23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Buang Letih, Menari Demi Pengungsi

Jambur Taras dan gedung bekas Universitas Karo telah dikunjungi. Dahlan Iskan dan rombongan belum juga menghentikan langkah. Satu demi satu posko pengungsian lainnya pun disambangi. GBKP Kota Kabanjahe, Masjid Agung, Posko Utama Tang-gap Darurat, dan Paroki Katolik Kabanjahe menjadi tujuan berikutnya.

Laila Azizah, Karo

MENARI: Dahlan Iskan menari bersama sejumlah pengungsi  di posko pengungsian dihalaman Gereja Paroki, Kabanjahe, Selasa (21/1) lalu.
MENARI: Dahlan Iskan menari bersama sejumlah pengungsi di posko pengungsian dihalaman Gereja Paroki, Kabanjahe, Selasa (21/1) lalu.

Di posko Paroki Katolik Kabanjahe, Dahlan terkesima dengan aktivitas ibu-ibu yang memenuhi ruang pengungsian tersebut. Bagaimana tidak, ibu-ibu itu seperti tidak bisa diam. Mereka terlihat begitu sibuk. Mereka berkreasi membuat kue nastar.

Dahlan terlihat berbincang dengan ibu-ibu di pengungsian itu soal aktivitas pembuatan kue nastar dan proses penjualannya. Tampak serius, persis ketika dia memimpin rapat-rapat BUMN. Begitu juga dengan ibu-ibu itu, terlihat begitu semangat menerangkan segala hal tentang kue nastar pada Dahlan. Apalagi Dahlan begitu fokus menjelaskan penjelasan tersebut, para ibu langsung berubah bak chef kenamaan.

Hingga kemudian, Dahlan memborong kue nastar Sinabung itu. Sekitar Rp6 juta dikeluarkan Dahlan untuk membeli kue-kue itu. Tak pelak, seperti ibu-ibu yang mendapat sirih di posko pengungsian Universitas Karo (UKA), mereka pun berteriak riang. Senang bukan kepalang.

Aktivitas membuat kue ini memang diajarkan ke para pengungsi oleh para relawan. Sembari menunggu redanya Sinabung, ibu-ibu diajari cara membuat kue. Diharapkan dengan membuat kue ini mereka bisa mandiri. Kue itu dijual Rp35-50 ribu per toples. Kue dijual hingga ke Medan.

Namun kendala yang masih dihadapi soal sarana dan prasarana. Oven untuk memanggang kue masih kurang. Karena itua kepada Dahlan mereka juga meminta bantuan sarana tersebut untuk menunjang produk kue nastar Sinabung.

Dari Paroki Katolik, Dahlan jugamenyaksikan erupsi bersama puluhan pengungsi, wartawan, dan pejabat BUMN yang mendampingi kunjungan itu. Ketika dipertanyakan tentang usulan agar erupsi Gunung Sinabung dinyatakan sebagai bencana nasional, Dahlan Iskan mengaku tidak dapat memberikan pendapatnya. “Saya tidak berkompeten menjawab itu. Mengenai definisi bencana nasional, sudah ada yang ahli,” ucapnya.

Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak terjebak pada kategori atau status bencana yang sedang dihadapi, tetapi lebih fokus pada penanganan yang diberikan, terutama terhadap masyarakat yang mengungsi. “Menurut saya penanganan erupsi Sinabung sudah bagus,” kata mantan Dirut PLN tersebut.

Dalam kesempatan wawancara bersama wartawan di Paroki, Dahlan mengatakan kalau kunjungan untuk melihat kondisi pengungsi agar bisa menyalurkan bantuan paling pas nantinya. “Saya kemari untuk mengetahui perasaan pengungsi. Bila kondisi ini panjang, maka penanganannya harus khusus. Sebaiknya didengar orang yang paling ahli menangani bencana, apakah direlokasi atau tidak. Saya tidak malu tak memberi bantuan karena yang pertama selama erupsi BUMN sudah mengalirkan bantuan. Saya sengaja tidak belanja dulu. Saya ingin melihat dulu sehingg pulang dari Sinabung, nanti di Medan saya akan bicara dengan teman-teman BUMN, bantuan yang mau diwujudkan dalam bentuk apa?” kata Dahlan.

Sebab, kata Dahlan, bantuan jangan diwujudkan yang tidak diperlukan pengungsi. Misalnya di UKA, mereka malah minta dibelikan sirih. “Ibu-ibu di UKA semua mengadu tak makan sirih lagi. Kan saya salah kalau saya beli garam, ternyata dibutuhkan sirih. Sehingga akhirnya saya beli sirih. Seperti itu contoh kecilnya,” sambung Dahlan.

Menurut Dahlan, bantuan yang akan disalurkan BUMN tergantung kebutuhan. Misalnya beasiswa untuk perguruan tinggi. “Saya tidak bisa langsung bilang akan memberikan beasiswa kepada anak pengungsi yang di perguruan tinggi. Saya tak mau overacting. Saya akan telepon menteri pendidikan dulu, sudah ada beasiswa atau belum. Nanti kalau beasiswa udah ada, kita akan alihan uang untuk apa lagi. Memang kami terpikir memberikan bea siswa. Intinya BUMN siap masuk ke bidang yang belum ada yg menangani dalam memberikan bantuan,” kata Dahlan lagi. Kata Dahlan, kemarin BUMN telah menyalurkan bantuan sekitar Rp5 milar.

