25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Kelabui SPBU, Sopir Tangki Setel Alat Pengangkut BBM

BELAWAN- Bisnis BBM (Bahan Bakar Minyak) ilegal yang memerlukan investasi rupiah, ternyata tak hanya menjanjikan untung besar. Banyak masalah rumit yang tak kunjung terselesaikan. Bagaikan sebuah lingkaran setan, pelanggaran yang terjadi saling terkait satu sama lain. Perjalanan BBM bersubsidi dari Instalasi Pengisian (Depot) menuju SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak) masih diwarnai budaya suap, sehingga kasus truk tangki ‘kencing’ di jalan pun tak pernah tuntas.

Pengusaha SPBU hanya bisa mengeluh dan takut membuka rahasia. Benarkah penyunatan volume pasokan truk tangki tidak hanya melibatkan oknum petugas pertamina, tapi ada oknum lain yang memberikan fasilitas untuk memodifikasi tera ukur yang terdapat di dalam truk tangki pengangkut jatah minyak rakyat tersebut.

Penelusuran Sumut Pos, Kamis (26/4) kemarin, dalam membongkar kasus truk tangki ‘kencing’ di jalan harus dimulai dari proses perjalanan BBM bersubsidi dari Instalasi (depo) Pengisian Pertamina Medan Group di Jalan KL Yos Sudarso Km 20 Medan Labuhan menuju SPBU. Dugaan yang cukup mengejutkan, praktik penyunatan BBM nekat dilakukan sopir truk tangki dengan memodifikasi alat pengukur minyak atau tera ukur (tera metrologi) yang terdapat di dalam tangki. Ini dilakukan untuk mengelabui pemeriksaan dari petugas pengawas SPBU.

Menurut pengakuan sopir tangki pertamina, untuk menutupi perbuatannya dan mengelabui petugas SPBU para sopir pun mencari cara dengan mengakali serta memodifikasi alat pengukur BBM yang ada dibagian bawah penutup tangki.

“Caranya gampang, tinggal nyetel jarum tera ukurnya saja yang ada di bawah tutup tangki (rantang) yang kita bawa. Karena, begitu sampai di SPBU yang diperiksakan jarum teranya pas atau tidak. Kalau jarum penunjuk teranya sudah cocok, kan tak ada masalah,” ungkap seorang sopir berinisial AR.
Sebelum memodifikasi alat pengukur BBM yang terdapat di truk tangki, biasanya para supir harus terlebih dulu mencari bahan materialnya ke UPTD Balai Metrologi
Disperindag Sumut di Persatuan STM Kampung Baru Medan.”Balai Metrologi itu dilibatkan dalam proses pengukuran kapasitas muatan tangki, biasanya truk tangki diharuskan pengukuran ulang pada setiap tahunnya,” sebut dia.
Setelah mendapat material sejenis kawat halus sebagai jarum penunjuk tera ukur dari oknum petugas metrologi, para pengemudi truk tangki pertamina mulai mengakali tera ukur di dalam tangki tersebut.
“Pada alat tera ukur di tangki truk pertamina itukan ada lobang kecil, dari situlah awal untuk mengakali alat pengukur minyak itu. Makanya sering diistilahkan oleh sopir ada jarum pengukur tera asli dan palsu. Tujuannya supaya SPBU terkecoh, meski BBM yang kami antar itu sebenarnya berkurang,” bebernya.

Meski dapat mengelabui petugas SPBU, sebut dia, tapi tak jarang pula petugas pengawas BBM di SPBU yang mendapat pasokan komplain karena jatah pesanannya berkurang. “Itupun terjadi kalau pengawas SPBU curiga, lalu BBM dimasukkan ke tangki timbun SPBU untuk diukur ulang dengan alat tera mereka. Tapi kalau mereka tidak tahu ya aman-aman saja,” ucapnya.

Dia menyebutkan, praktik kekurangan jatah BBM seperti ini diakuinya pernah ketahuan oleh petugas pengawas SPBU. Setelah dilakukan pengukuran ulang, ternyata hasilnya berbeda. Walaupun sudah ketahuan sopir biasanya tetap tak mengaku dan bersikukuh kalau ukuran tera di truk tangkinya sudah benar.

“Kalau ketahuan ya kita (sopir) pura-pura merasa benar saja, paling nanti SPBU komplain ke PT Elnusa, lalau diganti sama perusahaan tentang ke kurangan minyak tadi. Dan kalau kita diperiksa pengawas Elnusa, kita jawab saja kita tak ada ‘kencing’ sambil menunjukan jarum tera ukur di truk tangki tidak kurang. Soalnya pengawas perusahaan PT Elnusa pun tak tahu kalau tera ukurnya sudah kami olah,” ceplosnya.

Kendati ia mengakui perbuatannya tersebut melanggar hukum, namun menurut dia hal tersebut dilakukannya karena banyaknya tekanan dari oknum tertentu. Belum lagi maraknya aktivitas pungutan tak resmi yang terjadi di lingkungan depot pengisian milik pertamina.

