26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dewan Medan Kritik RSUD Pirngadi, Dirut dan Dewan Pengawas Harus Berbenah

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wakil Ketua DPRD Kota Medan, HT Bahrumsyah, mengkritik sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan yang hancur lebur. Padahal sebagai RSU yang sudah berstatus Badan Layanan Umum (BLU), seharusnya bisa bersaing dengan RS swasta yang tumbuh pesat dan pelayanan prima.

“RSU Pirngadi ini ikon nya Kota Medan. Rumah sakit tertua yang sudah menyatakan dirinya BLU dengan manajemen yang baik, harusnya sudah bisa mandiri, memiliki sarana dan prasarana serta SDM nya yang berkualitas,” ucap Bahrumsyah.

Dikatakan Bahrum, kritisi itu dikeluarkannya terkait kunjungannya ke RSUD Pirngadi Medan saat membesuk rekannya yang sakit dan dirawat di Lantai 7 Kamar 716 ruang kelas 2 baru-baru ini.

Ketua DPD PAN Kota Medan ini mengatakan, saat berkunjung, dirinya mendapati sarana dan prasarana dengan ruangan yang tidak memadai. Di kamar rawat inap kelas 2 tersebut, hampir semua sarana tidak berfungsi, mulai dari AC, TV, hingga jam dinding. “TV nya tak menyala, jam dinding mati, AC nya pun mati. Supaya tidak kegerahan, pasien sampai membawa kipas angin sendiri dari rumah. Luar biasa buruknya fasilitas di ruangan itu,” ujarnya.

Mirisnya lagi, sambung pimpinan DPRD Medan ini, bahkan pintu dan jendela kamar tersebut harus sampai diganjal dengan kursi agar bisa dibuka tutup.”Kelihatan bahwa bagian pemeliharaan tidak bekerja dengan baik,” katanya.

Bahrum pun menilai, direksi RSUD dr Pirngadi Kota Medan tidak bekerja dengam baik. Ia pun menilai, Dewan Pengawas RSUD Pirngadi, yakni Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan tidak menjalankan fungsinya secara maksimal.

Seharusnya, kata Bahrum lagi, sebagai Rumah Sakit yang sudah menjadi BLUD penuh, selayaknya RSUD Pirngadi dapat berinovasi dan diberi keleluasaan dalam menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) tahunan dan dapat bekerjasama dengan pihak ketiga.

“Tapi nyatanya, hampir setiap tahun APBD dikucurkan untuk membantu RS ini, yang seharusnya tidak perlu lagi karena sudah BLUD penuh. Bagaimana mungkin kita bisa bersaing dengan RS Swasta yang tumbuh pesat dan memberikan pelayanan yang prima kalau sarana dan prasarana dasar saja tidak mampu dipenuhi,” ungkapnya.

Sebaliknya, menurut Bahrum, fasilitas sarana dan prasarana di RSUD Pirngadi Medan justru semakin hari masih jauh dari harapan. “Jangankan bertambah baik, sarana dan prasarana malah semakin buruk. Hunian rumah sakit ini juga jauh berkurang, itupun mungkin karena ada rekomendasi pasien unregister untuk dirawat di Pirngadi,” katanya lagi.

Tak cuma itu, lanjut Bahrum, saat ini RSUD Pirngadi Medan juga harus menghadapi banyak jumlah utang obat yang belum terbayarkan. Sebab dari target pendapatan sekitar Rp200 miliar pertahun, RSUD Pirngadi Medan hanya dapat mencapai setengahnya atau lebih kurang Rp 100 miliar pertahun.”Jadi kondisinya saat ini gali lubang, tutup lubang. Bayar utang dengan berhutang,” lanjutnya.

Bahrum pun menyarankan agar direksi dan manajemen RSUD Pirngadi Medan dapat selalu melakukan evaluasi mendasar atas kondisi yang ada agar RS kebanggaan Kota Medan ini kelak mampu menjadi ikon Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu dan menjadi tempat tujuan Utama dalam hal memberikan pelayanan yang prim, serta dapat menyumbang PAD bagi Kota Medan.

“Direksi dan manajemennya harus mengevaluasi secara menyeluruh dan fungsi dewan pengawas dapat aktif dalam mengawasi manajerial rumah sakit ini. Perlu tim independen dan punya kehalian khusus tentang manajerial rumah sakit. Jangan sampai rumah sakit ini hanya menjadi pusat pelayanan sosial, karena kalau sudah BLUD berarti ada fungsi bisnisnya. Gedung sudah bagus, lahan luas dan promosi sudah ada, jangan kita lebih senang membangun dari pada merawat,” pungkasnya. (rel)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wakil Ketua DPRD Kota Medan, HT Bahrumsyah, mengkritik sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan yang hancur lebur. Padahal sebagai RSU yang sudah berstatus Badan Layanan Umum (BLU), seharusnya bisa bersaing dengan RS swasta yang tumbuh pesat dan pelayanan prima.