Seperti tak ingin berlama-lama dengan materi yang ‘berat’ mendadak Dahlan bikin kejutan lagi. Dia keluar gedung menuju halaman. Gerakan ini diikuti beberapa pengungsi dan rombongan. Begitu sampai di luar, Dahlan langsung bergabung dengan anak-anak pengungsi yang sedang bernyanyi yang dibimbing oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Spontan Dahlan ikut bernyanyi. Dia pun langsung mengambil alih arena bernyanyi itu.

Tidak itu saja, Dahlan pun mulai bergerak, menari suka-suka. Saat itu pula tawa membahana. Keceriaan mengemuka. Anak-anak yang sebelumnya duduk manis serta merta ikut menari. Ibu-ibunya juga. Dahlan makin semangat. Para pengungsi begitu ceria.

Lagu dadakan ‘Bebek Naik Gunung Sinabung’ pun meluncur dari mulut Dahlan. Musiknya tepukan tangan. Tarian Dahlan dan pengungsi pun tak berhenti. Seperti tak letih, Dahlan terus menghibur pengungsi.

Sekira setengah jam, akhirnya Dahlan berhenti. Semua yang hadir di lokasi itu langsung memberikan tepuk tangan atas aksi dadakan ala Dahlan Iskan itu. Tak terlihat ekspresi atau raut wajah letih. Muka Dahlan sama seklai tak berubah. Sepertinya dia senang melihat pengungsi senang. Ya, dia buang letih demi menghibur pengungsi.

Sang Menteri BUMN itu kemudian kembali masuk kembali masuk ke ruangan pengungsi. Dia kelilingi lagi ruang itu. Di salah satu ruangan, yang didiami anak-anak, Dahlan kembali menari dan bernyanyi.  Dia ajak anak-anak itu untuk ceria. Ruang yang sebelumnya terkesan muram itu langsung meriah.

Begitulah, blusukan ala Dahlan Iskan di Sinabung itu sepertinya benar-benar memberi arti bagi pengungsi. Setidaknya, dalam keadaan tak menentu akibat ketidakjelasan erupsi Sinabung, mereka masih bisa menikmati menteri yang gemar menari dan menyanyi. (rbb)

Jambur Taras dan gedung bekas Universitas Karo telah dikunjungi. Dahlan Iskan dan rombongan belum juga menghentikan langkah. Satu demi satu posko pengungsian lainnya pun disambangi. GBKP Kota Kabanjahe, Masjid Agung, Posko Utama Tang-gap Darurat, dan Paroki Katolik Kabanjahe menjadi tujuan berikutnya.

Laila Azizah, Karo

MENARI: Dahlan Iskan menari bersama sejumlah pengungsi  di posko pengungsian dihalaman Gereja Paroki, Kabanjahe, Selasa (21/1) lalu.
MENARI: Dahlan Iskan menari bersama sejumlah pengungsi di posko pengungsian dihalaman Gereja Paroki, Kabanjahe, Selasa (21/1) lalu.

Di posko Paroki Katolik Kabanjahe, Dahlan terkesima dengan aktivitas ibu-ibu yang memenuhi ruang pengungsian tersebut. Bagaimana tidak, ibu-ibu itu seperti tidak bisa diam. Mereka terlihat begitu sibuk. Mereka berkreasi membuat kue nastar.

Dahlan terlihat berbincang dengan ibu-ibu di pengungsian itu soal aktivitas pembuatan kue nastar dan proses penjualannya. Tampak serius, persis ketika dia memimpin rapat-rapat BUMN. Begitu juga dengan ibu-ibu itu, terlihat begitu semangat menerangkan segala hal tentang kue nastar pada Dahlan. Apalagi Dahlan begitu fokus menjelaskan penjelasan tersebut, para ibu langsung berubah bak chef kenamaan.

Hingga kemudian, Dahlan memborong kue nastar Sinabung itu. Sekitar Rp6 juta dikeluarkan Dahlan untuk membeli kue-kue itu. Tak pelak, seperti ibu-ibu yang mendapat sirih di posko pengungsian Universitas Karo (UKA), mereka pun berteriak riang. Senang bukan kepalang.

Aktivitas membuat kue ini memang diajarkan ke para pengungsi oleh para relawan. Sembari menunggu redanya Sinabung, ibu-ibu diajari cara membuat kue. Diharapkan dengan membuat kue ini mereka bisa mandiri. Kue itu dijual Rp35-50 ribu per toples. Kue dijual hingga ke Medan.

Namun kendala yang masih dihadapi soal sarana dan prasarana. Oven untuk memanggang kue masih kurang. Karena itua kepada Dahlan mereka juga meminta bantuan sarana tersebut untuk menunjang produk kue nastar Sinabung.

