25.7 C
Medan
Saturday, June 1, 2024

Sahur Bersama Ketua DPW PKS Sumut, HM Hafez Lc MA

Terkenang Pengalaman di Timur Tengah

Cerdas dan punya banyak pengalaman di Timur Tengah. Itulah kesan yang ditangkap saat sahur bersama HM Hafez Lc MA. Lantas, apa pendapatnya soal konstelasi politik di Sumatera Utara akhir-akhir ini?

CHAIRIL HUDHA-Medan

“Apa kabarnya?” Itulah kata yang pertama diucapkan Hafez kepada Tim Sahur Sumut Pos memasuki rumah Ketua DPW PKS Sumut, HM Hafez Lc MA di Jalan Kenanga Raya, Gang Sosial No 4, Medan, Kamis (25/8) sekira pukul 04.30 WIB.

Di rumah berukuran sekitar 10 x 15 meter itu, tepatnya di ruang tamu, sudah digelar dua ambal berwarna merah. Hafez mempersilakan duduk. Hafez ternyata menghuni rumah kontrakan yang baru empat bulan ini ditempati. Sebelumnya, alumni Usuluddin Al Azhar Kairo itu menumpang di kediaman orangtuanya di Jalan Bromo Medan Di rumah itu, Hafez tinggal bersama istri dan anak-anaknya. “Kami biasa sahur di rumah ini jam setengah lima,” ucap ayah lima anak tersebut.

Itu berarti ada waktu sekitar satu jam untuk berbincang sebelum sahur.
Suami dari Mar’ ah Solichah mengakui, Ramadan kali ini banyak kegiatan yang dilakoninya, Seperti Ssafari Ramadan di seluruh DPD PKS se-Sumut. Namun, puasa dan kegiatan anak-anaknya, tetap dipantau.

“Seperti anak sulung saya, Haritsah Mujahid, adiknya Hanzholah Jundullah, dan Zahrah Elfirdausi. Sedangkan Hamzah Asadullah dan Ukasyah Jundi Rabbani masih kecil, belum berpuasa,” ujarnya.
Setiap Ramadan, Hafes teringat masa-masa di Mesir dulu. Setiap Ramadan, ia rajin mengeliilingi sejumlah masjid di sana. “Bedanya, saat ini saya mendatangi pengurus DPD PKS se-Sumut, dan ujungnya pertemuan di Masjid,” sebutnya.

Pria yang 11 tahun tinggal di Mesir ini kemudian bertutur sejumlah kenangan yang dilalui di negeri pyramid itu. Mulai diawasi intelijen Hosni Mubarak saat membuat diskusi di masjid dan di kampus, hingga ikut aksi demonstrasi menolak sejumlah kebijakan duta besar Indonesia yang hendak membatasi jumlah pelajar Indonesia.

Berbicara kepemimpinan Hosni Mubarak, Hafez membenarkan kalau tokoh itu memang dikenal warga negara setempat sangat dictator. Kebijakan itu, katanya, malah membuat banyak warga Mesir menjadi gelandangan dan miskin.

Tapi dulu Hosni berhasil merarik simpati rakyatnya dengan menjaga harga bahan pokok tetap murah. “Makanan di Mesir dengan menu roti gandum ditambah selai kacang hanya seharga Rp500. Jadi kalau makan makanan tiga kali di Mesir itu cukup Rp1.500, sangat murahkan kehidupan di Mesir 10 tahun lalu,” ucapnya.

Hafez mengakui rakyat Mesir suka membantu mahasiswa asal Asia. Bahkan, mahasiswa Indonesia banyak yang memiliki bapak angkat di Mesir. Ketika masa krisis moneter, saat itu dolar US tak boleh masuk ke Mesir jadi mahasiswa kesulitan untuk pembiayaan kuliah.

“Saya sempat mengajukan beberapa proposal bantuan uang kuliah ke negara teluk, tapi semuanya menolak. Alhasil, kami diarahkan ke sejumlah warga Mesir, tukang foto copy membantu memfoto copy buku, penjual makanan memberikan makanan gratis, begitulah seterusnya sampai boleh dolar US masuk ke Mesir,” bebernya. “Saya salut dengan masyarakat Mesir,” tambahnya.

