Lima hari setelah Siti Aisyah dan sang ayah M Nawawi Pulungan ‘dipelihara’ Plt Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, kejadian tak biasa muncul. Ibu Aisyah, Sugiarti (33), mendadak datang ke RSUD dr Pirngadi, tempat Nawawi dirawat. Padahal sebelumnya, ketika Aisyah merawat sang ayah di jalanan Kota Medan, Sugiarti hilang entah ke mana.
Anita Sinuhaji, Medan
Kemarin, Sugiarti datang bersama kakak kandungnya Tati beserta beberapa keluarga lainnya yang berada di Pekanbaru, sekitar pukul 10.00 WIB pagi, Minggu (23/3). Pertemuan kembali Sugiarti dengan Aisyah menjawab harapan Aisyah selama ini yang berharap bisa ketemu sang ibu yang telah melahirkannya.
“Udah ketemu mamak tadi, senang. Pingin hidup bahagia lagi sama mamak Aisyah dan ayah,” ucap Aisyah saat ditanya setelah bertemu sang ibu.
Sejak usia 18 bulan, Aisyah sudah pisah dengan sang ibu dan kemarin pertemuan pertamanya. Rona bahagia terpancar diwajah bocah usia 8 tahun tersebut. “Aisyah mau ikut mamak tapi kalau ayah gak ikut Aisyah gak mau. Kalau suster yang disuruh ayah untuk rawat ayah itu kan dosa. Aisyah mau rawat ayah, biar ayah sembuh. Kalau ayah sembuh Aisyah tetap rawat ayah,” ucapnya seketika mendekati sang ayah untuk dipeluknya.
Di ruang 711 Lantai VII RSUD dr Pirngadi tersebut, sang ayah yang mendengar kata-kata Aisyah seketika menangis. Dengan perlahan M Nawawi menjelaskan kepada putrinya bahwa ia dan ibunya sudah tidak bersama. Sang ibu sudah memiliki pendamping yang baru dan Aisyah pun sudah memiliki adik.
“Ayah gak bisa melarang kalau Ica (panggilan Aisyah) mau ikut ibu, tapi ibu gak bisa sama ayah lagi. Ayah tahu kalau Ica mau satukan ibu dengan ayah, tapi gak mungkin lagi, Nak. Harapanmu yang selama ini ingin ketemu ibu tercapai, Nak,” ujarnya pada Aisyah yang terus memeluknya.
Nawawi menuturkan, ia tetap mengizinkan ibunya datang dan mengunjungi anaknya. Dan, ia merasa tidak sakit hati. Bahkan, ia berharap selagi ia masih hidup, meminta tolong untuk melihat anaknya. Dia pun berterima kasih karena mantan istrinya itu telah datang melihatnya.
“Alhamdulillah, saya makin banyak tahu dan sudah banyak perubahan dalam kesehatan saya. Semua yang membantu dan mendatangi saya, baik jurnalis dan masyarakat lainnya menjadi saudara saya, ini buat saya jadi sehat,” tuturnya sembari menangis.
Dan ia menyerahkan sepenuhnya kepada Aisyah ikut dengan Ayahnya atau ibunya. Pasalnya, Nawawi berprinsip bila ia sudah tiada Aisyah tentunya akan mencari ibunya nanti.
Di sisi lain, Sugiarti tampak memendam rasa kangennya pada Aisyah. Sempat ia mencoba menghindar dari media, namun rasa kangennya mengalahkan ketakutannya. Sugiarti mengatakan ia sangat senang, kagum karena Aisyah telah merawat dan sayang pada ayahnya.
Di kamar yang berukuran sekitar tiga meter tersebut, ia memeluk dan bercanda dengan sang putri. Sesekali Aisyah merebahkan badannya ke tubuh Sugiarti. Tak lama Aisyah minta dimandikan. Segera dengan cepat Sugiarti menuruti permintaan putrinya dan menggantikan pakaian terusan berwarna kuning bermotif Hello Kitty.
“Saat mendengar kabar Aisyah saya dihubungi kakak saya, badan ini rasanya menggigil, lemas campur sedih. Juga saya sangat sedih lihat kondisi ayahnya sekarang,” ucap Sugiarti secara pelan dan masih terbata-bata dan lebih banyak diam.
Wanita yang mengaku sehari-hari berjualan sayuran ini, berencana besok (Senin) akan pulang ke Pekanbaru karena abang Aisyah sekolah juga. “Tapi Aisyah minta renang, kalau bisa setengah harian dia sama saya, mau main sama Aisyah,” tuturnya.
Sugiarti memang tak banyak menjabarkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan wartawan, terutama menyangkut masalah pribadinya bahwa ia telah menikah lagi. Ia tak ingin masalah pribadinya dibawa-bawa ke media.
Penuturan Tati, kakak kandung ibu Aisyah yang juga tinggal di Pekanbaru, bahwa sudah sering mengajak adiknya untuk mencari tahu keberadaan anaknya Aisyah di Siantar. Namun, Sugiarti selalu mencoba menolak dengan alasan takut.
“Selalu saya ajak, ayo kita datangi anakmu karena sepengetahuan kami Aisyah dan ayahnya di Siantar. Ternyata kami kaget melihat berita di televisi bahwa Aisyah dibawa (Plt) Wali Kota bersama ayahnya yang sakit di atas becak, sontak saya memaksa ibunya untuk datang ke Medan. Meski sebelumnya perasaan Sugiarti ketakutan, tapi kami yakinkan karena yang didatanginya adalah darah dagingnya,” terang Tati yang mengaku mereka datang ke Medan menggunakan mobil carteran.
Sementara itu, Cahyo Pramono, penggagas lembaga Save Aisyah mengatakan setelah bertemu dengan sang ibu, kini semua kembali pada Aisyah. Namun, setelah ia menolak ikut sang ibu hal itu dikarenakan sejak kecil Aisyah hidup bersama bapaknya yang kisahnya bahkan besar di mobil box dan hubungan keduanya sangat dekat.
“Saat ini yang kita pikirkan melalui Save Aisyah yang tergabung dalam Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Pemprovsu, KPAID, PKPA, Save Aisyah, SOS Children’s Villages Indonesia dan Rumah Zakat Indonesia. Di mana PR (pekerjaan rumah) kita bagaimana membangun tempat tinggalnya untuk Aisyah kalau bisa yang dekat dengan sekolahnya,” ujarnya.
Mengingat beberapa hari belakangan lonjakan pengunjung sangat tinggi, selama seminggu ini pihaknya masih membiarkan hal tersebut, namun tetap dalam penjagaan karena sudah ada tim yang memang dibuat untuk jadwal kunjungan tamu. “Saat ini kita masih menunggu momen, kita sterilkan untuk konsentrasi psikologi Aisyah. Termasuk kepada bapaknya, apakah masih terpikir bangkit mencari rezeki untuk dia dan anaknya nantinya,” terangnya.
Staf Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan, Farid Aziz Zendrato yang turut serta dalam tim Save Aisyah mengatakan bahwa Aisyah sudah di serahkan Plt wali kota pada Save Aisyah, dengan gagasan Cahyo dan lembaga-lembaga terkaitlainnya.
“Tim work yang kita beri nama Peduli Aisyah ini akan menjaga dia, kita terus meninjau, memantau, dan PR ke depannya juga untuk kita sangat panjang. Aisyah akan selesai dari pantauan kita setelah ia tamat SMA sesuai janji Pak (Plt) Wali Kota yang menjamin sekolahnya sampai tamat SMA,” ujarnya sembari menuturkan selama seminggu ini masih terfokus untuk Aisyah. (rbb)