31.7 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Barongsai dan Sembahyang Arwah Meriahkan Imlek Tahun Tikus Logam

Ajarkan Hidup Sederhana dan Memohon Kemakmuran

BERSIH-BERSIH: Seorang petugas Vihara Kshitigarba di Jalan Besar Medan-Berastagi, membersihkan vihara sebagai persiapan menyambut Imlek, Jumat (24/1). 
solideo/sumut pos
BERSIH-BERSIH: Seorang petugas Vihara Kshitigarba di Jalan Besar Medan-Berastagi, membersihkan vihara sebagai persiapan menyambut Imlek, Jumat (24/1). solideo/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2571, Sabtu (25/1) lalu. Kemeriahan Imlek begitu terasa di berbagai daerah di Sumatera Utara. Perayaan Tahun Baru Imlek ini dimulai pada hari pertama bulan pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan capgome, yakni tanggal 15 (pada saat bulan purnama).

SEJUMLAH vihara (klenteng) di Kota Tebingtinggi dalam merayakan malam Hari Raya Imlek Shio Tikus Logam banyak menampilkan kesenian tradisional dari Negeri Tirai Bambu, seperti menggelar kegiatan barongsai dan pemasangan lampu lampion.

Bukan warga etnis Tionghoa saja, tetapi warga pribumi turut menyaksikan pertunjukan barongsai mulai dari antraksi melompat dan mengambil angpao dari ketinggian 3 meter. Kegiatan itu salah satunya tersaji di Vihara Avalokites Vara San Temple, Jalan Tengku Hasyim Tebingtinggi. Ratusan warga menyaksikan atraksi barongsai yang memukau penonton.

Para pengunjung warga Tionghoa juga melalukan ritual sembayang memohon kemudahan rezeki.

Pengurus Vihara Avalokites Para Sun See Tample, Suhu Darma Surya mengatakan, Imlek tahun ini dirayakan dengan sederhana, hanya penampilan barongsai tanpa ada pertunjukan wayang China dan pelepasan lampu lamphion terbang.

Dikatakannya, Imlek yang bertepatan Shio Tikus Logam agar mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan memohonkan kemakmuran. “Imlek tahun ini, kita memohon kepada Tuhan agar di murahkan rezeki dan dijauhkan dari mara bahaya,” ujar Suhu Darma Surya, Sabtu (25/1) malam.

Bahkan dalam kegiatan imlek, puluhan pengemis setiap tahun duduk di depan Klenteng. Mereka berharap belas kasih untuk mendapatkan angpoa dari pengunjung vihara yang usai melakukan sembayang.

Seorang warga, Ationg (52), mengaku membawa keluarga semua untuk menyaksikan pertunjukan barongsai. Anak-anak hanya bisa menyaksikan barongsai setahun sekali pada saat momen Tahun Baru China (Imlek). “Setelah sembayang, kita menyasikan pertunjukan barongsai. Esok harinya, usai sembayang kita melakukan tradisi kumpul bersama keluarga untuk makan besar,” ujarnya.

Esok harinya, Minggu (26/1), warga Tionghoa yang merayakan Imlek kembali mendatangi viahara dan klenteng untuk melakukan sembahyang meminta kesehatan dan kemurahan rezeki. Termasuk di Vihara Avalokites Vara San see Temple, warga melakukan ritual sembahyang arwah.

Dengan membawa berbagai sesajen seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, buah-buahan segar seperti buah apel dan nanas, berbagai kue seperti kue bakul dan apem dan gincua (kertas berbetuk uang) dan cuasa (kertas berbentuk baju) untuk di bakar di persembahkan kepada arwah leluhur yang telah meninggal.

Sebelum melakukan ritual sembahyang leluhur, keluarga terlebih dahulu harus melakukan ritual pembakaran dupa sambil memohon doa-doa untuk diberikan kemurahan rezeki kepada arwah leluhur yang telah meninggal, kemudian mereka mengambil Siangpoe (bahan yang terbuat dari akar bambu) di lemparkan keatas sembari membawa sesajen, apabila siangpoe dilempar dan jatuh tertutup sebelah maka sesajen yang di bawah diterimah arwah leluluhur.

