30 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Istri Hamil 8 Bulan Pingsan Dihajar Suami

Foto: Akbar/PM Wanita hamil yang disiksa suami.
Foto: Akbar/PM
Icut, ibu hamil yang disiksa suami.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dengan berderai air mata, Icut (35) yang tengah hamil 8 bulan mendatangi Polsek Delitua, Minggu (24/8) sekitar pukul 10.00 WIB. Kepada polisi, warga Jalan Besar Delitua ini berniat melaporkan suaminya, Ujang (38) yang telah menganiaya dirinya hingga pingsan. Pemicunya, karena Icut menolak bayi yang dikandungnya dijual.

Ditemui usai membuat laporan, ibu empat anak ini mengaku baru saja disiksa oleh Ujang. Penganiayaan itu terjadi di rumah mereka sekitar pukul 09.00 WIB.

Semula ia kesal melihat Ujang yang tak punya pekerjaan itu tidur pulas di kamar. Karena dalam waktu dekat mereka butuh biaya persalinan, Icut pun membangunkan dan menyuruh suaminya mencari nafkah dengan menarik becak bermotor (betor) milik mereka.

Tak terima disuruh kerja, Ujang langsung mengamuk dan memukuli wanita berjilbab itu. Pukulan yang mendarat keras di wajah membuat Icut jatuh telentang tak sadarkan diri. Mirisnya, tanpa rasa iba, Ujang malah pergi begitu saja. Setengah jam berselang Icut baru sadar sendiri.

Kesal dengan kelakuan suaminya, Icut memilih untuk mendatangi Polsek Delitua guna membuat laporan. Icut mengaku telah menjalani hubungan rumah tangga bersama Ujang selama 15 tahun. Selama itu pula, Icut mengaku kerap dianiyaya oleh suaminya.

“Karena anakku yang empat itu, aku bertahan. Kalau dia sudah tak kuanggap. Otak setan itu. Awak suruh kerja malah ngamuk,” ujar Icut dengan uraian air mata.

Disinggung apakah ada permasalahan lain sehingga membuat Ujang kesal? Wanita bertubuh gemuk itu mengaku permasalahan lain yang membuat suaminya jengkel adalah ketika ekonomi mereka mulai menipis, Ujang menyarankan agar menjual anak yang tengah ia kandung kepada orang lain. Namun, Icut menolaknya mentah-mentah.

“Kutolak. Apa pula anakku mau dijualnya. Belum lagi lahir udah mau dijual. Gila kurasa itu jadi ayah,” kesalnya.

SPKT Polsek Delitua yang menerima laporan menyarankan Icut untuk melengkapi laporanya. Sebab, kartu keluarga dan surat nikahnya dengan Ujang tidak dibawa. Icut pulang dan mengambil sebagai dasar untuk membuat laporan. “Bukan tidak menerima laporannya, tapi persyaratan membuat laporan itu juga ’kan harus dilengkapi,” ungkap salah satu petugas SPK.

Sebelum pergi, Icut sempat membeber perjalanan rumah tangganya dengan Ujang. Itu berawal dari lima belas tahun, atau tepatnya tahun 1999 lalu. Setelah mengucap kalimat sakral di rumah orangtuanya, mereka mulai hidup mandiri dengan mengontrak rumah di Jl. Besar Delitua, Kec. Delitua. Semula, bahtera rumah tangga mereka berjalan lancar dan kehidupan mereka pun awalnya bahagia.

“Kalau awal-awalnya ya bahagia dek. Namanya belum tau buruknya kemana,” ujarnya.

Seiring berjalanya waktu, kebahagiaan kedua sejoli itu pun mulai bertambah lengkap ketika mereka dikaruniai seorang anak. Hal itu pun terus berlanjut hingga anak kedua mereka lahir.

“Saat itu tahun 2010. Terakhir kalinya kebahagiaan itu,” katanya. Namun, ketika anak ketiga dan ke empat lahir, keretakan rumah tangga mereka pun mulai terlihat. Saat itulah Icut kerap mendapat perlakuan kasar dari Ujang. “Kasar aja, tak mau kerja. Malas? Makin banyak anak makin malas dia. Kalau dipukuli dah capek aku,” kesalnya.

