25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

TGB Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk Luncurkan Buku Mengupas tentang Kerukunan Beragama

BERSAMA: TGB Syech Ahmad Sabban Al-Rahmany Rajagukguk (tengah) bersama lainnya di acara peluncuran bukunya di Hotel JW Marriot Medan, Senin (23/9).
IST/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mengusung isu soliditas keberagamaan dan kebangsaan, Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk, meluncurkan buku berjudul Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan serta melantik Gerakan Dai Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK).

Acara peluncuran buku dan pelantikan pengurus GDKK ini juga dirangkai dengan Dialog Nasional Memperkokoh Ikatan Persaudaraan Kebangsaan yang dihadiri ratusan tokoh dari lintas agama, para pejabat pemerintahan, TNI dan Polri, di Hotel JW Marriot, Senin (23/9).

Kegiatan yang dibuka langsung Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi turut dihadiri Wagubsu Musa Rajekshah, Sekdaprovsu Sabrinan

Wakapoldasu Brigjen Pol Mardiaz Kusin, Anggota DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin diwakili Asisten Pemerintahan Setdako Medan, Musadad Nasution, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Ketua Rumah Komunikasi Lintas Agama Pusat Bunda Indah, Kakanwil Kemenag Sumut Iwan Zulhami, Ketua MUI Sumut Abdullah Syah, Rektor UIN Sumut Saidurrahman, para alim ulama serta tokoh lintas agama.

TGB Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk, dalam sambutannya meminta kepada semua pihak untuk menguatkan soliditas keberagamaan dan kebangsaan untuk menjaga persatuan, kebhinekaan dan keutuhan NKRI.

“Untuk menjaga itu, tidak boleh lagi ada yang memainkan isu-isu agama yang berpotensi dapat memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. Para tokoh dari berbagai agama, silakan pelajari dan dalami ajaran agamanya serta dakwahkan kepada jamaahnya masing-masing. Namun, harus tetap saling bergandeng tangan mempererat silaturahim dan persaudaraan dengan umat yang lain demi kedamaian, persatuan dan keutuhan NKRI,” ujarnya.

Disampaikannya metode dakwah yang mengutamakan kerukunan dan persatuan ini ia terapkan karena berakar dari kehidupan pribadi dan keluarganya. “Islam itu rahmat bagi sekalian alam. Sehingga orang yang serius menjalankan agamanya harus juga bisa menjadi rahmat bagi umat yang berbeda agama dengannya,” katanya.

Lebih lanjut ditegaskan dia bahwa persatuan dan kerukunan itu harganya mahal. Para pendiri negara ini telah mengorbankan pikiran, harta bahkan nyawa untuk melahirkan konsep negara kesatuan yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk menyatukan semua agama, suku dan etnis yang ada di Indonesia. “Karena persatuan dan kesatuan itu harganya mahal maka kita harus menjaganya secara bersama-sama,” katanya.

Gubsu Edy Rahmayadi mengatakan, tidak ada agama di dunia yang mengajarkan umatnya untuk saling mencelakai dan berbuat kejahatan. Untuk itu masing-masing pemeluk agama harus hidup saling menghargai dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Atas dasar itu Gubsu sangat mengapresiasi dan mendukung penuh digelarnya dialog nasional sekaligus peluncuran buku yang ditulis TGB Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk. Sebab, buku itu mengupas tentang kerukunan hidup beragama dan kebangsaan sehingga dapat diteladani. “Tuhan menciptakan keberagaman karena ada maksudnya yang tidak kita ketahui sama sekali,” katanya.

Sementara itu, dalam dialog nasional yang menghadirkan sejumlah narasumber dari tokoh lintas agama, dicapai beberapa poin kesepakatan. Pertama; Kasih sayang (kesatuan) adalah sebuah fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia. Kasih sayang ini telah menjadi inti dari ajaran setiap agama. Keragaman tersebut termasuk keragaman agama, juga merupakan anugerah. Karenanya, keragaman agama mestinya menguatkan kasih sayang di antara pemeluknya.

Kedua, bahwa kerukunan atau hidup rukun itu adalah budaya unggulan masyarakat Indonesia yang disebut “kearifan lokal” sehingga tidak boleh hilang serta harus dipertahankan dan ditingkatkan. Ketiga, hidup rukun harus dilandaskan kepada pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang mendalam dan paripurna. Karena setiap agama pada sisinya yang terdalam mengajarkan kasih sayang sebagai landasan penting dalam membangun kerukunan.

