25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Keliling Dunia Bermodal Rp3.500

Muhammad Jusuf Sokartara.
Muhammad Jusuf Sokartara.

Rumah sepatu adalah salahsatu impian Muhammad Jusuf Sokartara yang tercapai. Sebelumnya niat mengelilingi dunia dengan sepeda pun tergapai. Ya, meski dengan modal cekak, mantan altet kebanggaan Sumut ini telah melanglang ke berbagai negara di dunia.

Puput Julianti Damanik, Medan

Saudara di Medan dan teman-temanlah yang membantu Yusuf membuktikan impian keliling dunia. Bukan bantuan uang, tapi bantuan berupa ban sepeda, tempat duduk, pedal dan lainnya.

“Kurakit sendiri sepedanya, semuanya dikasih sama teman-teman dan saudara akhirnya jadi sepeda utuh. Tepat 21 November 1969 sekitar jam 1 siang, berangkat dari Medan dengan sepeda ke Padang, uang di kantong cuma Rp3.350,” katanya.

Rutenya, dijelaskan anak sulung dari 11 bersaudara ini, yakni dari Medan- Padang- Singapura- Malaysia/Penang- India- Bombay- New Delhi- Pakistan- Afghanistan- Iran- Turki- Bulgaria/Rumania/Hungaria- Uni Soviet- Jerman Barat- Belanda- Inggris- Prancis- Jerman Barat- AS/New York- Atlanta-Houston- Los Angeles- Hawaii- Jakarta.

Perjalanannya pun tidak selalu mulus. Berbagai rintangan telah ia hadapi. “Di Pelabuhan Teluk Bayur, aku naik Pelni, pegawainya minta uang ongkos. Aku bilang saja, cemana saya bayar orang saya cuma naik sepeda. Selanjutnya, jumpai kapten kapallah, selamat sampai Jakarta. Intinya pintar cakap aja, komunikasi dan berani,” ujarnya tertawa.

Sesampainya di Jakarta, pria yang saat ini bekerja menjadi quide tour di Amsterdam ini menemui Menko Kesra. Dari Pertemuan inilah akhirnya ia dapat bantuan untuk beli sepeda yang lebih bagus lagi.

“Masih ingat kali, belinya di Pasar Rumput. Setelah itu, aku terbang ke Singapura dengan uang Rp18 ribu naik pesawat Garuda. Karena mau cepat-cepat, dan diurus sama Ibnu Sutowo dan penjabat-penjabat tinggi lainnya, akhirnya sepeda itu pun dinaikkan ke pesawat, langsung kubawa dan kupegangi bukan diletak di bagasi ha..ha,” kenang pria yang sering dijuluki oleh teman-temannya ‘sukar dicari payah didapat tiada tara atau disingkat Sokartara’ ini.

Pria yang suka menambahkan Sokartara diujung namanya ini, terus bercerita. Kisah berlanjut. Akhirnya ia bisa menginjakkan kakinya pertama kali ke luar negeri. Ia kembali mendayung sepedanya hingga ke Johor, Malaysia dan saat itu iya mengalami kecelakaan menabrak batu-batuan lantaran menghindari pejalan kaki. Tanpa disangka, akhirnya saat dirawat di rumah sakit, ia dikunjungi pihak Konjen Indonesia di Malaysia.

“Semua biaya perobatan ditanggung, baru saya lanjut ke India dengan naik kapal fery. Di India aku sempat ditahan karena dikira mata-mata, waktu itu memang ada konflik India dan Pakistan. Sempat sebulan juga di sana, berdoa aja akhirnya dilepas. Lanjut ke Pakistan dari Bombay (Mumbai), New Delhi. Sampai sana tahu mereka dari Indonesia, malah dikasih penginapan di rumah warga. Pakai bahasa isyarat aja, tapi sekarang aku sudah lumayan banyak tahu bahasa mereka,” ujar pria yang hanya tamat kelas IV SD ini.

Katanya, hal paling berkesan memang saat ia berada di Pakistan, bahkan di sinilah ia terispirasi ingin membuat sebuah rumah sepatu yang dilihatnya di Mumbai. “Ini paling berkesan,” katanya.

