MEDAN- Hingga Oktober 2013, berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) mencatat adanya penurunan kasus penyakit Deman Berdarah (DBD) di Sumatera Utara dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini memang tidak terlalu signifikan, pasalnya hingga Oktober kasusnya mencapai 3.295 kasus. Sementara selama tahun 2012 ada 4.757 kasus, sehingga masih ada waktu 2 bulan lagi melihat jumlah keseluruhannya.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr RR Surjantini MKes melalui Kepala Seksi P2P Bidang PMK, Sukarni SKM, beberapa waktu lalu. “Jadi, masih ada dua bulan lagi. Kalau rata-rata saat ini 300 an kasus, berarti diperkirakan ada 600 kasus lagi hingga akhir tahun. Maka dalam tahun ini diperkirakan 3.800 kasus. Kalau begitu, masih lebih rendah dibanding tahun lalu. Kita berharap kasusnya tidak meningkat,” katanya.
Berdasarkan data yang diperoleh Dinkes Sumut, Jumlah kasus terbanyak masih di Kota Medan dengan 760 pasien, diikuti Deliserdang 446 dan Pematang Siantar 428 kasus, 260 di Simalungun dan 164 kasus terjadi di Langkat. Di Gunung Sitoli kasusnya juga tinggi dengan 101 kasus dan satu kematian. Jika dibanding dengan jumlah penduduk, maka insiden kasusnya 79,3 persen ini termasuk tinggi.
“Kasus insiden rate tertinggi terjadi di Pematang Siantar yang mencapai 180,7 per 100 ribu penduduk. Diikuti Kota Sibolga 177,1 per 100 ribu penduduk. Medan sendiri, insidennya 35,9. Kalau secara nasional insiden kasusnya yang baik di bawah 50 per 100 ribu penduduk. Dibanding tahun lalu, sepertinya insidennya turun 40 persen. Tahun lalu 23 per 100 ribu penduduk,” ujar Sukarni.
Dari seluruh kasus yang ada, ada 23 jiwa yang meninggal dunia. Begitupun, katanya, kasus kematian akibat DBD rata-rata ada 0,7 persen. Kasusnya masih di bawah nasional yang rata-rata 1 persen. “Beberapa kematian karena DBD ini biasanya terjadi karena terlambat mendapatkan perawatan di sarana pelayanan kesehatan. Bahkan, ada yang dibawa ke sarana kesehatan tapi kasusnya sudah terlambat. Sudah parah kondisinya baru dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.
Sementara itu, Pengamat Kesehatan yang juga Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi, Dr Umar Zein SpPD meragukan penurunan kasus DBD ini karena program yang dilakukan. Keraguan itu karena tidak maksimalnya laporan kasus dari setiap pelayanan kesehatan yang ada.
“Apa semua rumah sakit swasta juga melaporkan kasusnya. Saya saja dalam tiga bulan terakhir ini ada merawat 200 kasus DBD di Medan. Lagi pula, logikanya dengan kondisi cuaca yang hujan panas saat ini, biasanya kasusnya meningkat. Itu tadi, kita memang lemah soal pelaporan. Jadi kita tidak punya data akurat setiap kasus penyakit,” kata Umar. (put)