Berbeda dengan Libya. Negara yang dimpimpin Muammar Kadhafi itu merupakan negara kaya dengan sumber daya alamnya. Tapi, karena banyaknya kepentingan luar negeri, khususnya Amerika Serikat, negara itupun digoyang  hingga. “Memang sudah ada amanatnya, Timur Tengah itu terus digerakkan (digoyang) oleh Amerika. Siapa bilang Iran itu bersebrangan dengan Amerika, justru dibalik itulah semuanya bisa diungkap,” sebut mantan dosen di berbagai perguruan tinggi swasta di Kota Medan.

Setelah berbicara tentang keunikan Timur Tengah, sebagai Ketua DPW PKS Sumut dia menilai persoalan politik Sumut. Menurutnya, masih banyak yang perlu dibenahi. Bila sekarang ini kader PKS yang menjadi pemimpin Sumut, justru menambah kesibukan baru untuk tetap menjaga eksistensinya.

Seperti kemarin, paparnya, hak interplasi yang diajukan sejumlah anggota legislatif di Sumut. Tentunya, partai dan kader yang duduk di kursi legislatif tak boleh diam. Semuanya harus bisa bergerak untuk menggagalkan hak interplasi itu. Akhirnya berhasil, semuanya bisa diredam.
“Jadi anggota legislatif  yang ada di DPRD Sumut harus bisa menekan dan meredam setiap isu politik yang memojokkan Pemprovsu, kader harus berjuang untuk kepentingan umat,” tambahnya.

Tak terasa waktu yang ditetapkan untuk sahur telah tiba. Dia menyampaikan untuk menu makanan sahur, biasanya ala kadarnya. Seperti sambal teri kacang mengingatkan masa di pesantren dulu, ikan bakar, ayam gulai dan sayur rebung. “Nah penutup makanannya, jeruk,” katanya.

Usai sahur dan Hafez melanjutkan kegiatannya dengan berkeliling setiap salat Subuh. “Saya tak hanya di satu masjid untuk salat Subuh, tapi cendrung berkeliling,” katanya yang telah mengenakan peci dan menaiki mobil Avanza Silver bersama dua anaknya yang ikut sahur. Tim akhirnya pamit meninggalkan rumah itu. (*)

Terkenang Pengalaman di Timur Tengah

Cerdas dan punya banyak pengalaman di Timur Tengah. Itulah kesan yang ditangkap saat sahur bersama HM Hafez Lc MA. Lantas, apa pendapatnya soal konstelasi politik di Sumatera Utara akhir-akhir ini?

CHAIRIL HUDHA-Medan

“Apa kabarnya?” Itulah kata yang pertama diucapkan Hafez kepada Tim Sahur Sumut Pos memasuki rumah Ketua DPW PKS Sumut, HM Hafez Lc MA di Jalan Kenanga Raya, Gang Sosial No 4, Medan, Kamis (25/8) sekira pukul 04.30 WIB.

Di rumah berukuran sekitar 10 x 15 meter itu, tepatnya di ruang tamu, sudah digelar dua ambal berwarna merah. Hafez mempersilakan duduk. Hafez ternyata menghuni rumah kontrakan yang baru empat bulan ini ditempati. Sebelumnya, alumni Usuluddin Al Azhar Kairo itu menumpang di kediaman orangtuanya di Jalan Bromo Medan Di rumah itu, Hafez tinggal bersama istri dan anak-anaknya. “Kami biasa sahur di rumah ini jam setengah lima,” ucap ayah lima anak tersebut.

Itu berarti ada waktu sekitar satu jam untuk berbincang sebelum sahur.
Suami dari Mar’ ah Solichah mengakui, Ramadan kali ini banyak kegiatan yang dilakoninya, Seperti Ssafari Ramadan di seluruh DPD PKS se-Sumut. Namun, puasa dan kegiatan anak-anaknya, tetap dipantau.

“Seperti anak sulung saya, Haritsah Mujahid, adiknya Hanzholah Jundullah, dan Zahrah Elfirdausi. Sedangkan Hamzah Asadullah dan Ukasyah Jundi Rabbani masih kecil, belum berpuasa,” ujarnya.
Setiap Ramadan, Hafes teringat masa-masa di Mesir dulu. Setiap Ramadan, ia rajin mengeliilingi sejumlah masjid di sana. “Bedanya, saat ini saya mendatangi pengurus DPD PKS se-Sumut, dan ujungnya pertemuan di Masjid,” sebutnya.