Dari Paroki Katolik, Dahlan jugamenyaksikan erupsi bersama puluhan pengungsi, wartawan, dan pejabat BUMN yang mendampingi kunjungan itu. Ketika dipertanyakan tentang usulan agar erupsi Gunung Sinabung dinyatakan sebagai bencana nasional, Dahlan Iskan mengaku tidak dapat memberikan pendapatnya. “Saya tidak berkompeten menjawab itu. Mengenai definisi bencana nasional, sudah ada yang ahli,” ucapnya.

Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak terjebak pada kategori atau status bencana yang sedang dihadapi, tetapi lebih fokus pada penanganan yang diberikan, terutama terhadap masyarakat yang mengungsi. “Menurut saya penanganan erupsi Sinabung sudah bagus,” kata mantan Dirut PLN tersebut.

Dalam kesempatan wawancara bersama wartawan di Paroki, Dahlan mengatakan kalau kunjungan untuk melihat kondisi pengungsi agar bisa menyalurkan bantuan paling pas nantinya. “Saya kemari untuk mengetahui perasaan pengungsi. Bila kondisi ini panjang, maka penanganannya harus khusus. Sebaiknya didengar orang yang paling ahli menangani bencana, apakah direlokasi atau tidak. Saya tidak malu tak memberi bantuan karena yang pertama selama erupsi BUMN sudah mengalirkan bantuan. Saya sengaja tidak belanja dulu. Saya ingin melihat dulu sehingg pulang dari Sinabung, nanti di Medan saya akan bicara dengan teman-teman BUMN, bantuan yang mau diwujudkan dalam bentuk apa?” kata Dahlan.

Sebab, kata Dahlan, bantuan jangan diwujudkan yang tidak diperlukan pengungsi. Misalnya di UKA, mereka malah minta dibelikan sirih. “Ibu-ibu di UKA semua mengadu tak makan sirih lagi. Kan saya salah kalau saya beli garam, ternyata dibutuhkan sirih. Sehingga akhirnya saya beli sirih. Seperti itu contoh kecilnya,” sambung Dahlan.

Menurut Dahlan, bantuan yang akan disalurkan BUMN tergantung kebutuhan. Misalnya beasiswa untuk perguruan tinggi. “Saya tidak bisa langsung bilang akan memberikan beasiswa kepada anak pengungsi yang di perguruan tinggi. Saya tak mau overacting. Saya akan telepon menteri pendidikan dulu, sudah ada beasiswa atau belum. Nanti kalau beasiswa udah ada, kita akan alihan uang untuk apa lagi. Memang kami terpikir memberikan bea siswa. Intinya BUMN siap masuk ke bidang yang belum ada yg menangani dalam memberikan bantuan,” kata Dahlan lagi. Kata Dahlan, kemarin BUMN telah menyalurkan bantuan sekitar Rp5 milar.

Seperti tak ingin berlama-lama dengan materi yang ‘berat’ mendadak Dahlan bikin kejutan lagi. Dia keluar gedung menuju halaman. Gerakan ini diikuti beberapa pengungsi dan rombongan. Begitu sampai di luar, Dahlan langsung bergabung dengan anak-anak pengungsi yang sedang bernyanyi yang dibimbing oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Spontan Dahlan ikut bernyanyi. Dia pun langsung mengambil alih arena bernyanyi itu.

Tidak itu saja, Dahlan pun mulai bergerak, menari suka-suka. Saat itu pula tawa membahana. Keceriaan mengemuka. Anak-anak yang sebelumnya duduk manis serta merta ikut menari. Ibu-ibunya juga. Dahlan makin semangat. Para pengungsi begitu ceria.

Lagu dadakan ‘Bebek Naik Gunung Sinabung’ pun meluncur dari mulut Dahlan. Musiknya tepukan tangan. Tarian Dahlan dan pengungsi pun tak berhenti. Seperti tak letih, Dahlan terus menghibur pengungsi.

Sekira setengah jam, akhirnya Dahlan berhenti. Semua yang hadir di lokasi itu langsung memberikan tepuk tangan atas aksi dadakan ala Dahlan Iskan itu. Tak terlihat ekspresi atau raut wajah letih. Muka Dahlan sama seklai tak berubah. Sepertinya dia senang melihat pengungsi senang. Ya, dia buang letih demi menghibur pengungsi.

Sang Menteri BUMN itu kemudian kembali masuk kembali masuk ke ruangan pengungsi. Dia kelilingi lagi ruang itu. Di salah satu ruangan, yang didiami anak-anak, Dahlan kembali menari dan bernyanyi.  Dia ajak anak-anak itu untuk ceria. Ruang yang sebelumnya terkesan muram itu langsung meriah.

Begitulah, blusukan ala Dahlan Iskan di Sinabung itu sepertinya benar-benar memberi arti bagi pengungsi. Setidaknya, dalam keadaan tak menentu akibat ketidakjelasan erupsi Sinabung, mereka masih bisa menikmati menteri yang gemar menari dan menyanyi. (rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/