32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pecal dan Kue Tepung Jadi Favorit Para Ekonom

Siapa sangka, pecal dan kue tradisional ternyata sangat dinikmati para ekonom dari berbagai penjuru dunia. Sejumlah penganan tradisional ini seperti naik daun saat pelaksanaan SOM III APEC di Medan.

Juli Ramadhani Rambe, Medan

MAKAN: Seorang peserta SOM II APEC menikmati hidangan pecal  disediakan panitia.//Juli Ramadhani Rambe/SUMUT POS
MAKAN: Seorang peserta SOM II APEC menikmati hidangan pecal yang disediakan panitia.//Juli Ramadhani Rambe/SUMUT POS

Ada yang menarik dalam pelaksanaan Senior Oficials’ Meeting (SOM III) Asia Pasific Economy Coorporate (APEC), kemarin Rabu (26/6).
Para ekonom dari berbagai bangsa yang hadir sebagai peserta APEC, disuguhi makanan tradisional Indonesia. Berbagai makanan tersebut seperti Pecal, kue tradisional, dan lain berbagai penganan tradisional lainnya.

Ternyata, pecal menjadi makanan ringan pilihan favoritkan para delegasi. Makanan yang menggunakan bumbu kacang dan sayur-mayur ini menjadi favorit karena rasanya yang manis bercampur pedas. “Saya tidak suka makanan pedas. Dan saat memakannya sangat terasa pedasnya. Tapi lama kelamaannya ada manisnya. Ini yang enak,” ujar ekonom asal Kanada, Richard Craig.

Bagi Richard, makan pecal kemarin menjadi pengalaman pertama. Sebelumnya, setelah beberapa hari di Medan, dirinya telah pula menikmati nasi lemak. Richard suka makanan ini karena rasanya juga manis. “Kalau pecal banyak sayurnya. Sebenarnya, saya kurang senang sama sayur. Tapi karena rasanya berbagai macam, jadi rasanya enak juga,” tambahnya.

Uniknya, Richard melihat penampilan pecal sebenarnya tidak menarik hati. Karena itu, awalnya ia ogah untuk mencoba. Tetapi karena delegasi Indonesia terlihat sangat menikmati makanan jenis ini, akhirnya dia penasaran. “Teman-teman dari Indonesia meminta saya mencoba. Akhirnya, saya coba. Awalnya saya minta sedikit, apalagi, jenis sayurannya saya tidak tahu,” kisahnya.

Rasa manis dan kacanglah yang akhirnya yang membuatnya merasa tertarik. Rasa kacang memang sudah terbiasa di lidahnya sehingga terasa tidak terlalu asing.

Selain pecal, Richard senang menikmati berbagai jenis kue tradisional. Pria ini rela menyingkirkan rasa was-was mengingat penganan tersebut berwarna cerah. Apalagi, harum nya sangat berbeda dengan wangian yang sering diciumnya. “Warnanya cerah, dan berwarna warni. Awalnya saya kira warna itu dari bahan pengawet, tetapi, bukan. Itu warna alami dari bahan-bahan pembuat kue,” ungkapnya. “Saya kan terbiasa makan roti. Harumnya berbagai macam. Ada keju, coklat, dan lainnya. Tapi ini harumnya beda. Seperti wangi yang lucu, unik, dan kadang menyengat,” tambahnya sambil tersenyum.
Selain Richard, Aline Wang asal Hongkong-Cina juga memilih pecal sebagai makanan kecil untuk dinimatinya. Menurutnya, makanan jenis ini tidak terlalu asing baginya. Karena di negaranya dia beberapa kali sudah menikmati pecal. “Kalau di tempat saya banyak orang Indonesia. Jadi, pernahlah beberapa kali saya nikmati. Tapi rasanya ini lebih netral, tidak sepedas saat saya makan di Hongkong,” ujar Aline.

Dirinya mengaku menikmati, selain karena ada sayurannya, juga ada tahu. “Kalau sayurannya sejujurnya saya masih bigung. Tidak terlalu sering menikmati. Kecuali, si putih (toge) dan tahu. Sisanya masih hal yang lain,” tutupnya.

Richard dan Aline Wang mengaku, pengalaman pertama makan pecal dan kue-kue ini memberi kesan mendalam. Adapun berbagai kue tradisional yang disajikan dalam sidang SOM APEC ini, seperti kue lepat, nagasari, dan kue jenis lain. Selain kue tradisional, berbagai jenis kue yang terbuat dari tepung ubi rambat juga menjadi favorit para ekonom.

Seperti diketahui, pihak panitia penyelenggaraan SOM III Apec menyediakan makanan saat istrirahat berupa makanan tradisional Indonesia. Hampir semua hotel tempat penyelenggaraan hotel menyediakan makanan tradisional ini. Seperti pecal, urap, kue tradisional, es cendol, es doger, es campur, dan lainnya. (ram)

Siapa sangka, pecal dan kue tradisional ternyata sangat dinikmati para ekonom dari berbagai penjuru dunia. Sejumlah penganan tradisional ini seperti naik daun saat pelaksanaan SOM III APEC di Medan.