Apabila siangpoe dilempar ke atas dan jatuh tertutup keduanya, maka sesajen yang di bawa belum diterima oleh arwah leluhur dan harus di ulang melempar hingga tiga kali, apabila siangpoe di lempar dan terbuka keduanya, maka arwah leluhur tersenyum menerima sesajen dan kedatangan keluarga yang melakukan ritual sembahyang.

Pengurus Vihara, Suhu Darma Surya mengatakan, sembahyang ritual pada imlek tahun ini warga yang datang ke vihara sangat banyak dengan membawa berbagai sesajen mereka melakukan ritual sembahyang di penyimpanan abu jenazah dan tempat makam yang para keluarganya telah dikuburkan. “Keluarga memberikan sesajen dengan membakar dupa dan memohon kemudahan rezeki dan kesehatan keluarga,”papar Darma Surya.

Bukan itu saja, menurut Suhu Darma Surya, pihaknya juga membuka open house setiap perayaan imlek, banyak warga tetangga yang beragama Islam melakukan silatuhrami serta mengucapkan gong xi facai kepada pengurus vihara dan ini adalah satu satunya vihara yang melaksanakan kegiatan open house, selain warga sekitar para tamu yang hadir dari organisasi sepeda ontel baik dari Kota Tebingtinggi dan Kota Medan.

Harapkan Kedamaian dan Kerukunan Beragama

Warga Tionghoa di Sidikalang, Kabupaten Dairi, juga memadati vihara dan klenteng untuk melaksanakan sembayang dan berdoa, Sabtu (25/1) lalu. Seperti di Klenteng Tua Pek Kong di Desa Bintang Mersada, Kecamatan Sidikalang. Sejak pagi, warga Tionghoa silih berganti berdatangan ke klenteng melaksanakan sembayang dan melakukan ritual membakar dupa seraya merapalkan doa kepada Tuhan.

Pengurus Kelenteng Tua Pek Kong, James Lee kepada wartawan mengatakan, selain di sini, warga Tionghoa di Kabupaten Dairi juga melaksanakan sembayang di Vihara Siddhi Maitreya di Jalan Pemuda, Vihara Saddhavana Komplek Taman Wisata Iman (TWI), Kecamatan Sitinjo.

Menurutnya, perayaan Imlek tahun 2020 ini sangat sederhana dan sama seperti tahun sebelumnya. “Warga Tionghoa di Kabupaten Dairi hanya sekitar 100 kepala keluarga, itupun sebagian sudah

membaur. Ada yang sudah beragama Islam dan Kristen. Ada juga yang merayakan Imlek di tempat keluarganya di luar daerah,” kata James.

Perayaan Imlek hampir sama dengan tradisi perayaan lebaran dan Natal. Dimana usai melaksanakan sembayang warga Tionghoa berkunjung ke rumah saudara dan kerabat. “Perayaan Imlek sebagai momen berkunjung ke rumah saudara dan kerabat untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan,” ujarnya.

Salah satu warga Tionghoa juga pemilik Toko Berdikari, Candra Berdikari menyampaikan, kalau Hari Raya Imlek tahun ini tidak ada yang istimewa. Tidak ada lagi hiburan barongsai seperti tahun sebelumnya. “Kita berharap dan berdoa agar Indonesia khususnya Kabupaten Dairi selalu diberi kedamaian, ketentraman dan masyarakat bersatu dan rukun,” ucapnya.

Terpantau, Polres Dairi menyiagakan sejumlah anggota berjaga-jaga di lokasi Klenteng dan Vihara guna menjaga keamanan dan kenyamanan warga Tionghoa yang melaksanakan sembayang.

Berastagi Dipadati Wisatawan

Menyambut Tahun Baru Imlek 2020, kota wisata Berastagi dipadati wisatawan. Sementara itu, sejumlah vihara telah siap menyambut tamu yang ingin sembahyang dengan berbagai dekorasi menarik.

