26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Aneh, Fotokopi Surat Nikah pun Disita

Foto: Imam Husein/Jawa Pos Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bersama anak pertamanya usai berwudhu untuk bersiap menunaikan shalat berjamaah di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (03/04/2015).
Foto: Imam Husein/Jawa Pos
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bersama anak pertamanya usai berwudhu untuk bersiap menunaikan shalat berjamaah di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (03/04/2015).

Usai ditangguhkan penahanannya oleh Mabes Polri kemarin (2/5), Novel Baswedan kembali ke rumahnya di Jalan Deposito RT 3 RW 10 no 68 Kelapa Gading Jakarta Utara. Penyidik KPK itu kembali beraktifitas seperti biasa. Seolah dia tidak sedang menghadapi masalah yang besar.

***

Minggu (3/5), Jawa Pos (grup Sumut Pos) berkesempatan mendatangi kediaman Novel. Jalan di depan rumah bergaya minimalis itu terlihat padat. Pasalnya ada sekitar sepuluh mobil stasiun televisi berjejer di depan rumah bercat krem itu. Mereka berlomba untuk mewancarai orang yang ditangkap Mabes Polri pada hari Jumat (1/5). Dia ditangkap karena diduga melakukan penganiayaan pada pelaku pencurian sarang burung walet tahun 2004 silam di Bengkulu.

Kediaman Novel terlihat sederhana. Rumah bertipe 42 itu mempunyai dua lantai. Ada garasi namun tidak ada mobil saat itu. Yang ada hanya sepeda motor Supra X warna hitam bernopol B 3066 UFA.

Tak hanya berfungsi sebagai rumah, Novel memanfaatkan pondok kecilnya untuk berjualan. Dia membuka butik. Namanya Emilda Boutique yang menjual baju-baju gamis syar’I. Karena terbatasnya lahan, dia menyulap ruang tamu sebagai tempat untuk mendisplay barang dagangannya.

Keramaian terlihat di halaman rumah Novel. Puluhan wartawan baik tv, elektronik, maupun cetak tampak mewancarai pria yang dulu sempat menjabat sebagai Kasatreskrim Polres Bengkulu itu. Dengan sabar, Novel melayani satu per satu awakmedia yang ingin mendapatkan keterangan langsung darinya.

Dalam keterangannya, Novel menegaskan penetapan tersangka oleh Bareskrim sebagai merupakan bentuk kriminalisasi. Karena dia berpendapat bahwa dia tidak melakukan apa yang disangkakan oleh Korps Tribrata itu. “Saya berpendapat seperti itu,” ujarnya kemarin.

Meski begitu, Novel mengaku siap untuk menghadapi pemeriksaan Bareskrim. Dia mengaku sebagai orang yang paham dengan hukum dan taat hukum, tidak akan melanggar hukum. “Saya siap untuk menghadapi,” tuturnya.

Novel dikabarkan menolak untuk menjalani rekonstruksi di Bengkulu. Padahal saat itu, petugas sudah membawanya terbang dari Jakarta ke Bengkulu. Novel membenarkan jika dia tidak mau melakukan rekonstruksi. Sebab, dia merasa tidak bersalah pada kasus yang menjeratnya saat ini. Dia tidak merasa membunuh satu dari empat kawanan pencuri sarang burung walet tersebut. Dia kembali menekankan bahwa kasus itu merupakan bentuk kriminalisasi. “Tidak masuk di dalam pikiran saya,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Novel mengimbau pada pegawai dan penyidik KPK untuk tetap bekerja maksimal memerangi korupsi. Jangan takut menghadapi segala ancaman. Karena semua ini merupakan konsekuensi dari tugas penyidik. “Tak perlu takut, tak perlu gentar. Karena Tuhan selalu melindungi orang yang benar,” jelasnya.

Ketika ditahan oleh Polri, Presiden Joko Widodo sempat bereaksi keras. Mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta itu meminta Polri untuk segera melepaskan Novel. Menanggapi itu, Novel mengucapkan terima kasih. Dia yakin presiden tahu mana yang benar dan mana yang salah. Selain itu dia juga mengucapkan terimakasih pada masyarakat yang telah mendukungnya.

Ke depan dia berharap presiden memberikan dukungan penuh pada KPK dan penegak hukum yang lain. Sebab, korupsi masih menjadi permasalahan yang belum bisa diselsaikan di Indonesia. Novel juga meminta baik Polri, kejaksaan dan KPK untuk bersatu memerangi korupsi. “Karena penjahat korupsi bersatu mencuri uang negara. Penegak hukum juga harus bersinergi,” terangnya.