Perjalanan pun dilanjutkannya, Konjen atau Kedubes Indonesia di negara-negara yang ia tuju diharapnya bisa menjadi aksesnya. Namun, saat di Iran Kedubes belum bisa membantunya. “Rencananya, dari Pakistan lanjut Afganistan, Iran terus ke Arab Saudi. Tapi gagal, di Iran ini aku sempat ketemu wartawan dan mukaku mampang di media-media lokal di sana, diceritakanlah soal tekadku, tekad Anak Indonesia keliling dunia. Musim haji habis, lanjut ke Turki,” katanya.

Di sana, ia pun disambut baik oleh Kedubes. Meski kecewa lantaran tak bisa naik haji, ia tetap bangga karena sudah bisa keliling dunia. Perjalanan berlanjut ke Bulgaria, dan di sana ia tidak bisa menunjukkan pasportnya lantaran tertinggal. “Aku dianggap mata-mata, tapi karena dibantu Kedubes bisa selamat baru lanjut ke negara-negara lainnya,” katanya.

Lanjutnya, semua yang dilakukan bukan untuk pembuktian diri bahwa dia bisa keliling dunia. Lebih dari itu, ia ingin menunjukkan bahwa dengan kemauan, tekad dan keberanian semua hal bisa dilakukan.

“Saya sudah berbincang dan berjumpa langsung sama orang-orang penting di negara-negara besar. Aku kenal dan pernah berbincang dengan Shahrukh Khan, Aishwarya Ray. Semua ini bisa kulakukan karena ada kemauan, ada kemauan ada jalan,” katanya.

Setelah menelusuri negara-negara tersebut, Ia kemudia menetap di Belanda. “Saya di Belanda sejak 1972, di sini saya diterima jadi karyawan kargo di maskapai KLM. Makanya saya bilang, kalau ada kemauan pasti ada jalan. Tamat SD saja bisa kerja di sini. Saya belajar bahasa secara otodidak. Saat ini, saya menguasai bahasa Inggris, Urdu, Jerman, dan fasih bahasa Belanda, anak saya tiga juga lahir di Belanda. Kalau istri, orang Padang,” katanya tersenyum sembari mengatakan sepedanya hilang di Belanda dicuri. (rbb)

Muhammad Jusuf Sokartara.
Muhammad Jusuf Sokartara.

Rumah sepatu adalah salahsatu impian Muhammad Jusuf Sokartara yang tercapai. Sebelumnya niat mengelilingi dunia dengan sepeda pun tergapai. Ya, meski dengan modal cekak, mantan altet kebanggaan Sumut ini telah melanglang ke berbagai negara di dunia.

Puput Julianti Damanik, Medan

Saudara di Medan dan teman-temanlah yang membantu Yusuf membuktikan impian keliling dunia. Bukan bantuan uang, tapi bantuan berupa ban sepeda, tempat duduk, pedal dan lainnya.

“Kurakit sendiri sepedanya, semuanya dikasih sama teman-teman dan saudara akhirnya jadi sepeda utuh. Tepat 21 November 1969 sekitar jam 1 siang, berangkat dari Medan dengan sepeda ke Padang, uang di kantong cuma Rp3.350,” katanya.

Rutenya, dijelaskan anak sulung dari 11 bersaudara ini, yakni dari Medan- Padang- Singapura- Malaysia/Penang- India- Bombay- New Delhi- Pakistan- Afghanistan- Iran- Turki- Bulgaria/Rumania/Hungaria- Uni Soviet- Jerman Barat- Belanda- Inggris- Prancis- Jerman Barat- AS/New York- Atlanta-Houston- Los Angeles- Hawaii- Jakarta.

Perjalanannya pun tidak selalu mulus. Berbagai rintangan telah ia hadapi. “Di Pelabuhan Teluk Bayur, aku naik Pelni, pegawainya minta uang ongkos. Aku bilang saja, cemana saya bayar orang saya cuma naik sepeda. Selanjutnya, jumpai kapten kapallah, selamat sampai Jakarta. Intinya pintar cakap aja, komunikasi dan berani,” ujarnya tertawa.

Sesampainya di Jakarta, pria yang saat ini bekerja menjadi quide tour di Amsterdam ini menemui Menko Kesra. Dari Pertemuan inilah akhirnya ia dapat bantuan untuk beli sepeda yang lebih bagus lagi.