Pengurus Vihara Kshitigarba di Jalan Besar Medan-Berastagi, Desa Sempa Jaya, Kecamatan Berastagi, melakukan bersih-bersih dan mendekorasi vihara sejak Jumat (24/1) lalu. “Untuk persiapan Tahun Baru Imlek itu sudah dari tanggal 24 sampai tanggal 30,” kata pengurus Vihara Kshitigarba, Maria kepada wartawan.

Menurut Maria, Tahun Baru Imlek di Vihara Kshitigarba biasanya kedatangan warga melakukan sembahyang. “Biasanya sehari sebelum Imlek itu para tetua dulu yang sembahyang. Terus malamnya, orang-orang yang mau sembahyang berdatangan, malam menyambut Imlek sudah ramai,” katanya.

Maria menyebutkan, warga yang sembahyang di Vihara Kshitigarba berasal dari Berastagi, Kabanjahe dan Kota Medan. “Umumnya yang datang kemari itu warga sekitar sini sama Kabanjahe. Tapi ada juga yang dari Medan, biasanya karena kebetulan lagi melintas sekalian singgah untuk sembahyang. Kalau di sini kegiatannya cuma sembahyang, berdoa, bakar dupa, tidak ada yang spesifik. Mungkin kalau tempat lain itu, seperti vihara yang besar biasanya ada kegiatan keagamaannya,” ujar Maria.

Sementara itu, arus lalu lintas di Berastagi mulai meningkat. Diperkirakan puncak arus balik pada Minggu (26/1) kemarin. “Sejumlah kendaraan wisatawan yang datang berkunjung ke Berastagi terpantau dari pagi dan diperkirakan hingga sore akan terus berdatangan,” kata Kasat Lantas Polres Tanah Karo AKP Ridwan Ahmad Harahap, Sabtu (25/1)

AKP Ridwan memprediksi, kemungkinan puncak arus balik akan berlangsung, mengingat hari Senin 27 Januari 2020, hari kerja. “Kita mengimbau kepada wisatawan dalam berkendaraan harus tetap berhati-hati dan saling menjaga untuk tidak mendahului demi keselamatan bersama. Kita juga berlakukan jalur rute (alternatif) agar arus lalu lintas di Kota wisata Berastagi tetap lancar,” imbuhnya. (ian/rud/deo)

Ajarkan Hidup Sederhana dan Memohon Kemakmuran

BERSIH-BERSIH: Seorang petugas Vihara Kshitigarba di Jalan Besar Medan-Berastagi, membersihkan vihara sebagai persiapan menyambut Imlek, Jumat (24/1). 
solideo/sumut pos
BERSIH-BERSIH: Seorang petugas Vihara Kshitigarba di Jalan Besar Medan-Berastagi, membersihkan vihara sebagai persiapan menyambut Imlek, Jumat (24/1). solideo/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2571, Sabtu (25/1) lalu. Kemeriahan Imlek begitu terasa di berbagai daerah di Sumatera Utara. Perayaan Tahun Baru Imlek ini dimulai pada hari pertama bulan pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan capgome, yakni tanggal 15 (pada saat bulan purnama).

SEJUMLAH vihara (klenteng) di Kota Tebingtinggi dalam merayakan malam Hari Raya Imlek Shio Tikus Logam banyak menampilkan kesenian tradisional dari Negeri Tirai Bambu, seperti menggelar kegiatan barongsai dan pemasangan lampu lampion.

Bukan warga etnis Tionghoa saja, tetapi warga pribumi turut menyaksikan pertunjukan barongsai mulai dari antraksi melompat dan mengambil angpao dari ketinggian 3 meter. Kegiatan itu salah satunya tersaji di Vihara Avalokites Vara San Temple, Jalan Tengku Hasyim Tebingtinggi. Ratusan warga menyaksikan atraksi barongsai yang memukau penonton.

Para pengunjung warga Tionghoa juga melalukan ritual sembayang memohon kemudahan rezeki.

Pengurus Vihara Avalokites Para Sun See Tample, Suhu Darma Surya mengatakan, Imlek tahun ini dirayakan dengan sederhana, hanya penampilan barongsai tanpa ada pertunjukan wayang China dan pelepasan lampu lamphion terbang.

