25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Lebih Nyaman dari Mal, Bukan Sekadar Hiasan Kota

Hutan Kota Taman Beringin

JALAN KAKI:Warga jalan kaki  hutan kota taman Beringin  Jalan Sudirman Medan.//donni/sumut pos
JALAN KAKI:Warga jalan kaki di hutan kota taman Beringin di Jalan Sudirman Medan.//donni/sumut pos

Kamis (26/9) sore, Kota Medan menunjukkan pemandangan yang sama. Sumpek,  dengan padatnya kendaraan bermotor yang semakin hari turut berandil besar mencemarkan udara perkotaan. Tentu saja warga merindukan keberadaan sebuah hutan dengan pepohonan rindang untuk keluar sejenak dari keadaan sumpek.

DONI HERMAWAN– Medan

Nah, di perkotaan kerinduan itu coba diwujudkan dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di Jalan Sudirman atau menuju Jalan Teuku Cik Di Tiro, salah satu RTH diwujudkan dengan keberadaan taman berkonsep miniatur hutan Tepatnya di depan rumah dinas Gubernur Sumatera Utara dan bersebelahan dengan Sungai Babura. Hutan Kota Taman
Beringin begitu plang nama yang terpajang di gerbang masuk taman.

Di areal seluas 12,219 M2, konon ada 20 species tanaman yang tumbuh. Tentu saja didominasi pohon beringin yang membuat suasana taman rindang. Juga ada pohon jati, bambu serta species-species lainnya. Keberadaan hutan kota mendukung keasrian kota karena penyerapan karbon dioksida dan juga mensupplai oksigen bagi penduduk kota.

Suasana pun terlihat hangat dengan ramainya keluarga kecil yang memanfaatkan tempat ini untuk bersantai. Pasangan muda mudi juga terlihat asyik mengobrol di bawah pohon rindang.

Tak ayal hutan kota ini menjadi alternatif wisata. Tak harus ke tempat mahal dengan segala macam jenis permainan yang tersedia. Cukup bertamasya ke taman dan menikmati ciptaan si pemilik alam.  Apalagi di Minggu maupun hari libur lainnya, taman Beringin akan dipadati pengunjung.

Hari (41), yang terlihat bermain bersama kedua anaknya mengakui meski kali perdana ia mengunjungi taman ini, kesan suka cita langsung terpancar.

“Ini pertama kali sih saya ke sini. Tapi tempatnya asyik. Bersih tidak seperti taman-taman lain. Suasananya juga cukup asri
karena kalau di jalanan kan panas. Jadi sumpek bisa hilang kalau kemari. Kayaknya bakal lebih sering kemari deh,” katanya.

Warga Titi Kuning itu melihat pentingnya keberadaaan RTH seperti taman Beringin ini.
“Kebetulan saya beberapa kali ke luar negeri dan tujuan kita biasanya ke taman. Jadi kalau ada yang dekat untuk apa kita
jauh-jauh. Makanya taman-taman seperti ini perlu di tengah kota,” katanya yang sedari tadi asyik memotret anaknya bermain perosotan.
Kesan yang sama dilontarkan Andi yang sering datang ke Taman Beringin bersama kekasihnya.

“Lebih nyaman di sini (taman, Red) daripada harus jalan-jalan ke mal. Suasananya enak dan kita biasa ngobrol-ngobrol
disini,” kata mahasiswa Unimed ini.

Bisa dibilang ini wisata murah. Keberadaan fasilitas bermain seperti perosotan dan ayunan memberikan ruang bagi anak-anak untuk bermain. Di tempat ini terdapat sebuah kolam yang cukup lebar, meskipun warna
airnya sudah tidak jernih lagi, dengan tiga buah lampu hias di dalam kolam yang akan bersinar pada malam hari. Sayang sore itu, air mancur tidak berfungsi.

Kicauan burung merpati yang turut berhabitat di hutan kota ini semakin menambah keasyikan. Sayangnya, tak banyak pilihan taman untuk berwisata di kota terbesar ketiga di Indonesia tersebut. Karena banyak taman atau ruang publik di daerah ini yang tidak bisa diakses, bahkan sudah beralih fungsi.

Dari data terakhir keberadaan hutan kota sangat minim. Di Medan kini hanya 31,2 hektar atau setara dengan 0,12 persen dari 26.510 hektar seluruh luas wilayah. Padahal, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang dan Tata Wilayah, kota harus memiliki 30 persen ruang terbuka hijau. Selain itu sebuah penelitian di Amsterdam yang dipimpin oleh Dr Jolanda Maas dari VU University Medical Centre menyebutkan wilayah perkotaan saat ini terancam kekurangan ruang terbuka hijau akibat terus meningkatnya arus urbanisasi. Lingkungan hijau yang alami bisa
menurunkan risiko masyarakat terkena berbagai macam penyakit. Ruang terbuka hijau juga berefek positif terhadap kesehatan fisik dan mental masyarakat.

Sebelumnya harapan akan dilestarikan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ini dilontarkan Komunitas Taman Kota Medan. Miduk Hutabarat, salah satu anggota mengaku miris dengan kondisi pertamanan di Kota Medan saat ini. Padahal  memiliki taman di tengah kota dengan segala fasilitas yang dipenuhi, dapat menjadi identitas daerah tersebut.