Maish kata Icut, dari saat itu hingga detik ini, ia terus mendapat perlakuan kasar dari sang suami. Namun, hal itu dapat membuat ia bertahan semata-mata demi anak-anak mereka yang masih kecil-kecil.

Kata Icut, pukulan demi pukulan sudah menjadi makanan sehari-harinya. “Anaklah yang membuatku bertahan saat itu bang,” keluhnya. Hingga puncaknya, ia mengandung anak kelima mereka yang saat ini telah berusia 8 bulan. Tapi penganiayaan itu belum juga berakhir. Bahkan labih parah. Sebelumnya Ujang hanya main pukul. Tapi kini kelakuan Ujang makin menjadi. Sudah jarang memberi nafkah, ia bahkan berniat menjual anak mereka yang tengah dikandung Icut.

“Ya aku tolak anakku mau dijual, kumaki pun dia. Kami selama ini makan dari dia memang bang, tapi Rp10 ribu Rp20 ribu dia bawa uang pulang. Kayak mana mau bayar uang anak sekolah. Apalagi aku sudah mau melahirkan, butuh uang banyak. Sudah cukup keluargaku ikut susah karna dia. Tapi dia nggak ada otaknya,” lirih Icut.

Masih kata dia, walau Ujang sadar keuangan mereka telah menipis, tapi ia masih sempat-sempatnya bermalas-malasan. Hal itu, diduga karena sang istri tidak mengamini permintaan dirinya untuk menjual anak yang dikandung Icut tersebut.

“Suami kayak gitu, ya kusuruh kerja. Malah dipukulnya pulak. Sial kali,” katanya. Mendapat perlakuan itu, apa lagi membuat dirinya tak sadarkan diri. Kesabaran Icut akhirnya meledak. Ia pun bertekat untuk melaporkan suaminya ke kantor polisi. “Biar bengkok dia di penjara. Cukup kalilah udah,” pungkasnya sembari berlalu.(bar/deo)

Foto: Akbar/PM Wanita hamil yang disiksa suami.
Foto: Akbar/PM
Icut, ibu hamil yang disiksa suami.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dengan berderai air mata, Icut (35) yang tengah hamil 8 bulan mendatangi Polsek Delitua, Minggu (24/8) sekitar pukul 10.00 WIB. Kepada polisi, warga Jalan Besar Delitua ini berniat melaporkan suaminya, Ujang (38) yang telah menganiaya dirinya hingga pingsan. Pemicunya, karena Icut menolak bayi yang dikandungnya dijual.

Ditemui usai membuat laporan, ibu empat anak ini mengaku baru saja disiksa oleh Ujang. Penganiayaan itu terjadi di rumah mereka sekitar pukul 09.00 WIB.

Semula ia kesal melihat Ujang yang tak punya pekerjaan itu tidur pulas di kamar. Karena dalam waktu dekat mereka butuh biaya persalinan, Icut pun membangunkan dan menyuruh suaminya mencari nafkah dengan menarik becak bermotor (betor) milik mereka.

Tak terima disuruh kerja, Ujang langsung mengamuk dan memukuli wanita berjilbab itu. Pukulan yang mendarat keras di wajah membuat Icut jatuh telentang tak sadarkan diri. Mirisnya, tanpa rasa iba, Ujang malah pergi begitu saja. Setengah jam berselang Icut baru sadar sendiri.

Kesal dengan kelakuan suaminya, Icut memilih untuk mendatangi Polsek Delitua guna membuat laporan. Icut mengaku telah menjalani hubungan rumah tangga bersama Ujang selama 15 tahun. Selama itu pula, Icut mengaku kerap dianiyaya oleh suaminya.

“Karena anakku yang empat itu, aku bertahan. Kalau dia sudah tak kuanggap. Otak setan itu. Awak suruh kerja malah ngamuk,” ujar Icut dengan uraian air mata.

