26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Novel Baswedan Tidak Trauma, Hanya Pandangan Mata Kabur

Padahal, angka penunjuk waktu di layar ponsel pintar anggota Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) DKI Jakarta tersebut sudah menunjuk pukul 01.34.

Sudah sejak Kamis sore (22/2) Maryoto berjaga di depan rumah Novel. M. Yahya, 23, anggota Kokam DKI Jakarta lain ikut menemani.

Selain mereka, ada empat pegawai KPK yang berjaga. ”Yang lain sudah tidur,” ujar salah seorang petugas KPK yang masih melek dini hari tersebut.

Novel tiba kembali di Jakarta dari Singapura pada Kamis siang lalu. Dari bandara, mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu langsung menuju kantor KPK.

Di sana dia disambut rekan-rekannya sesama pegawai KPK dengan semringah. Termasuk mantan Ketua KPK Abraham Samad. Para aktivis antikorupsi juga tidak ketinggalan memberikan ucapan yang sama lewat teriakan dan yel-yel.

Setelah menyapa rekan-rekannya, Novel lantas berbicara di ambang pintu lobi gedung. Dia berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan perhatian dan dukungan pascateror penyiraman air keras pada 11 April tahun lalu. Dia pun tidak ingin penyerangan yang hingga kini belum terungkap pelakunya itu melemahkan semangat pemberantasan korupsi.

”Saya ingin bisa menularkan semangat hal yang sama,” ujar suami Rina Emilda tersebut ketika itu.

Dari kantor KPK, baru kemudian Novel pulang ke rumah. Di sana KPK telah menyediakan ”fasilitas” untuk berjaga.

Misalnya, tenda kecil berukuran 2 x 2 meter yang di dalamnya berisi satu tempat tidur dan sebuah meja. Di atas meja ada dispenser air panas dan dingin untuk membuat kopi atau teh. Ada pula terminal listrik untuk memudahkan mengisi ulang daya baterai gadget.

Selain lampu yang menerangi Jalan Deposito, di ujung barat dan timur jalan tempat rumah Novel berada juga dipasang portal kayu. Tingginya 1,5 meter. Portal di tengah jalan itu lumayan menghambat laju kendaraan, khususnya mobil, yang akan lewat di depan rumah Novel. Sehingga setidaknya bisa meminimalkan ancaman serangan.

 

Pukul 04.52, dengan dikawal Maryoto, Yahya, dan beberapa petugas KPK, Novel akhirnya sampai ke masjid. Novel lantas melaksanakan salat sunah Tahiyat Masjid atau qabliyah. Seperti kebiasaannya, dia memilih saf paling depan.

Tak berselang lama, suara iqamah terdengar. Semua jamaah berdiri dan beringsut merapatkan saf. Salat Subuh berjamaah pertama Novel di Masjid Al Ihsan sejak 11 April tahun lalu itu diimami H Abdul Rokhim Hasan.

Salat usai, Novel dan para jamaah saling bersalaman sembari bersalawat. Beberapa jamaah sempat memeluk dan saling tempel kening dengan Novel. ”Kami menyambut dengan kegembiraan,” kata Hasan.

Padahal, angka penunjuk waktu di layar ponsel pintar anggota Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) DKI Jakarta tersebut sudah menunjuk pukul 01.34.

Sudah sejak Kamis sore (22/2) Maryoto berjaga di depan rumah Novel. M. Yahya, 23, anggota Kokam DKI Jakarta lain ikut menemani.

Selain mereka, ada empat pegawai KPK yang berjaga. ”Yang lain sudah tidur,” ujar salah seorang petugas KPK yang masih melek dini hari tersebut.

Novel tiba kembali di Jakarta dari Singapura pada Kamis siang lalu. Dari bandara, mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu langsung menuju kantor KPK.

Di sana dia disambut rekan-rekannya sesama pegawai KPK dengan semringah. Termasuk mantan Ketua KPK Abraham Samad. Para aktivis antikorupsi juga tidak ketinggalan memberikan ucapan yang sama lewat teriakan dan yel-yel.

Setelah menyapa rekan-rekannya, Novel lantas berbicara di ambang pintu lobi gedung. Dia berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan perhatian dan dukungan pascateror penyiraman air keras pada 11 April tahun lalu. Dia pun tidak ingin penyerangan yang hingga kini belum terungkap pelakunya itu melemahkan semangat pemberantasan korupsi.

”Saya ingin bisa menularkan semangat hal yang sama,” ujar suami Rina Emilda tersebut ketika itu.

Dari kantor KPK, baru kemudian Novel pulang ke rumah. Di sana KPK telah menyediakan ”fasilitas” untuk berjaga.

Misalnya, tenda kecil berukuran 2 x 2 meter yang di dalamnya berisi satu tempat tidur dan sebuah meja. Di atas meja ada dispenser air panas dan dingin untuk membuat kopi atau teh. Ada pula terminal listrik untuk memudahkan mengisi ulang daya baterai gadget.

Selain lampu yang menerangi Jalan Deposito, di ujung barat dan timur jalan tempat rumah Novel berada juga dipasang portal kayu. Tingginya 1,5 meter. Portal di tengah jalan itu lumayan menghambat laju kendaraan, khususnya mobil, yang akan lewat di depan rumah Novel. Sehingga setidaknya bisa meminimalkan ancaman serangan.

 

Pukul 04.52, dengan dikawal Maryoto, Yahya, dan beberapa petugas KPK, Novel akhirnya sampai ke masjid. Novel lantas melaksanakan salat sunah Tahiyat Masjid atau qabliyah. Seperti kebiasaannya, dia memilih saf paling depan.

Tak berselang lama, suara iqamah terdengar. Semua jamaah berdiri dan beringsut merapatkan saf. Salat Subuh berjamaah pertama Novel di Masjid Al Ihsan sejak 11 April tahun lalu itu diimami H Abdul Rokhim Hasan.

Salat usai, Novel dan para jamaah saling bersalaman sembari bersalawat. Beberapa jamaah sempat memeluk dan saling tempel kening dengan Novel. ”Kami menyambut dengan kegembiraan,” kata Hasan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/