26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ingin Hidup Normal Walau tak Keluhkan Rasa Sakit

Tama, Enam Tahun dengan Lubang Anus di Perut

Enam tahun sudah, Riski Yudha Pratama (6) hidup dengan anus di perut. Walau pun demikian anak pasangan Rahmad Aliandi Siregar (32) dan istri, Yenni (32) warga Jalan Laksana, Dusun III, Desa Bintang Meriah, Batang Kuis, hidup seperti anak normal lainnya.

Jhonson P Siahaan  –  Medan.

Sumut Pos, Sabtu (25/2) kemarin menyambangi rumah Riski Yudha Pratama di Jalan Laksana Dusun III Batang Kuis. Lokasinya persis berada di pojok gang kecil yang buntu. Rumahnya sangat sederhana. Berdinding batu yang dicat putih dan beratap seng. Saat itu Riski Yudha Pratama sedang bermain bersama adiknya, Tasya (4). “Silahkan, masuk ajah,” tutur ibu Riski, Yenni kepada wartawan koran ini.

Tidak ada perabot mewah di dalam ruang rumah itu. Hanya ada dua kursi plastik serta ambal coklat. “Kami biasanya memanggilnya Tama,” kata Yenni menyebut nama Riski Yudha Pratama saat menjelaskan panggilan anaknya itu.

Yanni mengawali ceritanya, Tama sekarang berusia enam tahun. Ia hidup dengan anus di perut kirinya. “Ia lahir dengan berat dan tinggi yang normal, hanya saja tidak memiliki anus,” kata Yanni yang saat itu mengenakan baju corak hijau.

Saat mengandung Tama, Yenni mengaku tidak mengalami firasat buruk. Tama dilahirkan di RS Mitra Husada, Pasar VIII, Tembung. Yenni sempat kaget karena anaknya lahir tanpa anus. “ Saat dioperasi Tama berusia dua hari. Tama itu anak saya yang pertama, adiknya Tasya lahir normal. Meskipun anus di perut Tama tak pernah mengeluh sampai sekarang,” sebut sang ibu.

Tama, sekarang sekolah di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Kantor Desa dekat tempat tinggal mereka sekarang.

Yenni sadar anaknya itu sekarang tumbuh besar. Ia ingin Tama memiliki anus yang normal. Sebenarnya dokter bisa mengoperasi kembali Tama, agar memiliki anus yang normal. Hanya saja untuk kembali mengoperasi Tama, orangtua Tama harus mengeluarkan uang yang banyak.

Suami Yenni yang berprofesi sebagai buruh bangunan yang berpenghasilan Rp50 ribu perhari itu, tidak mungkin memiliki uang untuk biaya operasi Tama. “Untuk operasi yang pertama saja di RSU Pirngadi kami memakai Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Kami tak bisa berbuat banyak karena penghasilan suami saya tak cukup. Sewa rumah saja Rp1,5 juta per tahun,” bebernya dengan raut wajah sedih.

Tama sekarang sudah mengetahui kelainan tubuh yang dimilikinya. “Setiap mau kami bawa berobat, Tama tak mau, ia takut dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

Menurut Yenni, Tama tak pernah mengeluh sedikit pun tentang sakit saat buang air besar (BAB) melalui perutnya itu. “ Tak ada kantungan kami buat karena Tama tak mau dipakai itu. Kami hanya pakai kain kasa membersihkannya dan menggunakan air putih. Lagian Tama tak pernah mengeluh sakit,” akunya.

Disela-sela sedang asik berbincang, Yenny, sang ibu memanggil Tama untuk duduk di sampingnya. Saat ditanya, Tama yang menggunakan baju dan celana warna merah ini menjawab sambil menebar senyuman.

“Kalau Tama mau buang air besar, Tama tak merasa sakit Om, Tama suka main bola dan kalau main bola, Tama tak merasa sakit Om,” akunya.
Sambil tersenyum Tama kembali berkata bahwa dirinya kuat makan dan minum dan tak ada sakit apa pun jika kekenyangan.

Tama dengan duduk bersilah ini menambahkan, dirinya baru merasa sakit kalau lubang pembuangan itu disenggol dan bersentuhan. “Tama merasa sakit saat teman Tama pernah menyenggol ini om. Kalau yang ini disentuh sakit om,” akunya sambil menunjukkan lubang anus di perutnya.

Dengan kondisi fisik yang tidak normal itu, Tama mengaku pernah menjadi bahan ejekan teman sekolah. Ada juga sampai ada yang menjahuinya. “Tama diejek kawan dan kawan bilang kentutnya Tama besar sekali om. Tama juga diejek dan dibilang lubang anus Tama tak ada. tapi Tama tetap saja bermain dengan kawan-kawan Tama yang mau bermain dengan Tama,” tuturnya.
Tama sebenarnya memiliki cita-cita seperti anak-anak lainnya.

” Tama ingin kalau sudah besar nanti mau menjadi pemin gitar om, dan Tama ingin seperti anak-anak yang lain,” tuturnya. (*)

Om, punya anus seperti yang lainnya. Kalau malam, Tama lebih suka tidur sama nenek Om,” akunya.

Setelah selesai berbicara, lalu Tama pun berlalu bermain dengan adiknya, Tasya. Yenny mengatakan, dirinya baru pulang dari RSUP H Adam Malik, sehabis berobat jalan. “Rencananya Senin (27/2) lusa, Tama akan dioperasi di RSUP H Adam Malik. Tapi itu pun masih menunggu hasil laboratorium dari dokter dan kalau pun dilakukan operasi saya berharap operasi ini berjalan dengan lancar. Sejauh ini kami hanya membawa berobat jalan saja,” harapnya. (*)

Tama, Enam Tahun dengan Lubang Anus di Perut

Enam tahun sudah, Riski Yudha Pratama (6) hidup dengan anus di perut. Walau pun demikian anak pasangan Rahmad Aliandi Siregar (32) dan istri, Yenni (32) warga Jalan Laksana, Dusun III, Desa Bintang Meriah, Batang Kuis, hidup seperti anak normal lainnya.

