MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perhatian publik terhadap Medan Plaza semakin tinggi pascainsiden terbakarnya salah satu pusat perbelanjaan tertua di Kota Medan itu, Sabtu (22/8) lalu. Apalagi sempat merebak isu, Medan Plaza memang sengaja dibakar.
Seorang pedagang pakaian yang mengaku bernama Tumpal Tampubolon (45) mengatakan, dugaan kesengajaan gedung tersebut dibakar tidak hanya sekedar asumsinya. Akan tetapi, ada indikasi yang mengarah ke sana.
“Kita berasumsi gedung itu dibakar, atau terbakar dengan faktor kesengajaan. Karena, semua fasilitas pemadam kebakaran di dalam gedung saat kejadian tidak berfungsi semestinya. Contoh, kebakaran terjadi jam 1 dinihari. Dibuka hydran yang ada di dalam gedung ternyata tidak ada air. Tetapi, tiba-tiba jam 6 pagi hydrannya hidup. Ini jelas ada yang aneh dan menimbulkan asumsi kecurigaan, kenapa bisa seperti itu,” ungkap Tumpal yang datang ke lokasi kebakaran, Selasa (25/8) siang.
Jadi, ia berkesimpulan, kebakaran itu ada unsur kesengajaan. “Kenapa air hydran tidak keluar sewaktu api masih belum marak. Padahal, ibarat kasarnya dikencingi saja bisa mati apinya. Setelah kita tanya, alasan mereka karena listrik langsung dimatikan. Padahal ada genset, kenapa tidak digunakan. Alasan mereka tidak bisa dihidupkan. Tapi, kok jam 06.00 WIB pagi genset bisa dihidupkan, aneh kan?” sebutnya.
Tumpal juga merasa heran, mengapa menunggu api besar dulu baru disiram. Sementara saat apinya masih kecil, tidak ada upaya pemadaman.
Selain itu, sambung Tumpal, ada indikasi lain dugaan kesengajaan dibakar. Hal ini bisa dilihat dari HGB (Hak Guna Bangunan) yang baru dikeluarkan awal tahun ini. “Kita mendapat informasi, HGB-nya baru keluar pada Januari 2015 lalu, dimana masa berlakunya mungkin 20 hingga 25 tahun. Tetapi, sementara kondisi gedung sudah tua dan tidak layak,” tutur Tumpal.
Tak hanya pedagang, dugaan kesengajaan dibakarnya gedung Medan Plaza juga disampaikan jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI). Menurut pengakuan seorang warga yang merupakan jemaat GBI, kebakaran tersebut sedikit banyak membuat kecurigaan. Warga yang tak ingin disebutkan namanya ini menuturkan, kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 01.00 WIB. Ketika itu, ia dan sejumlah jemaat masih berada di dalam gereja.
“Kami sedang berdoa dan tiba-tiba terdengar ledakan keras, seperti suara bom. Lalu, kami berlarian untuk turun dan keluar gedung. Saat itulah kelihatan ada asap mengepul dari lantai bawah,” ucapnya.
Dikatakannya, sejumlah jemaat yang berlari turun keluar gedung memberitahukan suara ledakan dan keberadaan asap itu kepada petugas satpam. Namun, saat itu petugas satpam yang panik tidak langsung bergerak melainkan sibuk menelepon pimpinannya. Setelah itu, baru mendatangi lokasi ledakan dan mencoba memadamkan api yang sudah terlanjur membesar.
Ia melanjutkan, upaya petugas satpam pun sia-sia karena semprotan atau hydran rusak dan tak berfungsi dengan baik. Selanjutnya, satpam yang bertugas malam itu menghubungi petugas Dinas Pemadam Kebakaran.