Juli Ramadhani Rambe, Medan

MAKAN: Seorang peserta SOM II APEC menikmati hidangan pecal  disediakan panitia.//Juli Ramadhani Rambe/SUMUT POS
MAKAN: Seorang peserta SOM II APEC menikmati hidangan pecal yang disediakan panitia.//Juli Ramadhani Rambe/SUMUT POS

Ada yang menarik dalam pelaksanaan Senior Oficials’ Meeting (SOM III) Asia Pasific Economy Coorporate (APEC), kemarin Rabu (26/6).
Para ekonom dari berbagai bangsa yang hadir sebagai peserta APEC, disuguhi makanan tradisional Indonesia. Berbagai makanan tersebut seperti Pecal, kue tradisional, dan lain berbagai penganan tradisional lainnya.

Ternyata, pecal menjadi makanan ringan pilihan favoritkan para delegasi. Makanan yang menggunakan bumbu kacang dan sayur-mayur ini menjadi favorit karena rasanya yang manis bercampur pedas. “Saya tidak suka makanan pedas. Dan saat memakannya sangat terasa pedasnya. Tapi lama kelamaannya ada manisnya. Ini yang enak,” ujar ekonom asal Kanada, Richard Craig.

Bagi Richard, makan pecal kemarin menjadi pengalaman pertama. Sebelumnya, setelah beberapa hari di Medan, dirinya telah pula menikmati nasi lemak. Richard suka makanan ini karena rasanya juga manis. “Kalau pecal banyak sayurnya. Sebenarnya, saya kurang senang sama sayur. Tapi karena rasanya berbagai macam, jadi rasanya enak juga,” tambahnya.

Uniknya, Richard melihat penampilan pecal sebenarnya tidak menarik hati. Karena itu, awalnya ia ogah untuk mencoba. Tetapi karena delegasi Indonesia terlihat sangat menikmati makanan jenis ini, akhirnya dia penasaran. “Teman-teman dari Indonesia meminta saya mencoba. Akhirnya, saya coba. Awalnya saya minta sedikit, apalagi, jenis sayurannya saya tidak tahu,” kisahnya.

Rasa manis dan kacanglah yang akhirnya yang membuatnya merasa tertarik. Rasa kacang memang sudah terbiasa di lidahnya sehingga terasa tidak terlalu asing.

Selain pecal, Richard senang menikmati berbagai jenis kue tradisional. Pria ini rela menyingkirkan rasa was-was mengingat penganan tersebut berwarna cerah. Apalagi, harum nya sangat berbeda dengan wangian yang sering diciumnya. “Warnanya cerah, dan berwarna warni. Awalnya saya kira warna itu dari bahan pengawet, tetapi, bukan. Itu warna alami dari bahan-bahan pembuat kue,” ungkapnya. “Saya kan terbiasa makan roti. Harumnya berbagai macam. Ada keju, coklat, dan lainnya. Tapi ini harumnya beda. Seperti wangi yang lucu, unik, dan kadang menyengat,” tambahnya sambil tersenyum.
Selain Richard, Aline Wang asal Hongkong-Cina juga memilih pecal sebagai makanan kecil untuk dinimatinya. Menurutnya, makanan jenis ini tidak terlalu asing baginya. Karena di negaranya dia beberapa kali sudah menikmati pecal. “Kalau di tempat saya banyak orang Indonesia. Jadi, pernahlah beberapa kali saya nikmati. Tapi rasanya ini lebih netral, tidak sepedas saat saya makan di Hongkong,” ujar Aline.

Dirinya mengaku menikmati, selain karena ada sayurannya, juga ada tahu. “Kalau sayurannya sejujurnya saya masih bigung. Tidak terlalu sering menikmati. Kecuali, si putih (toge) dan tahu. Sisanya masih hal yang lain,” tutupnya.

Richard dan Aline Wang mengaku, pengalaman pertama makan pecal dan kue-kue ini memberi kesan mendalam. Adapun berbagai kue tradisional yang disajikan dalam sidang SOM APEC ini, seperti kue lepat, nagasari, dan kue jenis lain. Selain kue tradisional, berbagai jenis kue yang terbuat dari tepung ubi rambat juga menjadi favorit para ekonom.

Seperti diketahui, pihak panitia penyelenggaraan SOM III Apec menyediakan makanan saat istrirahat berupa makanan tradisional Indonesia. Hampir semua hotel tempat penyelenggaraan hotel menyediakan makanan tradisional ini. Seperti pecal, urap, kue tradisional, es cendol, es doger, es campur, dan lainnya. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/