Terpisah, Kepala Satuan Pengaman PT (Persero) Pertamina Upms I Medan, Parman, ketika dikonfirmasi terkait dugaan kelebihan muatan (tonase) terhadap truk tangki ketika melakukan pengisian di depot pertamina tidak membantah. Dia mengakui, adanya oknum petugas pengisian BBM dari PT Mesran dan permainan dari oknum petugas pertamina yang melakukan pengukuran muatan. (mag-17/ram)

BELAWAN- Bisnis BBM (Bahan Bakar Minyak) ilegal yang memerlukan investasi rupiah, ternyata tak hanya menjanjikan untung besar. Banyak masalah rumit yang tak kunjung terselesaikan. Bagaikan sebuah lingkaran setan, pelanggaran yang terjadi saling terkait satu sama lain. Perjalanan BBM bersubsidi dari Instalasi Pengisian (Depot) menuju SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak) masih diwarnai budaya suap, sehingga kasus truk tangki ‘kencing’ di jalan pun tak pernah tuntas.

Pengusaha SPBU hanya bisa mengeluh dan takut membuka rahasia. Benarkah penyunatan volume pasokan truk tangki tidak hanya melibatkan oknum petugas pertamina, tapi ada oknum lain yang memberikan fasilitas untuk memodifikasi tera ukur yang terdapat di dalam truk tangki pengangkut jatah minyak rakyat tersebut.

Penelusuran Sumut Pos, Kamis (26/4) kemarin, dalam membongkar kasus truk tangki ‘kencing’ di jalan harus dimulai dari proses perjalanan BBM bersubsidi dari Instalasi (depo) Pengisian Pertamina Medan Group di Jalan KL Yos Sudarso Km 20 Medan Labuhan menuju SPBU. Dugaan yang cukup mengejutkan, praktik penyunatan BBM nekat dilakukan sopir truk tangki dengan memodifikasi alat pengukur minyak atau tera ukur (tera metrologi) yang terdapat di dalam tangki. Ini dilakukan untuk mengelabui pemeriksaan dari petugas pengawas SPBU.

Menurut pengakuan sopir tangki pertamina, untuk menutupi perbuatannya dan mengelabui petugas SPBU para sopir pun mencari cara dengan mengakali serta memodifikasi alat pengukur BBM yang ada dibagian bawah penutup tangki.

“Caranya gampang, tinggal nyetel jarum tera ukurnya saja yang ada di bawah tutup tangki (rantang) yang kita bawa. Karena, begitu sampai di SPBU yang diperiksakan jarum teranya pas atau tidak. Kalau jarum penunjuk teranya sudah cocok, kan tak ada masalah,” ungkap seorang sopir berinisial AR.
Sebelum memodifikasi alat pengukur BBM yang terdapat di truk tangki, biasanya para supir harus terlebih dulu mencari bahan materialnya ke UPTD Balai Metrologi
Disperindag Sumut di Persatuan STM Kampung Baru Medan.”Balai Metrologi itu dilibatkan dalam proses pengukuran kapasitas muatan tangki, biasanya truk tangki diharuskan pengukuran ulang pada setiap tahunnya,” sebut dia.
Setelah mendapat material sejenis kawat halus sebagai jarum penunjuk tera ukur dari oknum petugas metrologi, para pengemudi truk tangki pertamina mulai mengakali tera ukur di dalam tangki tersebut.
“Pada alat tera ukur di tangki truk pertamina itukan ada lobang kecil, dari situlah awal untuk mengakali alat pengukur minyak itu. Makanya sering diistilahkan oleh sopir ada jarum pengukur tera asli dan palsu. Tujuannya supaya SPBU terkecoh, meski BBM yang kami antar itu sebenarnya berkurang,” bebernya.

Meski dapat mengelabui petugas SPBU, sebut dia, tapi tak jarang pula petugas pengawas BBM di SPBU yang mendapat pasokan komplain karena jatah pesanannya berkurang. “Itupun terjadi kalau pengawas SPBU curiga, lalu BBM dimasukkan ke tangki timbun SPBU untuk diukur ulang dengan alat tera mereka. Tapi kalau mereka tidak tahu ya aman-aman saja,” ucapnya.

Dia menyebutkan, praktik kekurangan jatah BBM seperti ini diakuinya pernah ketahuan oleh petugas pengawas SPBU. Setelah dilakukan pengukuran ulang, ternyata hasilnya berbeda. Walaupun sudah ketahuan sopir biasanya tetap tak mengaku dan bersikukuh kalau ukuran tera di truk tangkinya sudah benar.

“Kalau ketahuan ya kita (sopir) pura-pura merasa benar saja, paling nanti SPBU komplain ke PT Elnusa, lalau diganti sama perusahaan tentang ke kurangan minyak tadi. Dan kalau kita diperiksa pengawas Elnusa, kita jawab saja kita tak ada ‘kencing’ sambil menunjukan jarum tera ukur di truk tangki tidak kurang. Soalnya pengawas perusahaan PT Elnusa pun tak tahu kalau tera ukurnya sudah kami olah,” ceplosnya.

Kendati ia mengakui perbuatannya tersebut melanggar hukum, namun menurut dia hal tersebut dilakukannya karena banyaknya tekanan dari oknum tertentu. Belum lagi maraknya aktivitas pungutan tak resmi yang terjadi di lingkungan depot pengisian milik pertamina.

Terpisah, Kepala Satuan Pengaman PT (Persero) Pertamina Upms I Medan, Parman, ketika dikonfirmasi terkait dugaan kelebihan muatan (tonase) terhadap truk tangki ketika melakukan pengisian di depot pertamina tidak membantah. Dia mengakui, adanya oknum petugas pengisian BBM dari PT Mesran dan permainan dari oknum petugas pertamina yang melakukan pengukuran muatan. (mag-17/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/