Sebelumnya Komunitas Taman Kota Medan pernah melepas seratus burung merpati sebagai simbol memberi harapan kepada masyarakat. Nah, Hutan kota Taman Beringin tentunya bukan sekedar penghias kota, namun penting sebagai paru-paru kota. (*)

Hutan Kota Taman Beringin

JALAN KAKI:Warga jalan kaki  hutan kota taman Beringin  Jalan Sudirman Medan.//donni/sumut pos
JALAN KAKI:Warga jalan kaki di hutan kota taman Beringin di Jalan Sudirman Medan.//donni/sumut pos

Kamis (26/9) sore, Kota Medan menunjukkan pemandangan yang sama. Sumpek,  dengan padatnya kendaraan bermotor yang semakin hari turut berandil besar mencemarkan udara perkotaan. Tentu saja warga merindukan keberadaan sebuah hutan dengan pepohonan rindang untuk keluar sejenak dari keadaan sumpek.

DONI HERMAWAN– Medan

Nah, di perkotaan kerinduan itu coba diwujudkan dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Di Jalan Sudirman atau menuju Jalan Teuku Cik Di Tiro, salah satu RTH diwujudkan dengan keberadaan taman berkonsep miniatur hutan Tepatnya di depan rumah dinas Gubernur Sumatera Utara dan bersebelahan dengan Sungai Babura. Hutan Kota Taman
Beringin begitu plang nama yang terpajang di gerbang masuk taman.

Di areal seluas 12,219 M2, konon ada 20 species tanaman yang tumbuh. Tentu saja didominasi pohon beringin yang membuat suasana taman rindang. Juga ada pohon jati, bambu serta species-species lainnya. Keberadaan hutan kota mendukung keasrian kota karena penyerapan karbon dioksida dan juga mensupplai oksigen bagi penduduk kota.

Suasana pun terlihat hangat dengan ramainya keluarga kecil yang memanfaatkan tempat ini untuk bersantai. Pasangan muda mudi juga terlihat asyik mengobrol di bawah pohon rindang.

Tak ayal hutan kota ini menjadi alternatif wisata. Tak harus ke tempat mahal dengan segala macam jenis permainan yang tersedia. Cukup bertamasya ke taman dan menikmati ciptaan si pemilik alam.  Apalagi di Minggu maupun hari libur lainnya, taman Beringin akan dipadati pengunjung.

Hari (41), yang terlihat bermain bersama kedua anaknya mengakui meski kali perdana ia mengunjungi taman ini, kesan suka cita langsung terpancar.

“Ini pertama kali sih saya ke sini. Tapi tempatnya asyik. Bersih tidak seperti taman-taman lain. Suasananya juga cukup asri
karena kalau di jalanan kan panas. Jadi sumpek bisa hilang kalau kemari. Kayaknya bakal lebih sering kemari deh,” katanya.

Warga Titi Kuning itu melihat pentingnya keberadaaan RTH seperti taman Beringin ini.
“Kebetulan saya beberapa kali ke luar negeri dan tujuan kita biasanya ke taman. Jadi kalau ada yang dekat untuk apa kita
jauh-jauh. Makanya taman-taman seperti ini perlu di tengah kota,” katanya yang sedari tadi asyik memotret anaknya bermain perosotan.
Kesan yang sama dilontarkan Andi yang sering datang ke Taman Beringin bersama kekasihnya.

“Lebih nyaman di sini (taman, Red) daripada harus jalan-jalan ke mal. Suasananya enak dan kita biasa ngobrol-ngobrol
disini,” kata mahasiswa Unimed ini.

Bisa dibilang ini wisata murah. Keberadaan fasilitas bermain seperti perosotan dan ayunan memberikan ruang bagi anak-anak untuk bermain. Di tempat ini terdapat sebuah kolam yang cukup lebar, meskipun warna
airnya sudah tidak jernih lagi, dengan tiga buah lampu hias di dalam kolam yang akan bersinar pada malam hari. Sayang sore itu, air mancur tidak berfungsi.

Kicauan burung merpati yang turut berhabitat di hutan kota ini semakin menambah keasyikan. Sayangnya, tak banyak pilihan taman untuk berwisata di kota terbesar ketiga di Indonesia tersebut. Karena banyak taman atau ruang publik di daerah ini yang tidak bisa diakses, bahkan sudah beralih fungsi.

Dari data terakhir keberadaan hutan kota sangat minim. Di Medan kini hanya 31,2 hektar atau setara dengan 0,12 persen dari 26.510 hektar seluruh luas wilayah. Padahal, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang dan Tata Wilayah, kota harus memiliki 30 persen ruang terbuka hijau. Selain itu sebuah penelitian di Amsterdam yang dipimpin oleh Dr Jolanda Maas dari VU University Medical Centre menyebutkan wilayah perkotaan saat ini terancam kekurangan ruang terbuka hijau akibat terus meningkatnya arus urbanisasi. Lingkungan hijau yang alami bisa
menurunkan risiko masyarakat terkena berbagai macam penyakit. Ruang terbuka hijau juga berefek positif terhadap kesehatan fisik dan mental masyarakat.

Sebelumnya harapan akan dilestarikan keberadaan Hutan Kota Taman Beringin ini dilontarkan Komunitas Taman Kota Medan. Miduk Hutabarat, salah satu anggota mengaku miris dengan kondisi pertamanan di Kota Medan saat ini. Padahal  memiliki taman di tengah kota dengan segala fasilitas yang dipenuhi, dapat menjadi identitas daerah tersebut.

Sebelumnya Komunitas Taman Kota Medan pernah melepas seratus burung merpati sebagai simbol memberi harapan kepada masyarakat. Nah, Hutan kota Taman Beringin tentunya bukan sekedar penghias kota, namun penting sebagai paru-paru kota. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/