SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Tak hanya Tim SAR Gabungan yang bekerja keras mencari korban dan bangkai kapal KM Sinar Bangun, yang tenggelam di Danau Toba, Senin (18/6) sore lalu. Keluarga korban hilang juga mengerahkan paranormal dan grup music Gondang Batak, untuk ‘mangelek’ (membujuk, Red) ‘penguasa Danau Toba’ agar mengembalikan jenazah yang ‘ditahannya’ di bawah air.
Meski demikian, upaya paranormal yang dikerahkan itu belum menunjukkan hasil. Pencarian korban tetap nihil hingga hari ketujuh pencarian.
Master Spiritual Dunia dari Tanah Batak, Sori Mangaraja Sitanggang, saat dimintai pendapat menanggapi kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun, ditinjau dari pandangan spiritual, Senin (25/6) mengatakan, prihatin karena hingga hari ke-7 upaya Tim Sar Gabungan belum membuahkan hasil maksimal. Bahkan ritual mangelek oleh keluarga korban yang dipandu paranormal, juga belum menunjukkan hasil.
Ia menjelaskan, yang menyebabkan kejadian kapal tenggelam itu bukan ‘Namboru’ (sebutan orang Batak untuk menyebut ratu penguasa Danau Toba, Red). Menurut keyakinannya, Namboru penghuni danau sangat jarang marah.
“Namboru itu tidak marah. Yang marah justru Appilaos (panglima penjaga Danau Toba). Appilaos inilah yang bertugas manjaga Danau Toba, yang diturunkan oleh Oppung Mula Jadi Nabolon kepada Raja Silalahi Sabungan,” kata Sori Mangaraja.
Menurut Sori Mangaraja, alam gaib marah karena upacara penghormatan melalui margondang di Danau Toba, sudah diabaikan. Padahal seharusnya, margondang di danau wajib dilakukan untuk menghormati ‘penghuni’ danau, sebelum melakukan kegiatan kebudayaan di darat, terutama Pulau Samosir (ada event Karnaval Sigale-gale di Samosir tanggal 20 Juni 2018, Red).
Sayangnya, lanjut Mangaraja, banyak orang yang tidak percaya dengan ritual budaya ini. “Dahulu ritual selalu dilakukan sebelum Pesta Danau Toba atau Festival Danau Toba. Yang terakhir, margondang saya lakukan tahun 2016 lalu, saat Presiden Jokowi datang ke Parapat dan Balige,” ujarnya.
Dari sudut spiritual, menurut Mangaraja, setiap kali hendak menghukum manusia, Appilaos turun dalam bentuk awan hitam berputar yang turun ke atas Danau Toba. Fenomena ini menjadi pertanda bagi masyarakat, agar lebih berhati hati dalam berlayar.
Bersatu Bujuk Appilaos
Tentang ritual Mangelek dan Gondang Mangelek yang digelar beberapa paranormal dan Grup Gondang Batak, menurut Sori Mangaraja, yang paling penting diperhatikan adalah ‘kepada siapa’ ritual mangelek itu ditujukan. “Yang perlu dielek itu adalah Appilaos, bukan penguasa Danau Toba,” tegasnya.
Terkait penemuan ikan mas seberat 14 kilogram di Danau Toba, yang dikait-kaitkan dengan dengan tenggelamnya KM Sinar Bangun, Mangaraja memastikan, hal itu tidak ada hubungannya. Menurutnya, Danau Toba yang sudah terbentuk sejak ribuan tahun lalu, memiliki kekayaan alam berupa ikan mas. Bahkan sekira tahun 1960-an, nelayan pernah menemukan ikan mas seukuran perahu.
“Kawasan Danau Toba sekarang sedang berkembang menjadi destinasi wisata dunia. Jadi tolonglah pengunjung jangan ditakut-takuti dengan mitos itu. Yang penting, para penumpang kapal diharapkan tetap berlaku sopan selam di kawasan Danau Toba,” katanya.
Ditanya soslusi untuk menemukan korban hilang dan bangkai kapal, Sori Mangaraja mengimbau, agar seluruh pemilik kekuatan supranatural di Tanah Batak, meminta kepada Appilaos untuk mendatangkan angin arus bawah. Tujuannya, untuk menggerakkan kapal kayu Sinar Bangun naik ke permukaan.
“Dengan bantuan doa serta upaya teknologi yang dikerahkan Tim SAR, masih ada harapan bangkai kapal dapat ditemukan. Saya yakin, masih banyak korban terperangkap di dalam kapal,” paparnya. (ana/esa/ms/smg)