26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Dokter Enggan Bertugas di Daerah

Belakangan ini tenaga dokter di daerah terutama terpencil semakin minim. Apa penyebabnya? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Bagus Syahputra dengan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumut, dr Henri Salim Siregar SpOG.

Berapa persen jumlah dokter di Sumut yang bertugas di kota?
Saat ini jumlah dokter di Sumut ada 6.045 orang. Jumlah tersebut masih belum merata. Sekitar 60 persen dokter berada di kota.

Berapa idealnya dokter di daerah?
Satu dokter umum dapat melayani 3.000 masyarakat (1:3.000) dan satu dokter spesialis melayani 10.000 masyarakat (1: 10.000).

Apa penyebab minimnya dokter di daerah?
Penyebabnya karena tidak adanya aturan yang bisa memaksa dokter berada di daerah. Semuanya sangat tergantung dengan individu dokter tersebut ingin bertugas dimana. Hanya saja, untuk dokter spesialis bisa dianulir penyebarannya melalui organisasi profesi yang menaungi dokter tersebut. Soalnya, sebelum membuat surat izin praktik, terlebih dulu harus mendapat rekomendasi dari organisasi profesi.

Bagaimana dengan tarif  standarisasi?
Tarif dokter tidak perlu dibuat standarisasi. Soalnya, dikhawatirkan standar tersebut malah membuat dokter lebih bersifat komersial. Padahal, dokter itu independen dan tidak hanya komersil tapi juga sosial. Jadi, kalau distandarisasikan akan berbahaya,di tengah situasi saat ini, dimana kuantitas dokter yang kian meningkat, maka mau tidak mau masyarakat mempunyai banyak pilihan dari satu dokter ke dokter lain. Sehingga, kalau satu dokter menerapkan tarif (konsultasi dan pelayanan medis) mahal, maka lambat laun dokter tersebut akan ditinggalkan. Dokter yang menerapkan tarif mahal, maka akan diseleksi secara alamiah. Karena, kondisi saat ini sudah kian berkembang asuransi dan banyaknya jumlah dokter. Jadi, agak aneh kalau ada dokter yang berani menerapkan tarif mahal.

Apakah hal itu merupakan satu alasan dokter tak mau ke daerah?
Dokter praktik di daerah untuk mendapatkan penghasilan Rp50 juta per bulan satu hal yang mudah. Karena, selain intensif dan fasilitas dari pemkab/pemko, juga dapat dari jasa medis di rumah sakit dan ditambah lagi praktik sore. Kalau soal materi, lebih enak mencari materi di daerah dari pada di kota-kota besar. Banyak intensif-intensif yang ditawarkan lebih besar. Tapi persoalannya bukan itu akan tetapi persoalannya soal kenyamanan dokter itu dalam menjalankan tugasnya. ini yang penting dibahas oleh kabupaten/kota.

Apa yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota?
Pemkab dan pemko yang menginginkan dokter harus mampu memberikan rasa nyaman bagi dokter. Ini sangat tergantung dengan komunikasi pemerintah daerah dengan dokter. Pemerintah daerah harus mengajak  dokter di kota untuk bertugas di daerah.

Apa solusi lainnya?
Untuk solusi kekurangan tenaga medis di daerah seharusnya organisasi profesi bisa memberikan arahan kepada dokter spesialis untuk bertugas di daerah. Misalnya, bisa ditanyakan kamu praktik dimana, karena di daerah ini sudah banyak atau membuka prakter yang minim tenaga medis. Di daerah tertentu masih membutuhkan. Bahkan, sebenarnya organisasi profesi bisa tegas, karena ini menyangkut kepentingan organisasi profesi yang bersangkut. (*)

Belakangan ini tenaga dokter di daerah terutama terpencil semakin minim. Apa penyebabnya? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Bagus Syahputra dengan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumut, dr Henri Salim Siregar SpOG.

Berapa persen jumlah dokter di Sumut yang bertugas di kota?
Saat ini jumlah dokter di Sumut ada 6.045 orang. Jumlah tersebut masih belum merata. Sekitar 60 persen dokter berada di kota.

Berapa idealnya dokter di daerah?
Satu dokter umum dapat melayani 3.000 masyarakat (1:3.000) dan satu dokter spesialis melayani 10.000 masyarakat (1: 10.000).

Apa penyebab minimnya dokter di daerah?
Penyebabnya karena tidak adanya aturan yang bisa memaksa dokter berada di daerah. Semuanya sangat tergantung dengan individu dokter tersebut ingin bertugas dimana. Hanya saja, untuk dokter spesialis bisa dianulir penyebarannya melalui organisasi profesi yang menaungi dokter tersebut. Soalnya, sebelum membuat surat izin praktik, terlebih dulu harus mendapat rekomendasi dari organisasi profesi.

Bagaimana dengan tarif  standarisasi?
Tarif dokter tidak perlu dibuat standarisasi. Soalnya, dikhawatirkan standar tersebut malah membuat dokter lebih bersifat komersial. Padahal, dokter itu independen dan tidak hanya komersil tapi juga sosial. Jadi, kalau distandarisasikan akan berbahaya,di tengah situasi saat ini, dimana kuantitas dokter yang kian meningkat, maka mau tidak mau masyarakat mempunyai banyak pilihan dari satu dokter ke dokter lain. Sehingga, kalau satu dokter menerapkan tarif (konsultasi dan pelayanan medis) mahal, maka lambat laun dokter tersebut akan ditinggalkan. Dokter yang menerapkan tarif mahal, maka akan diseleksi secara alamiah. Karena, kondisi saat ini sudah kian berkembang asuransi dan banyaknya jumlah dokter. Jadi, agak aneh kalau ada dokter yang berani menerapkan tarif mahal.

Apakah hal itu merupakan satu alasan dokter tak mau ke daerah?
Dokter praktik di daerah untuk mendapatkan penghasilan Rp50 juta per bulan satu hal yang mudah. Karena, selain intensif dan fasilitas dari pemkab/pemko, juga dapat dari jasa medis di rumah sakit dan ditambah lagi praktik sore. Kalau soal materi, lebih enak mencari materi di daerah dari pada di kota-kota besar. Banyak intensif-intensif yang ditawarkan lebih besar. Tapi persoalannya bukan itu akan tetapi persoalannya soal kenyamanan dokter itu dalam menjalankan tugasnya. ini yang penting dibahas oleh kabupaten/kota.

Apa yang harus dilakukan pemerintah kabupaten/kota?
Pemkab dan pemko yang menginginkan dokter harus mampu memberikan rasa nyaman bagi dokter. Ini sangat tergantung dengan komunikasi pemerintah daerah dengan dokter. Pemerintah daerah harus mengajak  dokter di kota untuk bertugas di daerah.

Apa solusi lainnya?
Untuk solusi kekurangan tenaga medis di daerah seharusnya organisasi profesi bisa memberikan arahan kepada dokter spesialis untuk bertugas di daerah. Misalnya, bisa ditanyakan kamu praktik dimana, karena di daerah ini sudah banyak atau membuka prakter yang minim tenaga medis. Di daerah tertentu masih membutuhkan. Bahkan, sebenarnya organisasi profesi bisa tegas, karena ini menyangkut kepentingan organisasi profesi yang bersangkut. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/