik saja. Semua sudah saya serahkan kepada tantenya. Jadi sekarang kita cooling down kan N dulu,” tandasnya. (win/deo)

Foto: Gatha Ginting/PM Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).
Foto: Gatha Ginting/PM
Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).

SUMUTPOS.CO – Meski belum mengecek kebenaran soal pemecatan T dan I, tapi Sri, orangtua N yang jadi korban kekerasan secara seksual itu, mengaku telah mendengar kabar tersebut.

“Saya memang ada dengar tadi dari salah seorang orangtua murid yang mengatakan kalau si T sudah dikeluarkan dari sekolah. Tapi saya belum tahu benar apa tidak. Sementara saya tidak ke sekolah karena anak saya kan belum masuk sekolah,”ungkapnya saat sihubungi kru koran ini, Selasa (21/10) malam.

Sri menilai memecat T adalah keputusan yang tepat. Karena dengan pemecatan T, maka anak-anak lain yang sekolah di sana telah terselamatkan dari kelakuan buruknya. “Memang itu permintaan saya dan beberapa orangtua murid lainnya. Saya juga ingin melindungi anak-anak yang lain. Jadi bukan semata-mata untuk anak saya saja,” ujarnya. Sri menilai permintaan maaf dari orangtua T sudah terlambat. Sebab, permasalahan ini sudah sampai ke ranah hukum.

Bahkan, pada Sabtu lalu Sri mengaku pengacara orangtua T (Akbar-red) ada datang ke rumahnya. Namun, Sri tidak menerima dengan alasan tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. “Semalam pun pengacaranya datangi tante N. Karena tantenya kan psikolog jadi dia yang mengurus trauma N. Cuma kami ga mau terima. Buat apa? Sudah telat,” ungkapnya.

Sebenarnya pihak Sri hanya meminta agar T dikeluarkan dari sekolah. Maka, kasus ini akan ditutup rapat. Namun, hal ini tidak kunjung dikabulkan oleh pihak sekolah dan orangtua T. Ditambah lagi dengan sikap orangtua T yang arogan dengan tidak mengakui perbuatan anaknya, Sri pun terpaksa membuka kasus ini dan membawanya ke ranah hukum.

“Karena tidak dikeluarkan anaknya dari sekolah makanya saya laporkan ke polisi. Saya sudah bilang sama kepala sekolah, saya akan tutup kasus ini tapi tolong keluarkan anak itu dari sekolah. Saya melakukan ini juga buat anak-anak lain yang bersekolah di sana. Banyak orangtua yang gak mau sekolahin anaknya di sana gara-gara ini. Tapi karena tidak dikabulkan, ya kita lanjutkan kasus ini. Itu juga karena orangtuanya gak mau mengakui kesalahan anaknya. Padahal semua bukti udah jelas,” ungkapnya.

Sri pun membantah perihal dirinya yang tak melakukan pemeriksaan N ke RS Columbia Asia. Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa terdapat luka pada dubur putrinya. Sri pun terlihat sudah tak mau lagi beragumentasi dengan orangtua T. Dirinya saat ini menyerahkan segala persoalan kepada pihak berwajib.

“Mau mereka bilang apa ya terserah. Saya sudah tidak mau beragumentasi lagi dengan mereka. Biarkan yang berwajib menelusuri kasus ini,”ungkapnya. Sri pun mendapat pelajar luar biasa atas kasus ini. Dia pun meminta agar para orangtua lainnya juga dapat mengambil hikmah.

“Anak itu gak minta dilahirkan. Tapi setelah dia lahir ke dunia, orangtualah yang tanggungjawab. Bagaimana cara orangtua mendidik anaknya jika hal seburuk ini dilakukan oleh anaknya?” ungkapnya.

Kondisi N pun saat ini mulai berangsur baik. Saat ini N ditangani oleh tantenya. Sejauh ini, N masih menjalani home schooling dari SDN Percontohan sebanyak 3 kali seminggu. Sri pun belum memiliki rencana akan membawa N kemana setelah psikisnya pulih. “N baik-baik saja. Semua sudah saya serahkan kepada tantenya. Jadi sekarang kita cooling down kan N dulu,” tandasnya. (win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/