25.6 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Jepang Dominasi Eropa

Siswa Pertukaran Pelajar Gelar Festival di Pendopo USU

Suasana pendopo USU Sabtu (26/1) sore kemarin bak berjelajah ke negara lain. Beberapa wanita tampak mengenakan kimono, pakaian tradisional Jepang. Selain itu beberapa lainnya mengenakan setelan koboy ala Texas, Amerika Serikat. Beberapa pria dan wanita dengan dandanan cosmic ala superhero Jepang juga tampak berseliweran.

GAYA: Sejumlah pelajar memamerkan kostum kartun jepang saat Festival Antar Budaya  pendopo Kampus USU, Sabtu (26/1).
GAYA: Sejumlah pelajar memamerkan kostum kartun jepang saat Festival Antar Budaya di pendopo Kampus USU, Sabtu (26/1).

Itulah yang tergambar pada Festival Antar Budaya II helatan Bina Antarbudaya. Tak hanya dengan kostum-kostum ala Jepang maupun Amerika, namun juga gambar-gambar bangunan suatu negara yang menjadi ciri khas memenuhi dekorasi venue. Misalnya, Prancis dengan miniatur menara Eiffel. Lalu ada gambar bangunan-bangunan kota Spanyol, Belanda dan sejumlah negara lain yang menarik perhatian pengunjung di setiap stand.

Namun dominasi perkenalan budaya ala Jepang yang paling kentara. Stan Jepang terlihat paling luas dari stan lainnya. Tidak hanya memamerkan pakaian tradisional  namun juga para pengunjung diberikan kesempatan untuk belajar tulisan kaligrafi ala Jepang. Bahkan dipandu langsung instruktur dari Konsulat Jepang di Medan.

Selain itu juga ada kesempatan belajar percakapan ala Jepang. Beberapa lainnya tampak memamerkan tokoh-tokoh serial Jepang kegemaran remaja dan anak-anak seperti Kamen Rider dan Naruto. Penampilan tari-tarian Jepang semakin mengentalkan perkenalan budaya negeri matahari terbit ini.

Selain itu juga ada stan Amerika Serikat yang menyajikan games ala Amerika Serikat. Gambar Presiden AS, Obama dijadikan ajang berfoto pengunjung. Sayangnya, stan-stan lain yang dibeli beberapa nama negara seperti Belanda, Italia seperti dibuat seadanya. Tak ada kebudayaan dengan ciri khas yang ditampilkan.

Arin, Ketua panitia mengatakan acara ini merupakan ide dari beberapa siswa pertukaran pelajar produk dari Bina Antarbudaya untuk memerkenalkan budaya-budaya dengan nilai positif dari negara yang menjadi tempat studi. “Karena rata-rata ide muncul dari siswa pertukaran pelajar.Jadi kami berpikir harus ada yang kami bagi kesini dari belajar ke luar negeri sana. Seperti saya yang menjadi siswa pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Juga ada Vira yang ke Jepang. Jadi kita mikir kenapa gak kita tunjukin aja budaya yang sebenarnya kepada para siswa disini. Terutama anak sekolah dan mahasiswa,” katanya.

Arin yang ikut program satu tahun belajar di Seaford Delware ini mencontohkan budaya Amerika Serikat selama ini dicap buruk. “Misalnya Amerika biasanya kita nyangka terlalu bebas dengan party-party yang negatif. Tapi ada budaya-budaya yang sebenarnya unik dan kita belum aware dengan itu. Misalnya thanks giving, Easter, Patrick’s Day lainnya,” kata siswa yang duduk di kelas tiga SMA ini.

Gelaran ini sendiri dihelat oleh para volunteer dari Bina Antarbudaya yang kebanyakan merupakan siswa pertukaran pelajar. “Tidak hanya pertukaran pelajar ada juga yang kuliah dan SMA tidak ikut program ikutan membantu. Dan ini sosial bukan mencari keuntungan,” kata wanita 18 tahun ini.

Sementara itu Ketua Bina Antarbudaya, Rumonda Lubis mengatakan acara ini untuk siswa yang baru kembali  mengadakan sebuah acara yang bisa mengembangkan kepemimpinan. “Mereka memilih conecting life sharing culture. selama luar negeri. mereka mendapat banyak nilai di luar negeri. Tentu yang dibagi kesini yang mempunya value positif,” katanya.

Bina Antarbudaya sendiri merupakan lembaga nirlaba non-pemerintah yang mengelola program pertukaran pelajar di Indonesia. Bermitra dengan American Field Service (AFS) Intercultural Programs, setiap tahunnya Bina Antarbudaya menerima dan mengirimkan banyak siswa-siswi ke berbagai penjuru dunia dengan misi untuk saling mengenal kebudayaan masing-masing.

“Saat ini ada empat siswa kita yang berada di luar negeri ada empat yang di luar negeri. Dua di Amerika, satu di Jerman dan seorang lagi di Prancis. Harapannya sih setiap tahun ada peningkatan. Tahun ini rencananya kami memberangkatkan delapan dari Medan. Harapan kami selalu siswa yang akan berangkat dan pulang bisa membuat sesuatu untuk chapter.