Disinggung apakah ada permasalahan lain sehingga membuat Ujang kesal? Wanita bertubuh gemuk itu mengaku permasalahan lain yang membuat suaminya jengkel adalah ketika ekonomi mereka mulai menipis, Ujang menyarankan agar menjual anak yang tengah ia kandung kepada orang lain. Namun, Icut menolaknya mentah-mentah.

“Kutolak. Apa pula anakku mau dijualnya. Belum lagi lahir udah mau dijual. Gila kurasa itu jadi ayah,” kesalnya.

SPKT Polsek Delitua yang menerima laporan menyarankan Icut untuk melengkapi laporanya. Sebab, kartu keluarga dan surat nikahnya dengan Ujang tidak dibawa. Icut pulang dan mengambil sebagai dasar untuk membuat laporan. “Bukan tidak menerima laporannya, tapi persyaratan membuat laporan itu juga ’kan harus dilengkapi,” ungkap salah satu petugas SPK.

Sebelum pergi, Icut sempat membeber perjalanan rumah tangganya dengan Ujang. Itu berawal dari lima belas tahun, atau tepatnya tahun 1999 lalu. Setelah mengucap kalimat sakral di rumah orangtuanya, mereka mulai hidup mandiri dengan mengontrak rumah di Jl. Besar Delitua, Kec. Delitua. Semula, bahtera rumah tangga mereka berjalan lancar dan kehidupan mereka pun awalnya bahagia.

“Kalau awal-awalnya ya bahagia dek. Namanya belum tau buruknya kemana,” ujarnya.

Seiring berjalanya waktu, kebahagiaan kedua sejoli itu pun mulai bertambah lengkap ketika mereka dikaruniai seorang anak. Hal itu pun terus berlanjut hingga anak kedua mereka lahir.

“Saat itu tahun 2010. Terakhir kalinya kebahagiaan itu,” katanya. Namun, ketika anak ketiga dan ke empat lahir, keretakan rumah tangga mereka pun mulai terlihat. Saat itulah Icut kerap mendapat perlakuan kasar dari Ujang. “Kasar aja, tak mau kerja. Malas? Makin banyak anak makin malas dia. Kalau dipukuli dah capek aku,” kesalnya.

Maish kata Icut, dari saat itu hingga detik ini, ia terus mendapat perlakuan kasar dari sang suami. Namun, hal itu dapat membuat ia bertahan semata-mata demi anak-anak mereka yang masih kecil-kecil.

Kata Icut, pukulan demi pukulan sudah menjadi makanan sehari-harinya. “Anaklah yang membuatku bertahan saat itu bang,” keluhnya. Hingga puncaknya, ia mengandung anak kelima mereka yang saat ini telah berusia 8 bulan. Tapi penganiayaan itu belum juga berakhir. Bahkan labih parah. Sebelumnya Ujang hanya main pukul. Tapi kini kelakuan Ujang makin menjadi. Sudah jarang memberi nafkah, ia bahkan berniat menjual anak mereka yang tengah dikandung Icut.

“Ya aku tolak anakku mau dijual, kumaki pun dia. Kami selama ini makan dari dia memang bang, tapi Rp10 ribu Rp20 ribu dia bawa uang pulang. Kayak mana mau bayar uang anak sekolah. Apalagi aku sudah mau melahirkan, butuh uang banyak. Sudah cukup keluargaku ikut susah karna dia. Tapi dia nggak ada otaknya,” lirih Icut.

Masih kata dia, walau Ujang sadar keuangan mereka telah menipis, tapi ia masih sempat-sempatnya bermalas-malasan. Hal itu, diduga karena sang istri tidak mengamini permintaan dirinya untuk menjual anak yang dikandung Icut tersebut.

“Suami kayak gitu, ya kusuruh kerja. Malah dipukulnya pulak. Sial kali,” katanya. Mendapat perlakuan itu, apa lagi membuat dirinya tak sadarkan diri. Kesabaran Icut akhirnya meledak. Ia pun bertekat untuk melaporkan suaminya ke kantor polisi. “Biar bengkok dia di penjara. Cukup kalilah udah,” pungkasnya sembari berlalu.(bar/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/