30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Kasus Baru Covid-19 Tambah 82 Orang, Medan dan Nias Penyumbang Terbanyak

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus baru terkonfirmasi positif virus corona di Sumut masih terus terjadi. Meski demikian, penambahan kasus baru itu juga diiringi angka kesembuhan pasien Covid-19.

Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, penambahan kasus baru positif sebanyak 82 orang. Penambahan ini sedikit berkurang dibanding hari sebelumnya yaitu 84 orang.

“Akumulasi kasus terkonfirmasi (positif) Covid-19 saat ini 15.235 orang,” ungkap Aris, Kamis (26/11) sore.

Aris menyebutkan, penambahan 82 orang positif Covid-19 tersebut paling banyak disumbang dari Medan dan Nias masing-masing 20 orang. Kemudian, disusul Siantar dan Deli Serdang masing-masing 10 orang. “Untuk sisanya, penambahan kasus baru positif yakni dari Toba (7 orang), Karo (6 orang), Sergai (4 orang), Simalungun (3 orang), dan Langkat (2 orang),” terangnya.

Terkait penambahan angka kesembuhan pasien Covid-19, sambung dia, bertambah 74 orang. Namun, penambahan kasus baru yang sembuh dari virus corona ini menurun dibanding hari sebelumnya yang bertambah 81 orang. “Jumlah sementara angka kesembuhan Covid-19 sebanyak 12.601 orang,” kata Aris.

Ia melanjutkan, angka kesembuhan paling banyak didapatkan dari Medan 36 orang dan Deli Serdang 15 orang. Selanjutnya, Labuhanbatu 7 orang, Sergai 4 orang, Sibolga 3 orang, serta Siantar, Langkat, dan Karo masing-masing 2 orang. Sementara sisanya masing-masing 1 orang dari Binjai, Padangsidimpuan, dan Tapteng.

“Untuk angka meninggal dunia akibat Covid-19 tidak ada penambahan, sehingga akumulasi saat ini tetap 600 orang. Sedangkan angka suspek, berkurang 1 orang dan jumlahnya menjadi 562 orang. Terkait jumlah spesimen yang dilakukan uji swab mencapai 184.681 sampel,” pungkasnya.

Jangan Tolak Vaksin

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat tidak menolak pemberian vaksin Covid-19, apabila nantinya telah diedarkan secara luas. Menurutnya, vaksin bagus untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh.

Selain itu, Reisa mengingatkan pula agar warga tidak meninggalkan protokol kesehatan meskipun sudah ada vaksin. Konsep 3M, berupa memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan harus tetap dijalankan. “Kalau kita bisa dapat imunisasi spesifiknya dari vaksin, kenapa harus sakit. Dan kita harus tetap ingat, kita harus tetap disiplin menjaga diri sendiri dan orang lain. Minimal 3M,” kata Reisa.

Sementara itu, Pakar Imunisasi Indonesia, Jane Soepardi, mengingatkan masyarakat agar tak acuh pada upaya penyediaan vaksin Covid-19 yang tengah dilakukan pemerintah. Menurutnya, vaksin adalah salah satu kebutuhan penting untuk menjaga kesehatam tubuh.

“Kalau kita beruntung mendapat imunisasinya dari Covid-19 jangan ditolak. Harus bersyukur kalau kita dapat vaksin ini,” sambung Jane.

Ia menjelaskan, vaksin merupakan upaya pamungkas dalam menghentikan pandemi Covid-19. Sejak puluhan tahun lalu, imunisasi sudah terbukti ampuh untuk menangkal virus.

“Pengetahuan para ilmuwan saat ini masih sangat terbatas mengenai Covid-19, selalu saja ada yang baru. Kita tidak tahu, misalnya kalau sekarang kita kena Covid-19 dan kebetulan sembuh, kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” imbuhnya.

Dia juga meminta agar masyarakat jangan lengah dengan beranggapan bahwa Covid-19 hanya akan sekali mengidap tubuh manusia yang sudah tertular. Dicontohkannya pada penyakit infeksi cacar air. Penyakit itu tidak hilang, namun malah mengganas seiring bertambahnya umur seseorang.

“Ternyata virus cacar itu tidur di ganglion saraf. Nanti mungkin 15-20 tahun lagi, tiba-tiba waktu kondisi kita jelek, muncul yang namanya Herpes Zoster (cacar ular) yang sangat sakit,” ungkap Jane.

Begitu pula pada kasus Covid-19. Jane mengatakan bahwa penyakit tersebut menginfeksi tubuh secara cepar. Oleh karena itu, butuh penanganan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Masyarakat juga harus tahu betul vaksin dengan obat itu tidak sama, berbeda sama sekali. Membuat vaksin itu jauh lebih susah daripada membuat obat. Sudah jadi pun vaksinnya, untuk bisa diterima, itu syaratnya jauh lebih sulit daripada obat,” pungkas Jane. (ris/jpc)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus baru terkonfirmasi positif virus corona di Sumut masih terus terjadi. Meski demikian, penambahan kasus baru itu juga diiringi angka kesembuhan pasien Covid-19.

Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, penambahan kasus baru positif sebanyak 82 orang. Penambahan ini sedikit berkurang dibanding hari sebelumnya yaitu 84 orang.

“Akumulasi kasus terkonfirmasi (positif) Covid-19 saat ini 15.235 orang,” ungkap Aris, Kamis (26/11) sore.

Aris menyebutkan, penambahan 82 orang positif Covid-19 tersebut paling banyak disumbang dari Medan dan Nias masing-masing 20 orang. Kemudian, disusul Siantar dan Deli Serdang masing-masing 10 orang. “Untuk sisanya, penambahan kasus baru positif yakni dari Toba (7 orang), Karo (6 orang), Sergai (4 orang), Simalungun (3 orang), dan Langkat (2 orang),” terangnya.

Terkait penambahan angka kesembuhan pasien Covid-19, sambung dia, bertambah 74 orang. Namun, penambahan kasus baru yang sembuh dari virus corona ini menurun dibanding hari sebelumnya yang bertambah 81 orang. “Jumlah sementara angka kesembuhan Covid-19 sebanyak 12.601 orang,” kata Aris.

Ia melanjutkan, angka kesembuhan paling banyak didapatkan dari Medan 36 orang dan Deli Serdang 15 orang. Selanjutnya, Labuhanbatu 7 orang, Sergai 4 orang, Sibolga 3 orang, serta Siantar, Langkat, dan Karo masing-masing 2 orang. Sementara sisanya masing-masing 1 orang dari Binjai, Padangsidimpuan, dan Tapteng.

“Untuk angka meninggal dunia akibat Covid-19 tidak ada penambahan, sehingga akumulasi saat ini tetap 600 orang. Sedangkan angka suspek, berkurang 1 orang dan jumlahnya menjadi 562 orang. Terkait jumlah spesimen yang dilakukan uji swab mencapai 184.681 sampel,” pungkasnya.

Jangan Tolak Vaksin

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat tidak menolak pemberian vaksin Covid-19, apabila nantinya telah diedarkan secara luas. Menurutnya, vaksin bagus untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh.

Selain itu, Reisa mengingatkan pula agar warga tidak meninggalkan protokol kesehatan meskipun sudah ada vaksin. Konsep 3M, berupa memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan harus tetap dijalankan. “Kalau kita bisa dapat imunisasi spesifiknya dari vaksin, kenapa harus sakit. Dan kita harus tetap ingat, kita harus tetap disiplin menjaga diri sendiri dan orang lain. Minimal 3M,” kata Reisa.

Sementara itu, Pakar Imunisasi Indonesia, Jane Soepardi, mengingatkan masyarakat agar tak acuh pada upaya penyediaan vaksin Covid-19 yang tengah dilakukan pemerintah. Menurutnya, vaksin adalah salah satu kebutuhan penting untuk menjaga kesehatam tubuh.

“Kalau kita beruntung mendapat imunisasinya dari Covid-19 jangan ditolak. Harus bersyukur kalau kita dapat vaksin ini,” sambung Jane.

Ia menjelaskan, vaksin merupakan upaya pamungkas dalam menghentikan pandemi Covid-19. Sejak puluhan tahun lalu, imunisasi sudah terbukti ampuh untuk menangkal virus.

“Pengetahuan para ilmuwan saat ini masih sangat terbatas mengenai Covid-19, selalu saja ada yang baru. Kita tidak tahu, misalnya kalau sekarang kita kena Covid-19 dan kebetulan sembuh, kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” imbuhnya.

Dia juga meminta agar masyarakat jangan lengah dengan beranggapan bahwa Covid-19 hanya akan sekali mengidap tubuh manusia yang sudah tertular. Dicontohkannya pada penyakit infeksi cacar air. Penyakit itu tidak hilang, namun malah mengganas seiring bertambahnya umur seseorang.

“Ternyata virus cacar itu tidur di ganglion saraf. Nanti mungkin 15-20 tahun lagi, tiba-tiba waktu kondisi kita jelek, muncul yang namanya Herpes Zoster (cacar ular) yang sangat sakit,” ungkap Jane.

Begitu pula pada kasus Covid-19. Jane mengatakan bahwa penyakit tersebut menginfeksi tubuh secara cepar. Oleh karena itu, butuh penanganan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Masyarakat juga harus tahu betul vaksin dengan obat itu tidak sama, berbeda sama sekali. Membuat vaksin itu jauh lebih susah daripada membuat obat. Sudah jadi pun vaksinnya, untuk bisa diterima, itu syaratnya jauh lebih sulit daripada obat,” pungkas Jane. (ris/jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/