Acara ini bekerja sama dengan Konsulat Jepang dan Amerika Serikat di Medan. Juga mahasiswa sastra Jepang dari Fakultas Ilmu Budaya USU dan American Corner. Selain itu juga digelar lomba fotografi, nyanyi dan make up. (doni hermawan)

Siswa Pertukaran Pelajar Gelar Festival di Pendopo USU

Suasana pendopo USU Sabtu (26/1) sore kemarin bak berjelajah ke negara lain. Beberapa wanita tampak mengenakan kimono, pakaian tradisional Jepang. Selain itu beberapa lainnya mengenakan setelan koboy ala Texas, Amerika Serikat. Beberapa pria dan wanita dengan dandanan cosmic ala superhero Jepang juga tampak berseliweran.

GAYA: Sejumlah pelajar memamerkan kostum kartun jepang saat Festival Antar Budaya  pendopo Kampus USU, Sabtu (26/1).
GAYA: Sejumlah pelajar memamerkan kostum kartun jepang saat Festival Antar Budaya di pendopo Kampus USU, Sabtu (26/1).

Itulah yang tergambar pada Festival Antar Budaya II helatan Bina Antarbudaya. Tak hanya dengan kostum-kostum ala Jepang maupun Amerika, namun juga gambar-gambar bangunan suatu negara yang menjadi ciri khas memenuhi dekorasi venue. Misalnya, Prancis dengan miniatur menara Eiffel. Lalu ada gambar bangunan-bangunan kota Spanyol, Belanda dan sejumlah negara lain yang menarik perhatian pengunjung di setiap stand.

Namun dominasi perkenalan budaya ala Jepang yang paling kentara. Stan Jepang terlihat paling luas dari stan lainnya. Tidak hanya memamerkan pakaian tradisional  namun juga para pengunjung diberikan kesempatan untuk belajar tulisan kaligrafi ala Jepang. Bahkan dipandu langsung instruktur dari Konsulat Jepang di Medan.

Selain itu juga ada kesempatan belajar percakapan ala Jepang. Beberapa lainnya tampak memamerkan tokoh-tokoh serial Jepang kegemaran remaja dan anak-anak seperti Kamen Rider dan Naruto. Penampilan tari-tarian Jepang semakin mengentalkan perkenalan budaya negeri matahari terbit ini.

Selain itu juga ada stan Amerika Serikat yang menyajikan games ala Amerika Serikat. Gambar Presiden AS, Obama dijadikan ajang berfoto pengunjung. Sayangnya, stan-stan lain yang dibeli beberapa nama negara seperti Belanda, Italia seperti dibuat seadanya. Tak ada kebudayaan dengan ciri khas yang ditampilkan.

Arin, Ketua panitia mengatakan acara ini merupakan ide dari beberapa siswa pertukaran pelajar produk dari Bina Antarbudaya untuk memerkenalkan budaya-budaya dengan nilai positif dari negara yang menjadi tempat studi. “Karena rata-rata ide muncul dari siswa pertukaran pelajar.Jadi kami berpikir harus ada yang kami bagi kesini dari belajar ke luar negeri sana. Seperti saya yang menjadi siswa pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Juga ada Vira yang ke Jepang. Jadi kita mikir kenapa gak kita tunjukin aja budaya yang sebenarnya kepada para siswa disini. Terutama anak sekolah dan mahasiswa,” katanya.

Arin yang ikut program satu tahun belajar di Seaford Delware ini mencontohkan budaya Amerika Serikat selama ini dicap buruk. “Misalnya Amerika biasanya kita nyangka terlalu bebas dengan party-party yang negatif. Tapi ada budaya-budaya yang sebenarnya unik dan kita belum aware dengan itu. Misalnya thanks giving, Easter, Patrick’s Day lainnya,” kata siswa yang duduk di kelas tiga SMA ini.

Gelaran ini sendiri dihelat oleh para volunteer dari Bina Antarbudaya yang kebanyakan merupakan siswa pertukaran pelajar. “Tidak hanya pertukaran pelajar ada juga yang kuliah dan SMA tidak ikut program ikutan membantu. Dan ini sosial bukan mencari keuntungan,” kata wanita 18 tahun ini.

Sementara itu Ketua Bina Antarbudaya, Rumonda Lubis mengatakan acara ini untuk siswa yang baru kembali  mengadakan sebuah acara yang bisa mengembangkan kepemimpinan. “Mereka memilih conecting life sharing culture. selama luar negeri. mereka mendapat banyak nilai di luar negeri. Tentu yang dibagi kesini yang mempunya value positif,” katanya.

Bina Antarbudaya sendiri merupakan lembaga nirlaba non-pemerintah yang mengelola program pertukaran pelajar di Indonesia. Bermitra dengan American Field Service (AFS) Intercultural Programs, setiap tahunnya Bina Antarbudaya menerima dan mengirimkan banyak siswa-siswi ke berbagai penjuru dunia dengan misi untuk saling mengenal kebudayaan masing-masing.

“Saat ini ada empat siswa kita yang berada di luar negeri ada empat yang di luar negeri. Dua di Amerika, satu di Jerman dan seorang lagi di Prancis. Harapannya sih setiap tahun ada peningkatan. Tahun ini rencananya kami memberangkatkan delapan dari Medan. Harapan kami selalu siswa yang akan berangkat dan pulang bisa membuat sesuatu untuk chapter.

Acara ini bekerja sama dengan Konsulat Jepang dan Amerika Serikat di Medan. Juga mahasiswa sastra Jepang dari Fakultas Ilmu Budaya USU dan American Corner. Selain itu juga digelar lomba fotografi, nyanyi dan make up. (doni hermawan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/