30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Dua Putaran Habiskan Rp496 M

MEDAN- Jika berlangsung sampai dua kali putaran, kebutuhan anggaran pelaksanaan Pilgubsu Maret 2013 dipastikan membengkak menjadi Rp496 miliar. Untuk putaran kedua saja kebutuhan ang garan Pilgubsu diperkirakan mencapai Rp95,3 miliar.

SURVEI: Tim survei dari Media Survei Nasional memaparkan hasil survei pasangan calon  unggul  perhelatan  Pilgubsu 2013  Hotel Santika Medan, Kamis (22/11). //TRIADI WIBOWO/SUMUTR POS
SURVEI: Tim survei dari Media Survei Nasional memaparkan hasil survei pasangan calon yang unggul dalam perhelatan Pilgubsu 2013 di Hotel Santika Medan, Kamis (22/11). //TRIADI WIBOWO/SUMUTR POS

Pengamat politik Ray Rangkuty mencermati suasana politik menjelang Pilgubsu  yang kurang bergairah itu akan membuat pasangan calon bersaing ketat sehingga diprediksi berlangsung dua putaran. Kelima pasangan calon yang mendaftar ke KPUD Sumut adalah wajah-wajah lama yang telah diketahui track record-nya.

“Pilgubsu kali ini hanya rutinitas lima tahunan saja, tak ada yang istimewa, seperti tidak ada gairah tapi itu pula yang membuatnya jadi ketat. Dua putaran bisa terjadi dan itu akan menghabiskan anggaran lagi,” ujar Ray Rangkuty kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin (22/11).  Sebagai putra Sumut yang lama berkiprah di Jakarta, Ray mengaku, Pil gubsu bukan sesuatu yang ‘wah’ dibicarakan dengan sesama putra Sumut yang berdomisili di ibukota.

“Sama sekali tidak ada gregetnya,” ujar mantan Koordinator Komite Independen Pemantau Pemilihan (KIPP) dan Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) itu.  Kenapa tak bergairah? Ray merasa, lima pasangan calon tersebut tidak satu pun bisa diharapkan membuat perubahan di Sumut.
Dia membandingkan dengan Pilgub DKI, yang langsung menyedot perhatian publik begitu muncul Joko Widodo. “Pilgub DKI sangat bergairah karena Jokowi dianggap mewakili perubahan. Kalau di Pilgubsu tidak ada harapan perubahan,” tukasnya.

Dibandingkan Pilgub Jawa Barat yang sama-sama digelar 2013, kata Ray, Pilgubsu juga kalah jauh. “Di Jabar ada wajah-wajah baru. Ada Teten Masduki, ada Rieke Dyah Pitaloka, yang membawa harapan adanya perubahan,” kata Ray.

Karenanya, aktivis antikorupsi itu menilai, Pilgubsu hanya rutinitas lima tahunan belaka. “Saya pikir biasa-biasa saja, seperti urusan rutin lima tahunan saja. Jejak rekam para calon sudah diketahui dan tak ada yang luar biasa yang pernah mereka lakukan,” kritiknya.

Kendati begitu, dia mengakui, karena tidak ada yang menonjol,  pertarungan Pilgubsu akan ketat. Masing-masing pasangan, menurut dia, sudah punya basis dukungan yang jelas. Namun, dukungan yang terbentuk bukan lantaran dipengaruhi oleh visi, misi, atau pun program yang diusung.
“Jadi  lebih dipengaruhi faktor kesukuan dan agama. Itu faktor yang menentukan karena faktanya masyarakat Sumut tak pernah membicarakan isu-isu yang dibawa masing-masing pasangan calon,” paparnya. Keyakinan Pilgubsu akan berlangsung dua putaran lantaran sebaran dukungan pemilih yang merata. (sam)

MEDAN- Jika berlangsung sampai dua kali putaran, kebutuhan anggaran pelaksanaan Pilgubsu Maret 2013 dipastikan membengkak menjadi Rp496 miliar. Untuk putaran kedua saja kebutuhan ang garan Pilgubsu diperkirakan mencapai Rp95,3 miliar.

SURVEI: Tim survei dari Media Survei Nasional memaparkan hasil survei pasangan calon  unggul  perhelatan  Pilgubsu 2013  Hotel Santika Medan, Kamis (22/11). //TRIADI WIBOWO/SUMUTR POS
SURVEI: Tim survei dari Media Survei Nasional memaparkan hasil survei pasangan calon yang unggul dalam perhelatan Pilgubsu 2013 di Hotel Santika Medan, Kamis (22/11). //TRIADI WIBOWO/SUMUTR POS

Pengamat politik Ray Rangkuty mencermati suasana politik menjelang Pilgubsu  yang kurang bergairah itu akan membuat pasangan calon bersaing ketat sehingga diprediksi berlangsung dua putaran. Kelima pasangan calon yang mendaftar ke KPUD Sumut adalah wajah-wajah lama yang telah diketahui track record-nya.

“Pilgubsu kali ini hanya rutinitas lima tahunan saja, tak ada yang istimewa, seperti tidak ada gairah tapi itu pula yang membuatnya jadi ketat. Dua putaran bisa terjadi dan itu akan menghabiskan anggaran lagi,” ujar Ray Rangkuty kepada Sumut Pos di Jakarta, kemarin (22/11).  Sebagai putra Sumut yang lama berkiprah di Jakarta, Ray mengaku, Pil gubsu bukan sesuatu yang ‘wah’ dibicarakan dengan sesama putra Sumut yang berdomisili di ibukota.

“Sama sekali tidak ada gregetnya,” ujar mantan Koordinator Komite Independen Pemantau Pemilihan (KIPP) dan Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) itu.  Kenapa tak bergairah? Ray merasa, lima pasangan calon tersebut tidak satu pun bisa diharapkan membuat perubahan di Sumut.
Dia membandingkan dengan Pilgub DKI, yang langsung menyedot perhatian publik begitu muncul Joko Widodo. “Pilgub DKI sangat bergairah karena Jokowi dianggap mewakili perubahan. Kalau di Pilgubsu tidak ada harapan perubahan,” tukasnya.

Dibandingkan Pilgub Jawa Barat yang sama-sama digelar 2013, kata Ray, Pilgubsu juga kalah jauh. “Di Jabar ada wajah-wajah baru. Ada Teten Masduki, ada Rieke Dyah Pitaloka, yang membawa harapan adanya perubahan,” kata Ray.

Karenanya, aktivis antikorupsi itu menilai, Pilgubsu hanya rutinitas lima tahunan belaka. “Saya pikir biasa-biasa saja, seperti urusan rutin lima tahunan saja. Jejak rekam para calon sudah diketahui dan tak ada yang luar biasa yang pernah mereka lakukan,” kritiknya.

Kendati begitu, dia mengakui, karena tidak ada yang menonjol,  pertarungan Pilgubsu akan ketat. Masing-masing pasangan, menurut dia, sudah punya basis dukungan yang jelas. Namun, dukungan yang terbentuk bukan lantaran dipengaruhi oleh visi, misi, atau pun program yang diusung.
“Jadi  lebih dipengaruhi faktor kesukuan dan agama. Itu faktor yang menentukan karena faktanya masyarakat Sumut tak pernah membicarakan isu-isu yang dibawa masing-masing pasangan calon,” paparnya. Keyakinan Pilgubsu akan berlangsung dua putaran lantaran sebaran dukungan pemilih yang merata. (sam)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/