Sementara menurut warga bermarga Sembiring yang sering nongkrong di Warkop Ilham, tepat di depan rumah Syafii, sebulan belakangan ini dia sering melihat Syafii memberi makan ternaknya.
“Dia keluar paling kasih makan ternak saja, sambil siul-siul gitu. Sering terlihat kasih makan ternaknya,” kata dia.
Menurut dia, Syafii yang berperan mengajak orang bergabung dalam Kelompok KGR inipun sering mengenakan lobe dipadukan dengan baju koko ketika keluar rumah. Namun secara mendalam, Sembiring tak mengenal sosok Syafii.
“Saya kenal dengan Pak Lubis (ayah Syafii, Red) itu saja. Rumah itu masih baru. Waktu peresmian rumah sekitar setahun yang lalu, Pak Lubis bilang kalau rumah ini bukan dia yang menempati. Kami warga sini waktu peresmian rumah baru itu, diundang dan dikasih tahu soal itu,” kata dia.
Atas adanya gerak cepat yang dilakukan tim Densus 88 Anti Teror, Sembiring mengaku bersyukur. Sebab, bom sempat terjadi aksi terror terhadap rumah ibadah di Sumut, khususnya Medan dan Deliserdang.
Sebelum penggerebekan, Sembiring juga mengaku menaruh curiga terhadap sorang pemulung yang mondar-mandir di depan rumah Syafii. Pasalnya, selama ini tidak pernah ada pemulung yang melintas di sana. “Saya heran, enggak pernah-pernah ada pemulung, kok tiba-tiba ada,” kata dia.
Bahkan sehari sebelum penangkapan, dia melihat mobil Avanza warna hitam mondar-mandir di depan rumah Syafii.
“Ternyata besoknya langsung ada penangkapan. Waktu kami tanya, Polisi-Polisi itu bilang kalau yang ditangkap itu bandar narkoba. Rupanya tersangka teroris,” katanya.
Saat penangkapan, kata Sembiring, tidak ada perlawanan dari Syafii. Namun petugas sedikit kesulitan karena rumah tersebut dikunci dari dalam.
“Dia sedang nonton tv ditangkap. Kemudian dia di bawa ke warkop ini untuk diinterogasi. Tak lama, dia dibawa ke mobil warna hitam. Kejadiannya sekitar jam 10 pagi itu,” tandas dia. (ted)