25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Awalnya, Pengungsi Gunung Sinabung Minta Perlindungan

Foto: Pardy/PM Warga Desa Lingga Karo, Sumut, berdialog dengan petugas, menolak pemerintah menjadikan desa mereka sebagai lokasi hunian tetap bagi pengungsi letusan Gunung Sinabung.
Foto: Pardy/PM
Warga Desa Lingga Karo, Sumut, berdialog dengan petugas, menolak pemerintah menjadikan desa mereka sebagai lokasi hunian tetap bagi pengungsi letusan Gunung Sinabung.

Keresahan dan ketakutan akhirnya membahana sehari aksi ratusan orang-orang Desa Budaya Lingga, Kecamatan Simpang Empat, yang mendengugkan ‘perang’. Perasaan itu dialami pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Lalu meminta perlindungan aparat kemanan.

Pardi, Karo

Halaman parkir Mapolres Karo, dipenuhi puluhan pengungsi asal empat desa tersebut, Sabtu (23/7) petang. Diantaranya Guru Kinayan, Berastepu dan Kuta Tonggal dan Gamber.

Aksi damai ini dilakukan untuk meminta perlindungan dan menjamin keselamatan mereka dari segala kemungkinan buruk yang bakal terjadi akibat proses ‘panas’ atas rencana relokasi mandiri tahap kedua.

Warga meminta kepada Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio untuk menegakkan hukum secara adil dan transparan di Karo. “Kami merasa tidak aman dan nyaman lagi,” pekik Ibu-ibu tua renta sambil menangis.

Mereka mengaku ketakutan. “Kami diintervensi dan digertak-gertak oleh oknum-oknum tertentu. Mereka mendatangi kami dan meminta agar kami tidak memilih Desa Lingga sebagai lahan relokasi untuk hunian tetap (huntap),” aku para warga tersebut.

Beberapa saat usai menyampaikan aspirasinya di hadapan sejumlah personel polisi yang menghalau mereka di pintu masuk Polres Karo, akhirnya sejumlah perwakilan pengungsi diminta untuk masuk agar dilakukan dialog langsung bersama Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio.

Sekitar setengah jam melakukan dialog, sejumlah perwakilan pengungsi kembali ke halaman parkir Polres Karo. Kabag Ops Polres Karo Kompol Aswat Tarigan yang menemui para pengungsi, lalu menyatakan pihaknya akan menjamin keselamatan setiap warga termasuk pengungsi asal empat desa tersebut.

Pihak kepolisian juga akan memproses segala tindakan yang telah menyalahi aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Apalagi sifatnya meresahkan masyarakat.

“Meski demikian, ada proses hukumnya, tidak boleh asal asalan dan mengebu-gebu. Mohon bersabar,” jelas Aswat.

Lebih lanjut dikatakan, pihak kepolisian akan mendirikan pos pengamanan di lokasi sekitar lahan yang dipilih warga untuk relokasi mandiri hingga ke kawasan simpang Desa Lingga.

“Akan kita dirikan pos disana untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal buruk. Pos itu akan dijaga personel kita agar warga merasa aman,” katanya.

Usai mendengarkan penjelasan dari pihak kepolisian, warga keempat desa tersebut selanjutnya membubarkan diri dengan tertib.

Informasi yang diperoleh POSMETRO, aksi damai yang dilakukan warga pengungsi asal empat desa tersebut, menyusul terjadinya bentrok antara dua kelompok warga, Jumat (22/7) hingga dini hari.

Disebutkan, peristiwa itu terjadi di sekitar lokasi lahan yang dipilih warga pengungsi untuk lahan huntap mereka.

“Ya, semalam ada bentrok di simpang Desa Lingga. Bunyi-bunyi lemparan yang cukup keras juga ada, bahkan kabarnya menggunakan bom molotov. Tapi aku tidak tau secara pasti, apa penyebab dan siapa yang bentrok itu. Karena aku lebih memilih diam di rumah daripada melihat keributan itu,” kata seorang kakek di sekitar simpang Desa Lingga.

