25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Pesantren Amrullah Akbar Peringati Hari Guru Nasional, Komitmen Bebas dari Bentuk Kekerasan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dalam peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2021 lalu, Pondok Pesantren Amrullah Akbar, Medan Tuntungan, berkomitmen menjadikan instansi pendidikan mereka bebas dari segala bentuk kekerasan, baik kekerasan verbal maupun nonverbal. Adapun satuan pendidikan mereka, yakni RA Amrullah Akbar, SDIT Amrullah, dan MTs Sains Amrullah Akbar.

Hal ini disampaikan Direktur Pondok Pesantren Amrullah Akbar, Ismail Munthe, dalam acara perayaan Hari Guru Nasional, Kamis (25/11) lalu. Kegiatan ini memiliki tema, ‘Guru Humanis dan Merdeka Belajar’.

“Pada dasarnya guru adalah sebuah pekerjaan mengajar sambil mengasuh. Guru tidak bisa hanya mentransfer knowladge (pengetahuan) saja, tapi lebih dari itu. Guru harus bisa menjadi uswatun hasanah atau memberi contoh yang baik,” ungkap Ismail.

Ismail juga mengatakan, sebagai teladan sudah tentu guru harus mampu menciptakan iklim yang nyaman, aman, dan bebas dari kekerasan di lingkungan sekolah.

“Maka, untuk mewujudkan guru humanis dan merdeka belajar, harus dimulai dengan menerapkan konsep Sekolah Ramah Anak (SRA),” tuturnya.

Dia pun menjelaskan, SRA merupakan program pemerintah yang terdiri dari beberapa komponen untuk menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam segala aspek kehidupan. Kebijakan SRA tertuang pada Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2011.

Ismail juga menyebutkan, kebijakan tentang SRA merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap dunia pendidikan. Tapi, program ini masih terkesan setengah jalan. Sebab pada pelaksanaannya, banyak sekolah yang belum menerapkan program ini.

“Kendala biaya adalah satu penyebabnya. Sebab, SRA harus juga mencakup aspek fasilitas, seperti bangunan sekolah, taman belajar, taman bermain, dan sebagainya. Maka dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, agar SRA ini betul-betul dapat terwujud,” imbuhnya.

Pondok Pesantren Amrullah Akbar, menurutnya, telah membuat strategi guna mewujudkan sekolah tanpa kekerasan.

“Seperti membuat paguyuban orang tua maupun siswa melalui media sosial (medsos), dan menggalakkan dan memahamkan pentingnya 5S (salam, senyum, sapa, sopan, santun). Selain itu, membuat forum tanya jawab tentang kekurangan dan masukan untuk kemajuan sekolah ramah anak, pertemuan parenting, dan berkomitmen untuk tetap memberi ruang bermain kepada anak, serta memberikan pelatihan-pelatihan kepada para guru dan karyawan,” pungkas Ismail. (dwi/saz)

Teks Foto

ISTIMEWA

BERSAMA: Para guru Pondok Pesantren Amrullah Akbar diabadikan bersama, Kamis (25/11).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dalam peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2021 lalu, Pondok Pesantren Amrullah Akbar, Medan Tuntungan, berkomitmen menjadikan instansi pendidikan mereka bebas dari segala bentuk kekerasan, baik kekerasan verbal maupun nonverbal. Adapun satuan pendidikan mereka, yakni RA Amrullah Akbar, SDIT Amrullah, dan MTs Sains Amrullah Akbar.

Hal ini disampaikan Direktur Pondok Pesantren Amrullah Akbar, Ismail Munthe, dalam acara perayaan Hari Guru Nasional, Kamis (25/11) lalu. Kegiatan ini memiliki tema, ‘Guru Humanis dan Merdeka Belajar’.

“Pada dasarnya guru adalah sebuah pekerjaan mengajar sambil mengasuh. Guru tidak bisa hanya mentransfer knowladge (pengetahuan) saja, tapi lebih dari itu. Guru harus bisa menjadi uswatun hasanah atau memberi contoh yang baik,” ungkap Ismail.

Ismail juga mengatakan, sebagai teladan sudah tentu guru harus mampu menciptakan iklim yang nyaman, aman, dan bebas dari kekerasan di lingkungan sekolah.

“Maka, untuk mewujudkan guru humanis dan merdeka belajar, harus dimulai dengan menerapkan konsep Sekolah Ramah Anak (SRA),” tuturnya.

Dia pun menjelaskan, SRA merupakan program pemerintah yang terdiri dari beberapa komponen untuk menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam segala aspek kehidupan. Kebijakan SRA tertuang pada Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2011.

Ismail juga menyebutkan, kebijakan tentang SRA merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap dunia pendidikan. Tapi, program ini masih terkesan setengah jalan. Sebab pada pelaksanaannya, banyak sekolah yang belum menerapkan program ini.

“Kendala biaya adalah satu penyebabnya. Sebab, SRA harus juga mencakup aspek fasilitas, seperti bangunan sekolah, taman belajar, taman bermain, dan sebagainya. Maka dibutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, agar SRA ini betul-betul dapat terwujud,” imbuhnya.

Pondok Pesantren Amrullah Akbar, menurutnya, telah membuat strategi guna mewujudkan sekolah tanpa kekerasan.

“Seperti membuat paguyuban orang tua maupun siswa melalui media sosial (medsos), dan menggalakkan dan memahamkan pentingnya 5S (salam, senyum, sapa, sopan, santun). Selain itu, membuat forum tanya jawab tentang kekurangan dan masukan untuk kemajuan sekolah ramah anak, pertemuan parenting, dan berkomitmen untuk tetap memberi ruang bermain kepada anak, serta memberikan pelatihan-pelatihan kepada para guru dan karyawan,” pungkas Ismail. (dwi/saz)

Teks Foto

ISTIMEWA

BERSAMA: Para guru Pondok Pesantren Amrullah Akbar diabadikan bersama, Kamis (25/11).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/