27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Pulang Kampung Bangun Rumah Sepatu

Foto: Puput Julianti Damanik/Sumut Pos Yusuf menunjukkan gambar bangunan rumah sepatu di Bombay, India, saat ditemui di kediaman adiknya di Jalan SMA Negeri 2 Medan Polonia, Kota Medan.
Foto: Puput Julianti Damanik/Sumut Pos
Yusuf menunjukkan gambar bangunan rumah sepatu di Bombay, India, saat ditemui di kediaman adiknya di Jalan SMA Negeri 2 Medan Polonia, Kota Medan.

Beberapa pengendara sempat tertegun saat melintas Jalan Karangsari atau sekitar SMA Negeri 2 Medan. Di sisi jalan itu berdiri sebuah rumah berbentuk sepatu. Belum selesai seratus persen, tapi fisiknya sudah sangat nyata. Pertanyaan pun muncul, siapa ‘orang gila’ yang membangun rumah seperti itu?

Puput Julianti Damanik, Medan

Dan, nama pemilik rumah itu adalah Muhammad Yusuf Sokartara. Sudah tua. Lahir di Berastagi pada 14 Maret 1944. Kejutan muncul setelah dia mengungkapkan kalau selama ini tinggal di Amsterdam, Belanda. Siapa sebenarnya dia?
“Mungkin aku jadi satu-satunya orang yang pernah bawa sepeda ke atas pesawat. Tidak diletak di bagasi atau cabin, tapi langsung saya pegang di samping kursi yang aku duduki,” begitu kalimatnya ketika ditemui Sumut Pos, Selasa (24/6).

Kepenasaran makin menjadi. Tapi, Yusuf bukanlah orang misterius. Setelah itu dia malah bercerita tanpa henti tentang hidupnya. Ya, dengan memegang sebuah kamera Nikon D900, dia mengisahkan pengalaman hidupnya. Satu kisah berlanjut ke kisah lain, meluncur dari mulut pria berhidung mancung ini. Seakan tanpa akhir.

Meski tidak setampan saat muda, kegantengan masih tergurat di wajahnya meski dengan baju dan celana yang sudah lucek, koyak di bagian lengan dan lututnya. Dan, yang tidak pernah luntur adalah kenangan-kenangannya menjelajah dunia.

“Jadi begini, dulu aku atlet balap sepeda dari Sumut. Kami ada berapa orang, ada Sanusi, ada Sehan Ginting, dan beberapa orang lainnya. Kami ikut lomba ke Jakarta dan aku berhasil jadi juara nasionalnya. Aku juga sempat masuk pemusatan latihan untuk mengikuti pra kualifikasi Olympiade Meksiko tapi digagalkan, karena ada sogok-menyogok,” kenang Jusuf di sela-sela kesibukannya memantau pembangunan rumah sepatunya.

Pria yang telah menetap di Amsterdam ini kembali melanjutkan ceritanya. Setelah berhasil menjadi juara dalam tim balap dari Sumut, ia pun harus keluar lantaran bentrok dengan manajernya. Selanjutnya, ia masuk ke tim Jogjakarta. Meski sudah berbeda tim, konflik pun masih berlanjut.

“Kebetulan saat itu kami satu kapal lagi, di atas kapal Mei Abetto kita perang mulut lagi, dan akhirnya kuputuskan untuk turun. Dia bilang, aku gak bisa hidup di Jakarta. Tapi kubilang ke dia kalau tanpa ikut balap sepeda aku bisa berkeliling dunia dengan naik sepeda,” ujar suami Novrita Agama ini.

Ayah dari empat orang anak ini, kemudian langsung bertekad membuktikan perkataannya. Tak tangung-tangung, ia bahkan bermimpi untuk bisa naik haji dengan bersepeda. Kembali ke Medan, kemudian dengan modal kepercayaan, akhirnya saudara dan teman-temannya membantu Yusuf membuktikan impiannya.

Lalu, bagaimana dengan ide rumah sepatu itu?
Tanpa malu-malu dia kemudian bercerita soal ketertarikannya dengan rumah sepatu di Mumbai, India. Dia melihat dan menghayati rumah itu ketika dalam proses keliling dunia yang telah dia jalan sejak 1967 lalu.

Ia pun bertekad membangun rumah tersebut. Karena ongkos yang terlalu mahal di tempat tinggalnya, Amsterdam, akhirnya ia pulang kampung membangun rumah sepatu di seputaran SMA Negeri 2 Medan.

“Saya siapkan uang Rp 350 juta untuk bangun rumah ini, 20 tahun saya tabung uangnya khusus buat rumah ini. Saya bangun, tepat tanggal 13 Februari (2015),” ujarnya.