Jhonson P Siahaan  –  Medan.

Sumut Pos, Sabtu (25/2) kemarin menyambangi rumah Riski Yudha Pratama di Jalan Laksana Dusun III Batang Kuis. Lokasinya persis berada di pojok gang kecil yang buntu. Rumahnya sangat sederhana. Berdinding batu yang dicat putih dan beratap seng. Saat itu Riski Yudha Pratama sedang bermain bersama adiknya, Tasya (4). “Silahkan, masuk ajah,” tutur ibu Riski, Yenni kepada wartawan koran ini.

Tidak ada perabot mewah di dalam ruang rumah itu. Hanya ada dua kursi plastik serta ambal coklat. “Kami biasanya memanggilnya Tama,” kata Yenni menyebut nama Riski Yudha Pratama saat menjelaskan panggilan anaknya itu.

Yanni mengawali ceritanya, Tama sekarang berusia enam tahun. Ia hidup dengan anus di perut kirinya. “Ia lahir dengan berat dan tinggi yang normal, hanya saja tidak memiliki anus,” kata Yanni yang saat itu mengenakan baju corak hijau.

Saat mengandung Tama, Yenni mengaku tidak mengalami firasat buruk. Tama dilahirkan di RS Mitra Husada, Pasar VIII, Tembung. Yenni sempat kaget karena anaknya lahir tanpa anus. “ Saat dioperasi Tama berusia dua hari. Tama itu anak saya yang pertama, adiknya Tasya lahir normal. Meskipun anus di perut Tama tak pernah mengeluh sampai sekarang,” sebut sang ibu.

Tama, sekarang sekolah di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Kantor Desa dekat tempat tinggal mereka sekarang.

Yenni sadar anaknya itu sekarang tumbuh besar. Ia ingin Tama memiliki anus yang normal. Sebenarnya dokter bisa mengoperasi kembali Tama, agar memiliki anus yang normal. Hanya saja untuk kembali mengoperasi Tama, orangtua Tama harus mengeluarkan uang yang banyak.

Suami Yenni yang berprofesi sebagai buruh bangunan yang berpenghasilan Rp50 ribu perhari itu, tidak mungkin memiliki uang untuk biaya operasi Tama. “Untuk operasi yang pertama saja di RSU Pirngadi kami memakai Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Kami tak bisa berbuat banyak karena penghasilan suami saya tak cukup. Sewa rumah saja Rp1,5 juta per tahun,” bebernya dengan raut wajah sedih.

Tama sekarang sudah mengetahui kelainan tubuh yang dimilikinya. “Setiap mau kami bawa berobat, Tama tak mau, ia takut dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

Menurut Yenni, Tama tak pernah mengeluh sedikit pun tentang sakit saat buang air besar (BAB) melalui perutnya itu. “ Tak ada kantungan kami buat karena Tama tak mau dipakai itu. Kami hanya pakai kain kasa membersihkannya dan menggunakan air putih. Lagian Tama tak pernah mengeluh sakit,” akunya.

Disela-sela sedang asik berbincang, Yenny, sang ibu memanggil Tama untuk duduk di sampingnya. Saat ditanya, Tama yang menggunakan baju dan celana warna merah ini menjawab sambil menebar senyuman.

“Kalau Tama mau buang air besar, Tama tak merasa sakit Om, Tama suka main bola dan kalau main bola, Tama tak merasa sakit Om,” akunya.
Sambil tersenyum Tama kembali berkata bahwa dirinya kuat makan dan minum dan tak ada sakit apa pun jika kekenyangan.

Tama dengan duduk bersilah ini menambahkan, dirinya baru merasa sakit kalau lubang pembuangan itu disenggol dan bersentuhan. “Tama merasa sakit saat teman Tama pernah menyenggol ini om. Kalau yang ini disentuh sakit om,” akunya sambil menunjukkan lubang anus di perutnya.

Dengan kondisi fisik yang tidak normal itu, Tama mengaku pernah menjadi bahan ejekan teman sekolah. Ada juga sampai ada yang menjahuinya. “Tama diejek kawan dan kawan bilang kentutnya Tama besar sekali om. Tama juga diejek dan dibilang lubang anus Tama tak ada. tapi Tama tetap saja bermain dengan kawan-kawan Tama yang mau bermain dengan Tama,” tuturnya.
Tama sebenarnya memiliki cita-cita seperti anak-anak lainnya.

” Tama ingin kalau sudah besar nanti mau menjadi pemin gitar om, dan Tama ingin seperti anak-anak yang lain,” tuturnya. (*)

Om, punya anus seperti yang lainnya. Kalau malam, Tama lebih suka tidur sama nenek Om,” akunya.

Setelah selesai berbicara, lalu Tama pun berlalu bermain dengan adiknya, Tasya. Yenny mengatakan, dirinya baru pulang dari RSUP H Adam Malik, sehabis berobat jalan. “Rencananya Senin (27/2) lusa, Tama akan dioperasi di RSUP H Adam Malik. Tapi itu pun masih menunggu hasil laboratorium dari dokter dan kalau pun dilakukan operasi saya berharap operasi ini berjalan dengan lancar. Sejauh ini kami hanya membawa berobat jalan saja,” harapnya. (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/