30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Polisi Diminta Ungkap Kematian Dinar

 

SEMASA HIDUP: Dinar Della boru Silalahi (depan) semasa hidup.

SUMUTPOS.CO – Tewasnya Dinar Dela boru Silalahi hingga kini masih menyisakan tanda tanya. Ibu rumah tangga itu sudah tewas ketika tiba di Rumah Sakit Advent. Korban baru saja dugem di Diskotek New Zone, 30 Agustus 2018.

POLRESTABES Medan yang menangani kasus ini juga terkesan ogah bekerja. Pasalnya, hasil otopsi korban hingga saat ini belum diketahui.

Parahnya, Diskotek New Zone juga masih beroperasi. Bahkan, garis polisi (Police Line) yang menandakan lokasi masih dalam penyelidikan sudah dilepas.

Menyikapi hal ini, pengamat hukum mengatakan, setiap adanya tindak pidana, Tempat Kejadian Perkara (TKP) harusnya diberi garis polisi.

“Tujuannya agar polisi bisa melakukan olah tempat kejadian. Kalau menurut SOP nya, itu di depan atau di pintu harusnya dipolice line,” ujar pengamat hukum asal Medan, Redianto Sidi, Rabu (26/9).

“Setiap orang, siapapun itu sama statusnya di mata hukum. Harusnya New Zone itu diberi garis polisi juga, jadi jangan ada kesan tebang pilih di masyarakat,” sambungnya.

Kemudian, katanya, sudah berulang kali pengunjung tewas over dosis di diskotek tersebut. Namun sayangnya, tidak ada ketegasan baik dari polisi maupun aparat penegak aturan.

“Harusnya ada tindakan tegas. Jadi biar ada efek jera. Harusnya pemerintah tidak lagi memberikan ijin operasional tempat itu,” ungkapnya.

Selain itu, jika New Zone diduga keras sebagai sarang peredaran narkoba, polisi harus mengusutnya. Bila tidak, berarti polisi melakukan diskriminasi.

“Jangan ada diskriminasi. Harus ada tindakan tegas, jangan tebang pilih. Apalagi bisa dibilang lokasi itu memang diduga lapak peredaran narkoba yang sudah menjadi rahasia umum,” ungkapnya.

Rediyanto berharap, polisi transparan untuk kasus ini. Terbuka kepada publik, apa sebenarnya yang terjadi di New Zone hingga menewaskan Dinar.

“Kalau memang semuanya mau memberantas narkoba, aparat harus terang-terangan, jangan di titik lain diberantas, titik yang satunya tidak. Jadi buat apa slogan dan moto aparat kepolisian yang bersih dari narkoba kalau setengah-setengah kerjanya,” pungkas Rediyanto.

Terpisah, Kasat Narkoba Polrestabes Medan, AKBP Raphael berulangkali dikonfirmasi Sumut Pos. Namun, Raphael tak kunjung menjawab. Pesan singkat yang dikirim ke ponselnya juga tak sekali pun berbalas.

Saat dikonfirmasi, tak satu pun manajemen Diskotek New Zone mau buka suara. Hingga berita ini diturunkan, dua orang yang dikonfirmasi via whatsapp bungkam.

Seperti ramai diberitakan, saat tiba di Rumah Sakit Advent Medan, Dinar sudah tak bernyawa. Dinar dibawa dari Diskotek New Zone, Jalan Wajir Medan saat dugem.

Korban mengaku kedinginan dan tewas. Wajahnya membiru, sedangkan mulutnya mengeluarkan buih.

“Korban diduga memang meninggal secara tidak wajar,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Medan Kota, Iptu Suhardiman, Jumat (31/8) lalu.(dvs/ala)

 

 

SEMASA HIDUP: Dinar Della boru Silalahi (depan) semasa hidup.

SUMUTPOS.CO – Tewasnya Dinar Dela boru Silalahi hingga kini masih menyisakan tanda tanya. Ibu rumah tangga itu sudah tewas ketika tiba di Rumah Sakit Advent. Korban baru saja dugem di Diskotek New Zone, 30 Agustus 2018.

POLRESTABES Medan yang menangani kasus ini juga terkesan ogah bekerja. Pasalnya, hasil otopsi korban hingga saat ini belum diketahui.

Parahnya, Diskotek New Zone juga masih beroperasi. Bahkan, garis polisi (Police Line) yang menandakan lokasi masih dalam penyelidikan sudah dilepas.

Menyikapi hal ini, pengamat hukum mengatakan, setiap adanya tindak pidana, Tempat Kejadian Perkara (TKP) harusnya diberi garis polisi.

“Tujuannya agar polisi bisa melakukan olah tempat kejadian. Kalau menurut SOP nya, itu di depan atau di pintu harusnya dipolice line,” ujar pengamat hukum asal Medan, Redianto Sidi, Rabu (26/9).

“Setiap orang, siapapun itu sama statusnya di mata hukum. Harusnya New Zone itu diberi garis polisi juga, jadi jangan ada kesan tebang pilih di masyarakat,” sambungnya.

Kemudian, katanya, sudah berulang kali pengunjung tewas over dosis di diskotek tersebut. Namun sayangnya, tidak ada ketegasan baik dari polisi maupun aparat penegak aturan.

“Harusnya ada tindakan tegas. Jadi biar ada efek jera. Harusnya pemerintah tidak lagi memberikan ijin operasional tempat itu,” ungkapnya.

Selain itu, jika New Zone diduga keras sebagai sarang peredaran narkoba, polisi harus mengusutnya. Bila tidak, berarti polisi melakukan diskriminasi.

“Jangan ada diskriminasi. Harus ada tindakan tegas, jangan tebang pilih. Apalagi bisa dibilang lokasi itu memang diduga lapak peredaran narkoba yang sudah menjadi rahasia umum,” ungkapnya.

Rediyanto berharap, polisi transparan untuk kasus ini. Terbuka kepada publik, apa sebenarnya yang terjadi di New Zone hingga menewaskan Dinar.

“Kalau memang semuanya mau memberantas narkoba, aparat harus terang-terangan, jangan di titik lain diberantas, titik yang satunya tidak. Jadi buat apa slogan dan moto aparat kepolisian yang bersih dari narkoba kalau setengah-setengah kerjanya,” pungkas Rediyanto.

Terpisah, Kasat Narkoba Polrestabes Medan, AKBP Raphael berulangkali dikonfirmasi Sumut Pos. Namun, Raphael tak kunjung menjawab. Pesan singkat yang dikirim ke ponselnya juga tak sekali pun berbalas.

Saat dikonfirmasi, tak satu pun manajemen Diskotek New Zone mau buka suara. Hingga berita ini diturunkan, dua orang yang dikonfirmasi via whatsapp bungkam.

Seperti ramai diberitakan, saat tiba di Rumah Sakit Advent Medan, Dinar sudah tak bernyawa. Dinar dibawa dari Diskotek New Zone, Jalan Wajir Medan saat dugem.

Korban mengaku kedinginan dan tewas. Wajahnya membiru, sedangkan mulutnya mengeluarkan buih.

“Korban diduga memang meninggal secara tidak wajar,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Medan Kota, Iptu Suhardiman, Jumat (31/8) lalu.(dvs/ala)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/