Dikatakannya, Imlek yang bertepatan Shio Tikus Logam agar mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan memohonkan kemakmuran. “Imlek tahun ini, kita memohon kepada Tuhan agar di murahkan rezeki dan dijauhkan dari mara bahaya,” ujar Suhu Darma Surya, Sabtu (25/1) malam.

Bahkan dalam kegiatan imlek, puluhan pengemis setiap tahun duduk di depan Klenteng. Mereka berharap belas kasih untuk mendapatkan angpoa dari pengunjung vihara yang usai melakukan sembayang.

Seorang warga, Ationg (52), mengaku membawa keluarga semua untuk menyaksikan pertunjukan barongsai. Anak-anak hanya bisa menyaksikan barongsai setahun sekali pada saat momen Tahun Baru China (Imlek). “Setelah sembayang, kita menyasikan pertunjukan barongsai. Esok harinya, usai sembayang kita melakukan tradisi kumpul bersama keluarga untuk makan besar,” ujarnya.

Esok harinya, Minggu (26/1), warga Tionghoa yang merayakan Imlek kembali mendatangi viahara dan klenteng untuk melakukan sembahyang meminta kesehatan dan kemurahan rezeki. Termasuk di Vihara Avalokites Vara San see Temple, warga melakukan ritual sembahyang arwah.

Dengan membawa berbagai sesajen seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, buah-buahan segar seperti buah apel dan nanas, berbagai kue seperti kue bakul dan apem dan gincua (kertas berbetuk uang) dan cuasa (kertas berbentuk baju) untuk di bakar di persembahkan kepada arwah leluhur yang telah meninggal.

Sebelum melakukan ritual sembahyang leluhur, keluarga terlebih dahulu harus melakukan ritual pembakaran dupa sambil memohon doa-doa untuk diberikan kemurahan rezeki kepada arwah leluhur yang telah meninggal, kemudian mereka mengambil Siangpoe (bahan yang terbuat dari akar bambu) di lemparkan keatas sembari membawa sesajen, apabila siangpoe dilempar dan jatuh tertutup sebelah maka sesajen yang di bawah diterimah arwah leluluhur.

Apabila siangpoe dilempar ke atas dan jatuh tertutup keduanya, maka sesajen yang di bawa belum diterima oleh arwah leluhur dan harus di ulang melempar hingga tiga kali, apabila siangpoe di lempar dan terbuka keduanya, maka arwah leluhur tersenyum menerima sesajen dan kedatangan keluarga yang melakukan ritual sembahyang.

Pengurus Vihara, Suhu Darma Surya mengatakan, sembahyang ritual pada imlek tahun ini warga yang datang ke vihara sangat banyak dengan membawa berbagai sesajen mereka melakukan ritual sembahyang di penyimpanan abu jenazah dan tempat makam yang para keluarganya telah dikuburkan. “Keluarga memberikan sesajen dengan membakar dupa dan memohon kemudahan rezeki dan kesehatan keluarga,”papar Darma Surya.

Bukan itu saja, menurut Suhu Darma Surya, pihaknya juga membuka open house setiap perayaan imlek, banyak warga tetangga yang beragama Islam melakukan silatuhrami serta mengucapkan gong xi facai kepada pengurus vihara dan ini adalah satu satunya vihara yang melaksanakan kegiatan open house, selain warga sekitar para tamu yang hadir dari organisasi sepeda ontel baik dari Kota Tebingtinggi dan Kota Medan.

Harapkan Kedamaian dan Kerukunan Beragama

Warga Tionghoa di Sidikalang, Kabupaten Dairi, juga memadati vihara dan klenteng untuk melaksanakan sembayang dan berdoa, Sabtu (25/1) lalu. Seperti di Klenteng Tua Pek Kong di Desa Bintang Mersada, Kecamatan Sidikalang. Sejak pagi, warga Tionghoa silih berganti berdatangan ke klenteng melaksanakan sembayang dan melakukan ritual membakar dupa seraya merapalkan doa kepada Tuhan.

Pengurus Kelenteng Tua Pek Kong, James Lee kepada wartawan mengatakan, selain di sini, warga Tionghoa di Kabupaten Dairi juga melaksanakan sembayang di Vihara Siddhi Maitreya di Jalan Pemuda, Vihara Saddhavana Komplek Taman Wisata Iman (TWI), Kecamatan Sitinjo.

