29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pilu saat Dengar Takbir di Tengah Laut

Akrab dengan keluh kesah dan tawa mereka, akrab dengan mimpi dan kegetiran mereka. Itulah interaksi antara masyarakat Aceh dan pengungsi Rohingya serta Bangladesh saat ini.
Jawa Pos masih mengingat betul saat terhentinya rombongan para pengungsi di tapal batas Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa akibat belum jelasnya kesepakatan lokasi penampungan beberapa waktu lalu. Lamat-lamat terdengar suara para tokoh agama lewat pengeras masjid-masjid serta kutipan ayat Alquran dan hadis yang memerintahkan membantu para pengungsi. Warga pun menyambutnya dengan berduyun-duyun untuk menyumbang.
Seorang nenek bersama cucunya yang mengendarai motor bebek terlihat ngebut sambil membawa satu kardus dan satu kresek pakaian bekas. Napasnya tersengal-sengal saat berhenti di depan rombongan pengungsi. “Untong golom teulat (untung belum terlambat, Red),” katanya. Kepada Jawa Pos, si nenek mengatakan berasal dari Bayeun Keude, 10 kilometer dari lokasi.
Di Puskesmas Julok juga ada kejadian lucu. Saat itu Azhari, warga lokal, ingin merawat seorang pemuda Rohingya. Kepada satpol PP yang mengawal, Azhari mengaku bahwa pemuda Rohingya tersebut adalah orang Aceh.
Namun, saat ditanya dalam bahasa Indonesia, si pemuda hanya geleng-geleng kebingungan. Petugas pun tahu bahwa orang tersebut adalah pengungsi dan langsung dinaikkan bus. “Saya sempat bawa dia ke rumah tadi untuk kasih makan. Saya ingin angkat dia jadi adik. Sialnya, malah ketahuan sama petugas yang itu,” ucapnya sambil menunjuk seorang petugas satpol PP.
Bantuan dan dukungan masyarakat Aceh kini terus mengalir. Namun, sampai kapan? Ada suatu masa akan terhenti. Lantas, ke manakah nasib para pengungsi itu akan tertuju?
Bagi pengungsi Rohingya, pulang kembali ke Myanmar adalah tabu. “Kami hidup di sana susah. Kami tak diakui sebagai manusia. Sekolah susah. Ibadah susah. Bekerja pun susah. Kami pun dibunuhi di sana. Saya tak ingin kembali. Lebih baik mati di sini daripada kembali,” kata Ruqiyah Hatun, 20 tahun.

Akrab dengan keluh kesah dan tawa mereka, akrab dengan mimpi dan kegetiran mereka. Itulah interaksi antara masyarakat Aceh dan pengungsi Rohingya serta Bangladesh saat ini.
Jawa Pos masih mengingat betul saat terhentinya rombongan para pengungsi di tapal batas Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa akibat belum jelasnya kesepakatan lokasi penampungan beberapa waktu lalu. Lamat-lamat terdengar suara para tokoh agama lewat pengeras masjid-masjid serta kutipan ayat Alquran dan hadis yang memerintahkan membantu para pengungsi. Warga pun menyambutnya dengan berduyun-duyun untuk menyumbang.
Seorang nenek bersama cucunya yang mengendarai motor bebek terlihat ngebut sambil membawa satu kardus dan satu kresek pakaian bekas. Napasnya tersengal-sengal saat berhenti di depan rombongan pengungsi. “Untong golom teulat (untung belum terlambat, Red),” katanya. Kepada Jawa Pos, si nenek mengatakan berasal dari Bayeun Keude, 10 kilometer dari lokasi.
Di Puskesmas Julok juga ada kejadian lucu. Saat itu Azhari, warga lokal, ingin merawat seorang pemuda Rohingya. Kepada satpol PP yang mengawal, Azhari mengaku bahwa pemuda Rohingya tersebut adalah orang Aceh.
Namun, saat ditanya dalam bahasa Indonesia, si pemuda hanya geleng-geleng kebingungan. Petugas pun tahu bahwa orang tersebut adalah pengungsi dan langsung dinaikkan bus. “Saya sempat bawa dia ke rumah tadi untuk kasih makan. Saya ingin angkat dia jadi adik. Sialnya, malah ketahuan sama petugas yang itu,” ucapnya sambil menunjuk seorang petugas satpol PP.
Bantuan dan dukungan masyarakat Aceh kini terus mengalir. Namun, sampai kapan? Ada suatu masa akan terhenti. Lantas, ke manakah nasib para pengungsi itu akan tertuju?
Bagi pengungsi Rohingya, pulang kembali ke Myanmar adalah tabu. “Kami hidup di sana susah. Kami tak diakui sebagai manusia. Sekolah susah. Ibadah susah. Bekerja pun susah. Kami pun dibunuhi di sana. Saya tak ingin kembali. Lebih baik mati di sini daripada kembali,” kata Ruqiyah Hatun, 20 tahun.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/