SUMUTPOS.CO – Setelah lebih dari sepuluh bulan, Novel Baswedan kembali berjalan kaki melewati jalan tempat dia disiram air keras untuk berjamaah Subuh. Jamaah dan tetangga mengharapkan dia bisa kembali rutin ikut pengajian.
==============================================================================
AGUS DWI PRASETYO, Jakarta
==============================================================================
PUKUL 04.46, mengenakan baju koko cokelat dan peci putih, Novel Baswedan melangkah menuju Masjid Al Ihsan. Jaraknya sekitar 70 meter dari kediaman kepala satuan tugas penyidikan KPK itu.
Azan Subuh beberapa menit sebelumnya telah berkumandang. Jalan Deposito di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada pagi buta kemarin itu (23/2) tampak terang.
Sebab, di sisi timur, dekat Masjid Al Ihsan, ada lampu sorot radius 100 meter yang terpasang. Lampu serupa juga dipasang warga setempat di sisi barat rumah Novel.
Penerangan itulah yang tak ada pada ”pagi jahanam” 11 April tahun lalu. Saat Novel diseram air keras oleh pelaku yang sampai kini belum juga tertangkap.
Serangan yang mengakibatkan penyidik andalan KPK itu harus dirawat di Singapura selama lebih dari sepuluh bulan. Dan, mengakibatkan mata kirinya belum sepenuhnya pulih. Sampai kini.
Kemarin, untuk kali pertama dalam 10 bulan 11 hari sejak diserang, Novel meniti kembali jalan tersebut. Ayah lima anak itu melangkah mantap. Tak terlihat trauma.
Hanya agak mengeluhkan pandangan matanya. ”Mata saya kabur sekali,” tuturnya kepada Jawa Pos yang turut mendampinginya menuju masjid untuk menunaikan salat Subuh.
Sekitar tiga jam sebelumnya…
Cangkir kopi di bawah kursi plastik itu tinggal ampasnya. Tak jauh dari situ, ada bungkus lemper dari daun pisang. Isinya sudah lenyap.
Di sampingnya beberapa gelas plastik air mineral berserakan. Sudah tidak ada air lagi di dalamnya. Dan, di atas meja dekat kursi beberapa potong martabak dalam dus kecil masih tersisa. Hanya, bentuknya sudah lepek.
Tapi, Maryoto tetap bersemangat bicara ngalor ngidul. Matanya masih terang.