Menurutnya, perayaan Imlek tahun 2020 ini sangat sederhana dan sama seperti tahun sebelumnya. “Warga Tionghoa di Kabupaten Dairi hanya sekitar 100 kepala keluarga, itupun sebagian sudah

membaur. Ada yang sudah beragama Islam dan Kristen. Ada juga yang merayakan Imlek di tempat keluarganya di luar daerah,” kata James.

Perayaan Imlek hampir sama dengan tradisi perayaan lebaran dan Natal. Dimana usai melaksanakan sembayang warga Tionghoa berkunjung ke rumah saudara dan kerabat. “Perayaan Imlek sebagai momen berkunjung ke rumah saudara dan kerabat untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan,” ujarnya.

Salah satu warga Tionghoa juga pemilik Toko Berdikari, Candra Berdikari menyampaikan, kalau Hari Raya Imlek tahun ini tidak ada yang istimewa. Tidak ada lagi hiburan barongsai seperti tahun sebelumnya. “Kita berharap dan berdoa agar Indonesia khususnya Kabupaten Dairi selalu diberi kedamaian, ketentraman dan masyarakat bersatu dan rukun,” ucapnya.

Terpantau, Polres Dairi menyiagakan sejumlah anggota berjaga-jaga di lokasi Klenteng dan Vihara guna menjaga keamanan dan kenyamanan warga Tionghoa yang melaksanakan sembayang.

Berastagi Dipadati Wisatawan

Menyambut Tahun Baru Imlek 2020, kota wisata Berastagi dipadati wisatawan. Sementara itu, sejumlah vihara telah siap menyambut tamu yang ingin sembahyang dengan berbagai dekorasi menarik.

Pengurus Vihara Kshitigarba di Jalan Besar Medan-Berastagi, Desa Sempa Jaya, Kecamatan Berastagi, melakukan bersih-bersih dan mendekorasi vihara sejak Jumat (24/1) lalu. “Untuk persiapan Tahun Baru Imlek itu sudah dari tanggal 24 sampai tanggal 30,” kata pengurus Vihara Kshitigarba, Maria kepada wartawan.

Menurut Maria, Tahun Baru Imlek di Vihara Kshitigarba biasanya kedatangan warga melakukan sembahyang. “Biasanya sehari sebelum Imlek itu para tetua dulu yang sembahyang. Terus malamnya, orang-orang yang mau sembahyang berdatangan, malam menyambut Imlek sudah ramai,” katanya.

Maria menyebutkan, warga yang sembahyang di Vihara Kshitigarba berasal dari Berastagi, Kabanjahe dan Kota Medan. “Umumnya yang datang kemari itu warga sekitar sini sama Kabanjahe. Tapi ada juga yang dari Medan, biasanya karena kebetulan lagi melintas sekalian singgah untuk sembahyang. Kalau di sini kegiatannya cuma sembahyang, berdoa, bakar dupa, tidak ada yang spesifik. Mungkin kalau tempat lain itu, seperti vihara yang besar biasanya ada kegiatan keagamaannya,” ujar Maria.

Sementara itu, arus lalu lintas di Berastagi mulai meningkat. Diperkirakan puncak arus balik pada Minggu (26/1) kemarin. “Sejumlah kendaraan wisatawan yang datang berkunjung ke Berastagi terpantau dari pagi dan diperkirakan hingga sore akan terus berdatangan,” kata Kasat Lantas Polres Tanah Karo AKP Ridwan Ahmad Harahap, Sabtu (25/1)

AKP Ridwan memprediksi, kemungkinan puncak arus balik akan berlangsung, mengingat hari Senin 27 Januari 2020, hari kerja. “Kita mengimbau kepada wisatawan dalam berkendaraan harus tetap berhati-hati dan saling menjaga untuk tidak mendahului demi keselamatan bersama. Kita juga berlakukan jalur rute (alternatif) agar arus lalu lintas di Kota wisata Berastagi tetap lancar,” imbuhnya. (ian/rud/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/