Pria yang 11 tahun tinggal di Mesir ini kemudian bertutur sejumlah kenangan yang dilalui di negeri pyramid itu. Mulai diawasi intelijen Hosni Mubarak saat membuat diskusi di masjid dan di kampus, hingga ikut aksi demonstrasi menolak sejumlah kebijakan duta besar Indonesia yang hendak membatasi jumlah pelajar Indonesia.

Berbicara kepemimpinan Hosni Mubarak, Hafez membenarkan kalau tokoh itu memang dikenal warga negara setempat sangat dictator. Kebijakan itu, katanya, malah membuat banyak warga Mesir menjadi gelandangan dan miskin.

Tapi dulu Hosni berhasil merarik simpati rakyatnya dengan menjaga harga bahan pokok tetap murah. “Makanan di Mesir dengan menu roti gandum ditambah selai kacang hanya seharga Rp500. Jadi kalau makan makanan tiga kali di Mesir itu cukup Rp1.500, sangat murahkan kehidupan di Mesir 10 tahun lalu,” ucapnya.

Hafez mengakui rakyat Mesir suka membantu mahasiswa asal Asia. Bahkan, mahasiswa Indonesia banyak yang memiliki bapak angkat di Mesir. Ketika masa krisis moneter, saat itu dolar US tak boleh masuk ke Mesir jadi mahasiswa kesulitan untuk pembiayaan kuliah.

“Saya sempat mengajukan beberapa proposal bantuan uang kuliah ke negara teluk, tapi semuanya menolak. Alhasil, kami diarahkan ke sejumlah warga Mesir, tukang foto copy membantu memfoto copy buku, penjual makanan memberikan makanan gratis, begitulah seterusnya sampai boleh dolar US masuk ke Mesir,” bebernya. “Saya salut dengan masyarakat Mesir,” tambahnya.

Berbeda dengan Libya. Negara yang dimpimpin Muammar Kadhafi itu merupakan negara kaya dengan sumber daya alamnya. Tapi, karena banyaknya kepentingan luar negeri, khususnya Amerika Serikat, negara itupun digoyang  hingga. “Memang sudah ada amanatnya, Timur Tengah itu terus digerakkan (digoyang) oleh Amerika. Siapa bilang Iran itu bersebrangan dengan Amerika, justru dibalik itulah semuanya bisa diungkap,” sebut mantan dosen di berbagai perguruan tinggi swasta di Kota Medan.

Setelah berbicara tentang keunikan Timur Tengah, sebagai Ketua DPW PKS Sumut dia menilai persoalan politik Sumut. Menurutnya, masih banyak yang perlu dibenahi. Bila sekarang ini kader PKS yang menjadi pemimpin Sumut, justru menambah kesibukan baru untuk tetap menjaga eksistensinya.

Seperti kemarin, paparnya, hak interplasi yang diajukan sejumlah anggota legislatif di Sumut. Tentunya, partai dan kader yang duduk di kursi legislatif tak boleh diam. Semuanya harus bisa bergerak untuk menggagalkan hak interplasi itu. Akhirnya berhasil, semuanya bisa diredam.
“Jadi anggota legislatif  yang ada di DPRD Sumut harus bisa menekan dan meredam setiap isu politik yang memojokkan Pemprovsu, kader harus berjuang untuk kepentingan umat,” tambahnya.

Tak terasa waktu yang ditetapkan untuk sahur telah tiba. Dia menyampaikan untuk menu makanan sahur, biasanya ala kadarnya. Seperti sambal teri kacang mengingatkan masa di pesantren dulu, ikan bakar, ayam gulai dan sayur rebung. “Nah penutup makanannya, jeruk,” katanya.

Usai sahur dan Hafez melanjutkan kegiatannya dengan berkeliling setiap salat Subuh. “Saya tak hanya di satu masjid untuk salat Subuh, tapi cendrung berkeliling,” katanya yang telah mengenakan peci dan menaiki mobil Avanza Silver bersama dua anaknya yang ikut sahur. Tim akhirnya pamit meninggalkan rumah itu. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/