25.6 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Tokoh OKP Diserbu Orang Sekampung

Warga Jalan Garu II Marah Karena Ditantang Pakai Kelewang

MEDAN- Sebuah rumah bertingkat dua di Jalan Garu 2A, Kelurahan Harjosari 1, Medan Amplas, diserbu warg, Selasa (14/4) malam.

Warga kesal terhadap pemilik rumah, Maniur Sihotang (35), setelah memukul seorang warga, Ahmad Rifai alias Butong (15). Warga juga tak suka dengan sikap arogan Maniur yang terang-terangan menantang warga sekitar sambil menyeret kelewang. Maniur berani menantang warga dengan mengandalkan sejumlah rekannya anggota sebuah organisasi kepemudaan (OKP).

Pantauan Sumut Pos, seratusan warga yang menyerbu dan mengerumuni rumah tersebut terus berteriak-teriak untuk membakar rumah tersebut. Di antara mereka, ada yang membawa alat seperti kayu. Kaca rumah tersebut juga tampak pecah akibat lemparan batu.

“Dia menantang sambil menyeret-nyeret kelewang. Ini yang memancing amarah warga sekampung. Dia sudah sangat meresahkan dan sering berbuat onar,” ungkap warga setempat, Rizwan Hasbi Nasution kepada Sumut Pos.

Pria yang mengaku sebagai sebuah LSM Cabang Medan Amplas menuturkan, perselisihan antara pemilik rumah dengan warga setempat, sudah beberapa kali berulang.
“Sekitar pukul 19.00 WIB tadi sudah lempar-lemparan antara warga dan pemilik rumah. Kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Sebaiknya dia (Maniur, Red) diusir saja dari sini,” terangnya lagi.

Mengapa Maniur memukul Butong? Menurut Fauzi, warga Pasar Merah yang tengah berkunjung ke rumah mertuanya, tidak jauh dari rumah yang dikepung warga tersebut, Maniur Sihotang diduga kesal kepada Butong. “Tadi ceritanya, si Butong lagi main gitar di depan rumahnya. Mungkin merasa terganggu, Maniur mendatangi kemudian langsung memukulnya (Butong). Terus menantang warga sini, dengan menyeret-nyeret kelewang. Sempat lempar-lemparan,” bebernya.

Maniur menempati rumah berlantai dua yang juga difungsikan sebagai tempat kos-kosan, sejak dua tahun lalu. “Dia pindahan dari Mandala By Pas, lebih kurang dua tahun belakangan ini,” ujar Rizwan Hasbi Nasution.

Penghuni tempat kos-kosan diisi beragam kalangan. Selain dihuni mahasiswa, tempat kos-kosan itu ditempati pasangan yang tidak jelas identitasnya. “Di rumah itu banyak PSK (Pekerja Seks Komersil). Warga pun sering melihat orang mabuk-mabukan di sana,” tuturnya lagi.

Abang kandung Butong, Suhaimi alias Mimi mensinyalir, banyak praktek terlarang yang terjadi di rumah kos-kosan itu. “Di dalamnya pasti ada narkoba. Nggak tahulah bandar atau tidak,. Ada PSK juga,” tuturnya kepada Sumut Pos.

Kondisi yang sempat ramai itu akhirnya bisa dikendalikan pihak keamanan. Puluhan personel polisi berseragam lengkap dari Polresta Medan mengamankan para penghuni rumah dari amuk massa.

Ahmad Rifai (17), warga Jalan Garu 2 yang mengaku menjadi korban pemukulan oleh Maniur menuturkan, Selasa (24/4) malam sekira pukul 23.30 WIB,  ia bersama seorang rekannya melintas di depan rumah Maniur dengan tujuan hendak membeli rokok. Saat bersamaan, rumah Maniur dilempar oleh orang tak dikenal.  Melihat Rifai melintas, Maniur yang saat itu sedang berkumpul bersama sejumlah rekannya pun memanggil Rifai yang tak tahu apa-apa.

Rifai langsung cerca dengan kata-kata kasar hingga mendapat kan pukulan.
“Kalian jangan sok jago, kau panggil kawanmu, mayatmu pun bisa ku beli,” tutur Rifai menirukan perkataan Maniur padanya.

Rifai pun tetap tidak mengakui bahwa pelemparan itu dilakukannya. Mendapat perlakuan arogan begitu, Rifai pun mengadukan peristiwa yang dialaminya pada warga lainnya. Rifai menjelaskan, beberapa saat kemudian beberapa warga pun mendatangi kediaman Maniur.
Namun tak lama kemudian, warga dengan jumlah lebih besar mendatangi rumah Maniur.

Rumah kos-kosan Maniur di lokasi tersebut menjadi sasaran kemarahan warga hingga rumah tersebut rusak.Debi, istri Maniur membantah suaminya kerap bertindak arogan terhadap warga. “Nggak ada kami kereak,” kata Debi.

Ia pun membantah suaminya telah melakukan pemukulan seperti yangdisebutkan. “Kenapa jadi suami saya yang diperiksa,” tutur Debi.
Dirinya mengaku saat ini tidak berani pulang ke rumahnya karena khawatir dan masih trauma.

Polresta Medan masih melakukan pemeriksaan terhadap sang pemilik rumah Maniur Sihotang (34) dan 11 orang warga yang diduga melakukan pemukulan terhadap seorang warga, yang menjadi penyulut aksi massa.

Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Yoris Marzuki mengatakan, saat ini polisi telah mengamankan 11 tersangka. (gus)

Warga Jalan Garu II Marah Karena Ditantang Pakai Kelewang

MEDAN- Sebuah rumah bertingkat dua di Jalan Garu 2A, Kelurahan Harjosari 1, Medan Amplas, diserbu warg, Selasa (14/4) malam.

Warga kesal terhadap pemilik rumah, Maniur Sihotang (35), setelah memukul seorang warga, Ahmad Rifai alias Butong (15). Warga juga tak suka dengan sikap arogan Maniur yang terang-terangan menantang warga sekitar sambil menyeret kelewang. Maniur berani menantang warga dengan mengandalkan sejumlah rekannya anggota sebuah organisasi kepemudaan (OKP).

Pantauan Sumut Pos, seratusan warga yang menyerbu dan mengerumuni rumah tersebut terus berteriak-teriak untuk membakar rumah tersebut. Di antara mereka, ada yang membawa alat seperti kayu. Kaca rumah tersebut juga tampak pecah akibat lemparan batu.

“Dia menantang sambil menyeret-nyeret kelewang. Ini yang memancing amarah warga sekampung. Dia sudah sangat meresahkan dan sering berbuat onar,” ungkap warga setempat, Rizwan Hasbi Nasution kepada Sumut Pos.

Pria yang mengaku sebagai sebuah LSM Cabang Medan Amplas menuturkan, perselisihan antara pemilik rumah dengan warga setempat, sudah beberapa kali berulang.
“Sekitar pukul 19.00 WIB tadi sudah lempar-lemparan antara warga dan pemilik rumah. Kejadian seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Sebaiknya dia (Maniur, Red) diusir saja dari sini,” terangnya lagi.

Mengapa Maniur memukul Butong? Menurut Fauzi, warga Pasar Merah yang tengah berkunjung ke rumah mertuanya, tidak jauh dari rumah yang dikepung warga tersebut, Maniur Sihotang diduga kesal kepada Butong. “Tadi ceritanya, si Butong lagi main gitar di depan rumahnya. Mungkin merasa terganggu, Maniur mendatangi kemudian langsung memukulnya (Butong). Terus menantang warga sini, dengan menyeret-nyeret kelewang. Sempat lempar-lemparan,” bebernya.

Maniur menempati rumah berlantai dua yang juga difungsikan sebagai tempat kos-kosan, sejak dua tahun lalu. “Dia pindahan dari Mandala By Pas, lebih kurang dua tahun belakangan ini,” ujar Rizwan Hasbi Nasution.

Penghuni tempat kos-kosan diisi beragam kalangan. Selain dihuni mahasiswa, tempat kos-kosan itu ditempati pasangan yang tidak jelas identitasnya. “Di rumah itu banyak PSK (Pekerja Seks Komersil). Warga pun sering melihat orang mabuk-mabukan di sana,” tuturnya lagi.

Abang kandung Butong, Suhaimi alias Mimi mensinyalir, banyak praktek terlarang yang terjadi di rumah kos-kosan itu. “Di dalamnya pasti ada narkoba. Nggak tahulah bandar atau tidak,. Ada PSK juga,” tuturnya kepada Sumut Pos.

Kondisi yang sempat ramai itu akhirnya bisa dikendalikan pihak keamanan. Puluhan personel polisi berseragam lengkap dari Polresta Medan mengamankan para penghuni rumah dari amuk massa.

Ahmad Rifai (17), warga Jalan Garu 2 yang mengaku menjadi korban pemukulan oleh Maniur menuturkan, Selasa (24/4) malam sekira pukul 23.30 WIB,  ia bersama seorang rekannya melintas di depan rumah Maniur dengan tujuan hendak membeli rokok. Saat bersamaan, rumah Maniur dilempar oleh orang tak dikenal.  Melihat Rifai melintas, Maniur yang saat itu sedang berkumpul bersama sejumlah rekannya pun memanggil Rifai yang tak tahu apa-apa.

Rifai langsung cerca dengan kata-kata kasar hingga mendapat kan pukulan.
“Kalian jangan sok jago, kau panggil kawanmu, mayatmu pun bisa ku beli,” tutur Rifai menirukan perkataan Maniur padanya.

Rifai pun tetap tidak mengakui bahwa pelemparan itu dilakukannya. Mendapat perlakuan arogan begitu, Rifai pun mengadukan peristiwa yang dialaminya pada warga lainnya. Rifai menjelaskan, beberapa saat kemudian beberapa warga pun mendatangi kediaman Maniur.
Namun tak lama kemudian, warga dengan jumlah lebih besar mendatangi rumah Maniur.

Rumah kos-kosan Maniur di lokasi tersebut menjadi sasaran kemarahan warga hingga rumah tersebut rusak.Debi, istri Maniur membantah suaminya kerap bertindak arogan terhadap warga. “Nggak ada kami kereak,” kata Debi.

Ia pun membantah suaminya telah melakukan pemukulan seperti yangdisebutkan. “Kenapa jadi suami saya yang diperiksa,” tutur Debi.
Dirinya mengaku saat ini tidak berani pulang ke rumahnya karena khawatir dan masih trauma.

Polresta Medan masih melakukan pemeriksaan terhadap sang pemilik rumah Maniur Sihotang (34) dan 11 orang warga yang diduga melakukan pemukulan terhadap seorang warga, yang menjadi penyulut aksi massa.

Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Yoris Marzuki mengatakan, saat ini polisi telah mengamankan 11 tersangka. (gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/