Siang sebelum adanya pengakuan bentrok itu, sejumlah warga Budaya Lingga mengibarkan bendera merah disini untuk bersiap-siap mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Bahkan warga mengaku siap berjuang meski harus terjadi konflik sekalipun. (cr9/yaa-bersambung)

Foto: Pardy/PM Warga Desa Lingga Karo, Sumut, berdialog dengan petugas, menolak pemerintah menjadikan desa mereka sebagai lokasi hunian tetap bagi pengungsi letusan Gunung Sinabung.
Foto: Pardy/PM
Warga Desa Lingga Karo, Sumut, berdialog dengan petugas, menolak pemerintah menjadikan desa mereka sebagai lokasi hunian tetap bagi pengungsi letusan Gunung Sinabung.

Keresahan dan ketakutan akhirnya membahana sehari aksi ratusan orang-orang Desa Budaya Lingga, Kecamatan Simpang Empat, yang mendengugkan ‘perang’. Perasaan itu dialami pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Lalu meminta perlindungan aparat kemanan.

Pardi, Karo

Halaman parkir Mapolres Karo, dipenuhi puluhan pengungsi asal empat desa tersebut, Sabtu (23/7) petang. Diantaranya Guru Kinayan, Berastepu dan Kuta Tonggal dan Gamber.

Aksi damai ini dilakukan untuk meminta perlindungan dan menjamin keselamatan mereka dari segala kemungkinan buruk yang bakal terjadi akibat proses ‘panas’ atas rencana relokasi mandiri tahap kedua.

Warga meminta kepada Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio untuk menegakkan hukum secara adil dan transparan di Karo. “Kami merasa tidak aman dan nyaman lagi,” pekik Ibu-ibu tua renta sambil menangis.

Mereka mengaku ketakutan. “Kami diintervensi dan digertak-gertak oleh oknum-oknum tertentu. Mereka mendatangi kami dan meminta agar kami tidak memilih Desa Lingga sebagai lahan relokasi untuk hunian tetap (huntap),” aku para warga tersebut.

Beberapa saat usai menyampaikan aspirasinya di hadapan sejumlah personel polisi yang menghalau mereka di pintu masuk Polres Karo, akhirnya sejumlah perwakilan pengungsi diminta untuk masuk agar dilakukan dialog langsung bersama Kapolres Karo AKBP Pangasian Sitio.

Sekitar setengah jam melakukan dialog, sejumlah perwakilan pengungsi kembali ke halaman parkir Polres Karo. Kabag Ops Polres Karo Kompol Aswat Tarigan yang menemui para pengungsi, lalu menyatakan pihaknya akan menjamin keselamatan setiap warga termasuk pengungsi asal empat desa tersebut.

Pihak kepolisian juga akan memproses segala tindakan yang telah menyalahi aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Apalagi sifatnya meresahkan masyarakat.

“Meski demikian, ada proses hukumnya, tidak boleh asal asalan dan mengebu-gebu. Mohon bersabar,” jelas Aswat.

Lebih lanjut dikatakan, pihak kepolisian akan mendirikan pos pengamanan di lokasi sekitar lahan yang dipilih warga untuk relokasi mandiri hingga ke kawasan simpang Desa Lingga.

“Akan kita dirikan pos disana untuk mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal buruk. Pos itu akan dijaga personel kita agar warga merasa aman,” katanya.

Usai mendengarkan penjelasan dari pihak kepolisian, warga keempat desa tersebut selanjutnya membubarkan diri dengan tertib.

Informasi yang diperoleh POSMETRO, aksi damai yang dilakukan warga pengungsi asal empat desa tersebut, menyusul terjadinya bentrok antara dua kelompok warga, Jumat (22/7) hingga dini hari.

Disebutkan, peristiwa itu terjadi di sekitar lokasi lahan yang dipilih warga pengungsi untuk lahan huntap mereka.

“Ya, semalam ada bentrok di simpang Desa Lingga. Bunyi-bunyi lemparan yang cukup keras juga ada, bahkan kabarnya menggunakan bom molotov. Tapi aku tidak tau secara pasti, apa penyebab dan siapa yang bentrok itu. Karena aku lebih memilih diam di rumah daripada melihat keributan itu,” kata seorang kakek di sekitar simpang Desa Lingga.

Siang sebelum adanya pengakuan bentrok itu, sejumlah warga Budaya Lingga mengibarkan bendera merah disini untuk bersiap-siap mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Bahkan warga mengaku siap berjuang meski harus terjadi konflik sekalipun. (cr9/yaa-bersambung)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/