Foto: Puput Julianti Damanik/Sumut Pos Yusuf menunjukkan gambar bangunan rumah sepatu di Bombay, India, saat ditemui di kediaman adiknya di Jalan SMA Negeri 2 Medan Polonia, Kota Medan.
Foto: Puput Julianti Damanik/Sumut Pos
Yusuf menunjukkan gambar bangunan rumah sepatu di Bombay, India, saat ditemui di kediaman adiknya di Jalan SMA Negeri 2 Medan Polonia, Kota Medan.

Beberapa pengendara sempat tertegun saat melintas Jalan Karangsari atau sekitar SMA Negeri 2 Medan. Di sisi jalan itu berdiri sebuah rumah berbentuk sepatu. Belum selesai seratus persen, tapi fisiknya sudah sangat nyata. Pertanyaan pun muncul, siapa ‘orang gila’ yang membangun rumah seperti itu?

Puput Julianti Damanik, Medan

Dan, nama pemilik rumah itu adalah Muhammad Yusuf Sokartara. Sudah tua. Lahir di Berastagi pada 14 Maret 1944. Kejutan muncul setelah dia mengungkapkan kalau selama ini tinggal di Amsterdam, Belanda. Siapa sebenarnya dia?
“Mungkin aku jadi satu-satunya orang yang pernah bawa sepeda ke atas pesawat. Tidak diletak di bagasi atau cabin, tapi langsung saya pegang di samping kursi yang aku duduki,” begitu kalimatnya ketika ditemui Sumut Pos, Selasa (24/6).

Kepenasaran makin menjadi. Tapi, Yusuf bukanlah orang misterius. Setelah itu dia malah bercerita tanpa henti tentang hidupnya. Ya, dengan memegang sebuah kamera Nikon D900, dia mengisahkan pengalaman hidupnya. Satu kisah berlanjut ke kisah lain, meluncur dari mulut pria berhidung mancung ini. Seakan tanpa akhir.

Meski tidak setampan saat muda, kegantengan masih tergurat di wajahnya meski dengan baju dan celana yang sudah lucek, koyak di bagian lengan dan lututnya. Dan, yang tidak pernah luntur adalah kenangan-kenangannya menjelajah dunia.

“Jadi begini, dulu aku atlet balap sepeda dari Sumut. Kami ada berapa orang, ada Sanusi, ada Sehan Ginting, dan beberapa orang lainnya. Kami ikut lomba ke Jakarta dan aku berhasil jadi juara nasionalnya. Aku juga sempat masuk pemusatan latihan untuk mengikuti pra kualifikasi Olympiade Meksiko tapi digagalkan, karena ada sogok-menyogok,” kenang Jusuf di sela-sela kesibukannya memantau pembangunan rumah sepatunya.

Pria yang telah menetap di Amsterdam ini kembali melanjutkan ceritanya. Setelah berhasil menjadi juara dalam tim balap dari Sumut, ia pun harus keluar lantaran bentrok dengan manajernya. Selanjutnya, ia masuk ke tim Jogjakarta. Meski sudah berbeda tim, konflik pun masih berlanjut.

“Kebetulan saat itu kami satu kapal lagi, di atas kapal Mei Abetto kita perang mulut lagi, dan akhirnya kuputuskan untuk turun. Dia bilang, aku gak bisa hidup di Jakarta. Tapi kubilang ke dia kalau tanpa ikut balap sepeda aku bisa berkeliling dunia dengan naik sepeda,” ujar suami Novrita Agama ini.

Ayah dari empat orang anak ini, kemudian langsung bertekad membuktikan perkataannya. Tak tangung-tangung, ia bahkan bermimpi untuk bisa naik haji dengan bersepeda. Kembali ke Medan, kemudian dengan modal kepercayaan, akhirnya saudara dan teman-temannya membantu Yusuf membuktikan impiannya.

Lalu, bagaimana dengan ide rumah sepatu itu?
Tanpa malu-malu dia kemudian bercerita soal ketertarikannya dengan rumah sepatu di Mumbai, India. Dia melihat dan menghayati rumah itu ketika dalam proses keliling dunia yang telah dia jalan sejak 1967 lalu.

Ia pun bertekad membangun rumah tersebut. Karena ongkos yang terlalu mahal di tempat tinggalnya, Amsterdam, akhirnya ia pulang kampung membangun rumah sepatu di seputaran SMA Negeri 2 Medan.

“Saya siapkan uang Rp 350 juta untuk bangun rumah ini, 20 tahun saya tabung uangnya khusus buat rumah ini. Saya bangun, tepat tanggal 13 Februari (2015),” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/