Foto: Imam Husein/Jawa Pos Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bersama anak pertamanya usai berwudhu untuk bersiap menunaikan shalat berjamaah di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (03/04/2015).
Foto: Imam Husein/Jawa Pos
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bersama anak pertamanya usai berwudhu untuk bersiap menunaikan shalat berjamaah di Masjid Al-Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (03/04/2015).

Usai ditangguhkan penahanannya oleh Mabes Polri kemarin (2/5), Novel Baswedan kembali ke rumahnya di Jalan Deposito RT 3 RW 10 no 68 Kelapa Gading Jakarta Utara. Penyidik KPK itu kembali beraktifitas seperti biasa. Seolah dia tidak sedang menghadapi masalah yang besar.

***

Minggu (3/5), Jawa Pos (grup Sumut Pos) berkesempatan mendatangi kediaman Novel. Jalan di depan rumah bergaya minimalis itu terlihat padat. Pasalnya ada sekitar sepuluh mobil stasiun televisi berjejer di depan rumah bercat krem itu. Mereka berlomba untuk mewancarai orang yang ditangkap Mabes Polri pada hari Jumat (1/5). Dia ditangkap karena diduga melakukan penganiayaan pada pelaku pencurian sarang burung walet tahun 2004 silam di Bengkulu.

Kediaman Novel terlihat sederhana. Rumah bertipe 42 itu mempunyai dua lantai. Ada garasi namun tidak ada mobil saat itu. Yang ada hanya sepeda motor Supra X warna hitam bernopol B 3066 UFA.

Tak hanya berfungsi sebagai rumah, Novel memanfaatkan pondok kecilnya untuk berjualan. Dia membuka butik. Namanya Emilda Boutique yang menjual baju-baju gamis syar’I. Karena terbatasnya lahan, dia menyulap ruang tamu sebagai tempat untuk mendisplay barang dagangannya.

Keramaian terlihat di halaman rumah Novel. Puluhan wartawan baik tv, elektronik, maupun cetak tampak mewancarai pria yang dulu sempat menjabat sebagai Kasatreskrim Polres Bengkulu itu. Dengan sabar, Novel melayani satu per satu awakmedia yang ingin mendapatkan keterangan langsung darinya.

Dalam keterangannya, Novel menegaskan penetapan tersangka oleh Bareskrim sebagai merupakan bentuk kriminalisasi. Karena dia berpendapat bahwa dia tidak melakukan apa yang disangkakan oleh Korps Tribrata itu. “Saya berpendapat seperti itu,” ujarnya kemarin.

Meski begitu, Novel mengaku siap untuk menghadapi pemeriksaan Bareskrim. Dia mengaku sebagai orang yang paham dengan hukum dan taat hukum, tidak akan melanggar hukum. “Saya siap untuk menghadapi,” tuturnya.

Novel dikabarkan menolak untuk menjalani rekonstruksi di Bengkulu. Padahal saat itu, petugas sudah membawanya terbang dari Jakarta ke Bengkulu. Novel membenarkan jika dia tidak mau melakukan rekonstruksi. Sebab, dia merasa tidak bersalah pada kasus yang menjeratnya saat ini. Dia tidak merasa membunuh satu dari empat kawanan pencuri sarang burung walet tersebut. Dia kembali menekankan bahwa kasus itu merupakan bentuk kriminalisasi. “Tidak masuk di dalam pikiran saya,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Novel mengimbau pada pegawai dan penyidik KPK untuk tetap bekerja maksimal memerangi korupsi. Jangan takut menghadapi segala ancaman. Karena semua ini merupakan konsekuensi dari tugas penyidik. “Tak perlu takut, tak perlu gentar. Karena Tuhan selalu melindungi orang yang benar,” jelasnya.

Ketika ditahan oleh Polri, Presiden Joko Widodo sempat bereaksi keras. Mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta itu meminta Polri untuk segera melepaskan Novel. Menanggapi itu, Novel mengucapkan terima kasih. Dia yakin presiden tahu mana yang benar dan mana yang salah. Selain itu dia juga mengucapkan terimakasih pada masyarakat yang telah mendukungnya.

Ke depan dia berharap presiden memberikan dukungan penuh pada KPK dan penegak hukum yang lain. Sebab, korupsi masih menjadi permasalahan yang belum bisa diselsaikan di Indonesia. Novel juga meminta baik Polri, kejaksaan dan KPK untuk bersatu memerangi korupsi. “Karena penjahat korupsi bersatu mencuri uang negara. Penegak hukum juga harus bersinergi,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/