Di akhir acara, TGB melantik kepengurusan GDKK yang diketuai Salahuddin Harahap, dan Sekretaris Muhammad Ikhyar Harahap. Sedangkan TGB Syeikh Ahmad Sabban El-Rahmany Rajagukguk, bertindak selaku Ketua Dewan Pembina, dengan Wakil Hj Bunda Indah dan Ketua Dewan Penasehat Bobby Arif Nasution. (prn/ila)

BERSAMA: TGB Syech Ahmad Sabban Al-Rahmany Rajagukguk (tengah) bersama lainnya di acara peluncuran bukunya di Hotel JW Marriot Medan, Senin (23/9).
IST/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mengusung isu soliditas keberagamaan dan kebangsaan, Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk, meluncurkan buku berjudul Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan serta melantik Gerakan Dai Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK).

Acara peluncuran buku dan pelantikan pengurus GDKK ini juga dirangkai dengan Dialog Nasional Memperkokoh Ikatan Persaudaraan Kebangsaan yang dihadiri ratusan tokoh dari lintas agama, para pejabat pemerintahan, TNI dan Polri, di Hotel JW Marriot, Senin (23/9).

Kegiatan yang dibuka langsung Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi turut dihadiri Wagubsu Musa Rajekshah, Sekdaprovsu Sabrinan

Wakapoldasu Brigjen Pol Mardiaz Kusin, Anggota DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin diwakili Asisten Pemerintahan Setdako Medan, Musadad Nasution, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Ketua Rumah Komunikasi Lintas Agama Pusat Bunda Indah, Kakanwil Kemenag Sumut Iwan Zulhami, Ketua MUI Sumut Abdullah Syah, Rektor UIN Sumut Saidurrahman, para alim ulama serta tokoh lintas agama.

TGB Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk, dalam sambutannya meminta kepada semua pihak untuk menguatkan soliditas keberagamaan dan kebangsaan untuk menjaga persatuan, kebhinekaan dan keutuhan NKRI.

“Untuk menjaga itu, tidak boleh lagi ada yang memainkan isu-isu agama yang berpotensi dapat memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. Para tokoh dari berbagai agama, silakan pelajari dan dalami ajaran agamanya serta dakwahkan kepada jamaahnya masing-masing. Namun, harus tetap saling bergandeng tangan mempererat silaturahim dan persaudaraan dengan umat yang lain demi kedamaian, persatuan dan keutuhan NKRI,” ujarnya.

Disampaikannya metode dakwah yang mengutamakan kerukunan dan persatuan ini ia terapkan karena berakar dari kehidupan pribadi dan keluarganya. “Islam itu rahmat bagi sekalian alam. Sehingga orang yang serius menjalankan agamanya harus juga bisa menjadi rahmat bagi umat yang berbeda agama dengannya,” katanya.

Lebih lanjut ditegaskan dia bahwa persatuan dan kerukunan itu harganya mahal. Para pendiri negara ini telah mengorbankan pikiran, harta bahkan nyawa untuk melahirkan konsep negara kesatuan yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk menyatukan semua agama, suku dan etnis yang ada di Indonesia. “Karena persatuan dan kesatuan itu harganya mahal maka kita harus menjaganya secara bersama-sama,” katanya.

Gubsu Edy Rahmayadi mengatakan, tidak ada agama di dunia yang mengajarkan umatnya untuk saling mencelakai dan berbuat kejahatan. Untuk itu masing-masing pemeluk agama harus hidup saling menghargai dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Atas dasar itu Gubsu sangat mengapresiasi dan mendukung penuh digelarnya dialog nasional sekaligus peluncuran buku yang ditulis TGB Syekh Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk. Sebab, buku itu mengupas tentang kerukunan hidup beragama dan kebangsaan sehingga dapat diteladani. “Tuhan menciptakan keberagaman karena ada maksudnya yang tidak kita ketahui sama sekali,” katanya.

Sementara itu, dalam dialog nasional yang menghadirkan sejumlah narasumber dari tokoh lintas agama, dicapai beberapa poin kesepakatan. Pertama; Kasih sayang (kesatuan) adalah sebuah fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia. Kasih sayang ini telah menjadi inti dari ajaran setiap agama. Keragaman tersebut termasuk keragaman agama, juga merupakan anugerah. Karenanya, keragaman agama mestinya menguatkan kasih sayang di antara pemeluknya.

Kedua, bahwa kerukunan atau hidup rukun itu adalah budaya unggulan masyarakat Indonesia yang disebut “kearifan lokal” sehingga tidak boleh hilang serta harus dipertahankan dan ditingkatkan. Ketiga, hidup rukun harus dilandaskan kepada pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang mendalam dan paripurna. Karena setiap agama pada sisinya yang terdalam mengajarkan kasih sayang sebagai landasan penting dalam membangun kerukunan.

Di akhir acara, TGB melantik kepengurusan GDKK yang diketuai Salahuddin Harahap, dan Sekretaris Muhammad Ikhyar Harahap. Sedangkan TGB Syeikh Ahmad Sabban El-Rahmany Rajagukguk, bertindak selaku Ketua Dewan Pembina, dengan Wakil Hj Bunda Indah dan Ketua Dewan Penasehat Bobby Arif Nasution. (prn/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/