“RSU Pirngadi ini ikon nya Kota Medan. Rumah sakit tertua yang sudah menyatakan dirinya BLU dengan manajemen yang baik, harusnya sudah bisa mandiri, memiliki sarana dan prasarana serta SDM nya yang berkualitas,” ucap Bahrumsyah.

Dikatakan Bahrum, kritisi itu dikeluarkannya terkait kunjungannya ke RSUD Pirngadi Medan saat membesuk rekannya yang sakit dan dirawat di Lantai 7 Kamar 716 ruang kelas 2 baru-baru ini.

Ketua DPD PAN Kota Medan ini mengatakan, saat berkunjung, dirinya mendapati sarana dan prasarana dengan ruangan yang tidak memadai. Di kamar rawat inap kelas 2 tersebut, hampir semua sarana tidak berfungsi, mulai dari AC, TV, hingga jam dinding. “TV nya tak menyala, jam dinding mati, AC nya pun mati. Supaya tidak kegerahan, pasien sampai membawa kipas angin sendiri dari rumah. Luar biasa buruknya fasilitas di ruangan itu,” ujarnya.

Mirisnya lagi, sambung pimpinan DPRD Medan ini, bahkan pintu dan jendela kamar tersebut harus sampai diganjal dengan kursi agar bisa dibuka tutup.”Kelihatan bahwa bagian pemeliharaan tidak bekerja dengan baik,” katanya.

Bahrum pun menilai, direksi RSUD dr Pirngadi Kota Medan tidak bekerja dengam baik. Ia pun menilai, Dewan Pengawas RSUD Pirngadi, yakni Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan tidak menjalankan fungsinya secara maksimal.

Seharusnya, kata Bahrum lagi, sebagai Rumah Sakit yang sudah menjadi BLUD penuh, selayaknya RSUD Pirngadi dapat berinovasi dan diberi keleluasaan dalam menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) tahunan dan dapat bekerjasama dengan pihak ketiga.

“Tapi nyatanya, hampir setiap tahun APBD dikucurkan untuk membantu RS ini, yang seharusnya tidak perlu lagi karena sudah BLUD penuh. Bagaimana mungkin kita bisa bersaing dengan RS Swasta yang tumbuh pesat dan memberikan pelayanan yang prima kalau sarana dan prasarana dasar saja tidak mampu dipenuhi,” ungkapnya.

Sebaliknya, menurut Bahrum, fasilitas sarana dan prasarana di RSUD Pirngadi Medan justru semakin hari masih jauh dari harapan. “Jangankan bertambah baik, sarana dan prasarana malah semakin buruk. Hunian rumah sakit ini juga jauh berkurang, itupun mungkin karena ada rekomendasi pasien unregister untuk dirawat di Pirngadi,” katanya lagi.

Tak cuma itu, lanjut Bahrum, saat ini RSUD Pirngadi Medan juga harus menghadapi banyak jumlah utang obat yang belum terbayarkan. Sebab dari target pendapatan sekitar Rp200 miliar pertahun, RSUD Pirngadi Medan hanya dapat mencapai setengahnya atau lebih kurang Rp 100 miliar pertahun.”Jadi kondisinya saat ini gali lubang, tutup lubang. Bayar utang dengan berhutang,” lanjutnya.

Bahrum pun menyarankan agar direksi dan manajemen RSUD Pirngadi Medan dapat selalu melakukan evaluasi mendasar atas kondisi yang ada agar RS kebanggaan Kota Medan ini kelak mampu menjadi ikon Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu dan menjadi tempat tujuan Utama dalam hal memberikan pelayanan yang prim, serta dapat menyumbang PAD bagi Kota Medan.

“Direksi dan manajemennya harus mengevaluasi secara menyeluruh dan fungsi dewan pengawas dapat aktif dalam mengawasi manajerial rumah sakit ini. Perlu tim independen dan punya kehalian khusus tentang manajerial rumah sakit. Jangan sampai rumah sakit ini hanya menjadi pusat pelayanan sosial, karena kalau sudah BLUD berarti ada fungsi bisnisnya. Gedung sudah bagus, lahan luas dan promosi sudah ada, jangan kita lebih senang membangun dari pada merawat,” pungkasnya. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/