25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Lolos dari Maut, Terjerat Biaya Perobatan

Foto: Amri/PM Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.
Foto: Amri/PM
Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Topan layak bersyukur karena warga dan tim medis berhasil meloloskan nyawanya dari maut. Hanya saja, itu belum cukup membuat tenang. Pasal, kini muncul persoalan baru yakni biaya perobatan.

Karena tidak memiliki jaminan kesehatan, pihak rumah sakit mengenakan biaya umum terhadap Topan. Artinya, pasien wajib membayar kamar, makan, perawatan hingga obat dengan biaya pribadi.

Mengetahui kenyataan ini, pihak keluarga pun ‘angkat tangan’. Tanpa mengurangi harapan agar Topan segera sembuh, keluarga memindahkan pasien ke ruang perawatan paling murah di RSU Pirngadi Medan, yakni ruang Anggrek.

Walau dikatakan termurah, namun biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 1 juta per hari. Hal ini diungkap penjaga kamar bermarga Siregar. “Biaya inap di ruangan ini Rp400 ribu per hari, lain biaya makan dan obat. Kalau dihitung-hitung, setidaknya setiap hari pasien kena biaya sejuta lebih,” ujar Siregar sembari melarang wartawan masuk ruangan.

Besarnya biaya perobatan yang harus dibayar seolah meningkatkan emosi pihak keluarga. Dimana, Wani, adik Topan yang sebelumnya bicara blak-blakan tentang abangnya, langsung marah-marah ketika ditemui kru Koran ini.

Tidak hanya Wani, salah seorang kerabat mereka bernama Hendra juga ikut-ikutan marah. Alasan kemarahan tersebut muncul karena pihak keluarga tidak menyangka pernyataan mereka tentang pribadi Topan diterbitkan.

Tak ingin situasi semakin memanas, kru akhirnya memilih meninggalkan ruang rawat inap, selanjutnya berangkat ke lokasi kejadian di Jalan Murai 13, Perumnas Mandala.

Namun sebelum pergi, seorang bibi Topan mengatakan kalau pihak keluarga berencana mengirim Topan ke panti insaf. Harapannya, Topan bisa segera lepas dari pengaruh narkoba sehingga tidak melakukan hal-hal yang nekat.

Singkat cerita, kru tiba di rumah Topan. Sayangnya, tak seorang pun berada disana, termasuk ibu korban yang juga tidak terlihat saat di rumah sakit.

Hanya saja, warga sekitar yang mengetahui kehadiran POSMETRO MEDAN, langsung mengungkapkan rasa prihatin atas tindakan Topan. Keprihatinan itu muncul karena mereka tidak tega dengan persoalan yang harus dihadapi Hamidah.

“Kami kasihan lihat mamaknya (Hamidah) karena terus-terusan mendapat cobaan. Ibu itu kerjanya jualan kue dan menyuci pakaian keliling,” ujar Astri (45), tetangga korban, tanpa mau menyebutkan apa saja cobaan yang dimaksudnya.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi yang diterima Polisi atas aksi bunuh diri Topan. “Nanti kita check lah,” ujar Kapolsek Percut Seituan, Kompol Ronald Sipayung Sik, ketika dikonfirmasi terkait kasus ini. (mri/ras)

Foto: Amri/PM Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.
Foto: Amri/PM
Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Topan layak bersyukur karena warga dan tim medis berhasil meloloskan nyawanya dari maut. Hanya saja, itu belum cukup membuat tenang. Pasal, kini muncul persoalan baru yakni biaya perobatan.

Karena tidak memiliki jaminan kesehatan, pihak rumah sakit mengenakan biaya umum terhadap Topan. Artinya, pasien wajib membayar kamar, makan, perawatan hingga obat dengan biaya pribadi.

Mengetahui kenyataan ini, pihak keluarga pun ‘angkat tangan’. Tanpa mengurangi harapan agar Topan segera sembuh, keluarga memindahkan pasien ke ruang perawatan paling murah di RSU Pirngadi Medan, yakni ruang Anggrek.

Walau dikatakan termurah, namun biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 1 juta per hari. Hal ini diungkap penjaga kamar bermarga Siregar. “Biaya inap di ruangan ini Rp400 ribu per hari, lain biaya makan dan obat. Kalau dihitung-hitung, setidaknya setiap hari pasien kena biaya sejuta lebih,” ujar Siregar sembari melarang wartawan masuk ruangan.

Besarnya biaya perobatan yang harus dibayar seolah meningkatkan emosi pihak keluarga. Dimana, Wani, adik Topan yang sebelumnya bicara blak-blakan tentang abangnya, langsung marah-marah ketika ditemui kru Koran ini.

Tidak hanya Wani, salah seorang kerabat mereka bernama Hendra juga ikut-ikutan marah. Alasan kemarahan tersebut muncul karena pihak keluarga tidak menyangka pernyataan mereka tentang pribadi Topan diterbitkan.

Tak ingin situasi semakin memanas, kru akhirnya memilih meninggalkan ruang rawat inap, selanjutnya berangkat ke lokasi kejadian di Jalan Murai 13, Perumnas Mandala.

Namun sebelum pergi, seorang bibi Topan mengatakan kalau pihak keluarga berencana mengirim Topan ke panti insaf. Harapannya, Topan bisa segera lepas dari pengaruh narkoba sehingga tidak melakukan hal-hal yang nekat.

Singkat cerita, kru tiba di rumah Topan. Sayangnya, tak seorang pun berada disana, termasuk ibu korban yang juga tidak terlihat saat di rumah sakit.

Hanya saja, warga sekitar yang mengetahui kehadiran POSMETRO MEDAN, langsung mengungkapkan rasa prihatin atas tindakan Topan. Keprihatinan itu muncul karena mereka tidak tega dengan persoalan yang harus dihadapi Hamidah.

“Kami kasihan lihat mamaknya (Hamidah) karena terus-terusan mendapat cobaan. Ibu itu kerjanya jualan kue dan menyuci pakaian keliling,” ujar Astri (45), tetangga korban, tanpa mau menyebutkan apa saja cobaan yang dimaksudnya.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi yang diterima Polisi atas aksi bunuh diri Topan. “Nanti kita check lah,” ujar Kapolsek Percut Seituan, Kompol Ronald Sipayung Sik, ketika dikonfirmasi terkait kasus ini. (mri/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/