“Masih ingat kali, belinya di Pasar Rumput. Setelah itu, aku terbang ke Singapura dengan uang Rp18 ribu naik pesawat Garuda. Karena mau cepat-cepat, dan diurus sama Ibnu Sutowo dan penjabat-penjabat tinggi lainnya, akhirnya sepeda itu pun dinaikkan ke pesawat, langsung kubawa dan kupegangi bukan diletak di bagasi ha..ha,” kenang pria yang sering dijuluki oleh teman-temannya ‘sukar dicari payah didapat tiada tara atau disingkat Sokartara’ ini.

Pria yang suka menambahkan Sokartara diujung namanya ini, terus bercerita. Kisah berlanjut. Akhirnya ia bisa menginjakkan kakinya pertama kali ke luar negeri. Ia kembali mendayung sepedanya hingga ke Johor, Malaysia dan saat itu iya mengalami kecelakaan menabrak batu-batuan lantaran menghindari pejalan kaki. Tanpa disangka, akhirnya saat dirawat di rumah sakit, ia dikunjungi pihak Konjen Indonesia di Malaysia.

“Semua biaya perobatan ditanggung, baru saya lanjut ke India dengan naik kapal fery. Di India aku sempat ditahan karena dikira mata-mata, waktu itu memang ada konflik India dan Pakistan. Sempat sebulan juga di sana, berdoa aja akhirnya dilepas. Lanjut ke Pakistan dari Bombay (Mumbai), New Delhi. Sampai sana tahu mereka dari Indonesia, malah dikasih penginapan di rumah warga. Pakai bahasa isyarat aja, tapi sekarang aku sudah lumayan banyak tahu bahasa mereka,” ujar pria yang hanya tamat kelas IV SD ini.

Katanya, hal paling berkesan memang saat ia berada di Pakistan, bahkan di sinilah ia terispirasi ingin membuat sebuah rumah sepatu yang dilihatnya di Mumbai. “Ini paling berkesan,” katanya.

Perjalanan pun dilanjutkannya, Konjen atau Kedubes Indonesia di negara-negara yang ia tuju diharapnya bisa menjadi aksesnya. Namun, saat di Iran Kedubes belum bisa membantunya. “Rencananya, dari Pakistan lanjut Afganistan, Iran terus ke Arab Saudi. Tapi gagal, di Iran ini aku sempat ketemu wartawan dan mukaku mampang di media-media lokal di sana, diceritakanlah soal tekadku, tekad Anak Indonesia keliling dunia. Musim haji habis, lanjut ke Turki,” katanya.

Di sana, ia pun disambut baik oleh Kedubes. Meski kecewa lantaran tak bisa naik haji, ia tetap bangga karena sudah bisa keliling dunia. Perjalanan berlanjut ke Bulgaria, dan di sana ia tidak bisa menunjukkan pasportnya lantaran tertinggal. “Aku dianggap mata-mata, tapi karena dibantu Kedubes bisa selamat baru lanjut ke negara-negara lainnya,” katanya.

Lanjutnya, semua yang dilakukan bukan untuk pembuktian diri bahwa dia bisa keliling dunia. Lebih dari itu, ia ingin menunjukkan bahwa dengan kemauan, tekad dan keberanian semua hal bisa dilakukan.

“Saya sudah berbincang dan berjumpa langsung sama orang-orang penting di negara-negara besar. Aku kenal dan pernah berbincang dengan Shahrukh Khan, Aishwarya Ray. Semua ini bisa kulakukan karena ada kemauan, ada kemauan ada jalan,” katanya.

Setelah menelusuri negara-negara tersebut, Ia kemudia menetap di Belanda. “Saya di Belanda sejak 1972, di sini saya diterima jadi karyawan kargo di maskapai KLM. Makanya saya bilang, kalau ada kemauan pasti ada jalan. Tamat SD saja bisa kerja di sini. Saya belajar bahasa secara otodidak. Saat ini, saya menguasai bahasa Inggris, Urdu, Jerman, dan fasih bahasa Belanda, anak saya tiga juga lahir di Belanda. Kalau istri, orang Padang,” katanya tersenyum sembari mengatakan sepedanya hilang di Belanda dicuri. (rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/