MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan buruh perkebunan turun ke jalan, Senin (27/10) siang ini. Para buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Perkebunan (SP-Bun) dan Serikat Pekerja Merdeka (SPM) itu berdemo di PTPN 2 dan Kantor Gubsu, dengan tujuan bernegosiasi terkait hak-hak pekerja PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) yang belum terealisasi. Demo direncanakan akan berlanjut hingga besok (28/10).
“Aksi industrial melibatkan seluruh pekerja rayon tengah bersatu (SP-BUN dan SPM), ada 2000-an pekerja. Dari Kantor DPRD Langkat dilanjutkan ke Kantor Bupati Langkat, dilanjutkan ke Kantor Gubernur Sumut. Kami menyampaikan tuntutan ribuan pekerja terkait hak-hak pekerja yang belum terealisasi. Kami menuntut ‘Usir Malaysia atau PT LNK dari Bumi Langkat’,” kata Sartana Sebayang selaku Koordinator Lapangan aksi massa buruh PT LNK.
Menurutnya, keberadaan PT LNK di Langkat, membuat buruh yang dulu dari PTPN 2, makin sengsara. “Ada indikasi penindasan gaya baru yang dipertontonkan pada ribuan pekerja serta jauh dari kesejahteraan. Tak terbantahkan lagi karena banyak contoh-contoh terjadi. Insya Allah kita melakukan aksi selama dua hari, 27-28 Oktober yang berakhir dengan aksi menduduki Kantor Direksi PTPN 2 Tanjung Morawa, sebagai rumah besar karyawan atau pekerja perkebunan,” beber Sebayang.
Pasca pemindahan pekerja dari PTPN2 ke PT LNK, sejumlah janji terkait kesejahteraan pekerja yang didengungkan sejak 2009 lalu, tak juga teralisasi. Berbagai upaya musyawarah juga berbuah janji palsu. Makanya, Serikat Pekerja Rayon Tengah Bersatu (SP-BUN dan SPM di jajaran kebun PT LNK, red), mendesak 5 butir tuntutan. Di antaranya pembayaran opsi transfer pekerja (dari PTPN 2ke LNK), dana Bantuan Anak Sekolah (BAS), juga SKAK (Santunan Kemalangan Antar Karyawan), juga soal rumah dinas. Bukannya membuat tenang pekerja, LNK kembali berulah saat janji-janji itu didesak.
Sesuai pernyataan Direktur SDM PTPN-2 Komaruzzaman pada pertemuan sebelumnya, 2300 pekerja LNK akan dipulangkan ke PTPN-2 setelah 6 tahun mengabdi di PT LNK pasca KSO 2009 lalu. Bahkan pada Sabtu (25/10), pertemuan yang digagas Dirut PTPN-2 Ir Bhatara Moeda Nasution bersama pentolan Serikat Pekerja Rayon Tengah Bersatu di Istana Krakatau Jl. Putri Hijau Medan, gagal menemui kesepakatan.
Pertemuan alot memakan waktu lebih dari dua jam. Meski penuh keakraban namun aspirasi berasal dari arus bawah tetap saja diusung. Yakni meneruskan ribuan aspirasi pekerja yang lebih 5 tahun mengabdi di LNK.
“Gong KSO dimulai kita seluruhnya ikut serta manut apa yang menjadi cita-cita bersama dijanjikan kesejahteraan saat menumpangi kapal baru (LNK). Kemudian hanyut ditelan waktu 5 tahun lebih KSO berjalan. Tahap awal saja telah melibatkan semua tenaga kerja yang mengais rezeki di LNK. Sudah menghasilkan seperti sekarang ini, malah ingin dicampakkan kembali ke PTPN 2, yang (penempatan) kebunnya saja belum tahu dimana,” terang pentolan SPM, Rojaya Girsang.
“Banyak persoalan, terus menerus tiada hentinya terkait tuntutan hak pekerja seperti dalam 5 butir tuntutan. Belum selesai, soal holding yang harus dirasakan lagi. Ini membikin sesak di dada, justru harus ada perlawanan dengan niat mengusir Malaysia atau PT LNK dari Bumi Langkat,” ujar Rojaya dalam pertemuan dengan Bhatara itu, diamini para ketua dan sekretaris 10 kebun yang hadir.
Dalam waktu bersamaan, pentolan SP-BUN Rayon Tengah, Brawijaya Meliala, mengaku maklum untuk memenuhi undangan Direktur Utama PTPN-2 meski hanya via telepon.
“Kita hargai hal itu, namanya Bapak kita, namun apa yang telah menjadi kesepakatana bersama itu tetap kita duduki, tidak harus mengubah serta berubah dari kesepakatan bersama untuk melakukan aksi industrial,” jelasnya. (mir/trg/deo)