MEDAN, SUMUTPOS.CO – Persahabatan yang dibangun dengan baik, adalah kunci melalui dan bangkit dari sebuah tragedi. Niat baik dan tujuan mulia akan diberi kemudahan oleh Yang Maha Kuasa.
Hal itu disampaikan Rahmat Shah pada kegiatan Nonton Bareng Video Tragedi Sebelum dan Sesudah Tsunami Aceh, yang dilaksanakan di Legend International Hall, ‘Rahmat’ Internasional Wildlife Museum & Gallery, Jalan S Parman Medan, Senin (26/12).
Dalam sambutannya, Rahmat yang merupakan Presiden Yayasan Rahmat Indonesia mengatakan, kegiatan ini dalam rangka mengenang 18 tahun tragedi tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Video yang merupakan karya Yayasan Rahmat Indonesia dan langsung disutradarai Rahmat ini, diawali sirene tsunami selama 14 detik yang dibunyikan di Aceh, Senin (26/12), sekira pukul 07.00 WIB, sebagai edukasi penanganan dini tsunami.
Selanjutnya video memperlihatkan keindahan alam Nanggore Aceh Darusallam sebelum tsunami. Tragedi diawali gempa yang mengguncang. Sejumlah warga terlihat panik hingga tiarap di jalan. Diikuti gelombang air laut yang menerjang setiap bagian kota. Menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Ratusan ribu nyawa melayang.
Bagian kedua video memperlihatkan dampak tsunami di sejumlah wilayah. Seperti kapal yang terdampar ke jalan raya, puing bangunan yang masih terendam air. Sejumlah relawan yang melakukan misi kemanusiaan. Bagian ketiga memperlihatkan korban dengan kondisi mengenaskan dan proses evakuasi oleh petugas dibantu relawan.
Bagian keempat memperlihatkan reaksi pemerintah meninjau dan menyerahkan bantuan kepada para korban. Reaksi juga datang dari berbagai negara di dunia. Mulai menurunkan tim kesehatan untuk mengevakuasi korban selamat.
Diperlihatkan pula suasana pengungsian dari pada korban tsunami Aceh-Nias yang selamat. Rahmat bahkan turun langsung mendampingi sejumlah pejabat melakukan peninjauan sekaligus menyerahkan bantuan kepada para korban selamat. Tampak sejumlah tokoh dunia seperti Jacky Chan, Bill Clinton, George Bush, para pejabat Turki. Bantuan pun berdatangan dari seluruh dunia. PBB, Singapura, Brunei Darussalam, Jepang, Turki, Filipina, Kamboja, Selandia Baru, Myanmar, Laos, Tiongkok, Timor Leste, Afganistan, Australia, Eropa, Bank Dunia, dan banyak lagi. Semua orang bergerak untuk membantu tanpa memandang latar belakang.
Video ditutup dengan pembacaan puisi oleh Tamara Bleszynski yang menceritakan dimulainya pembangunan di Aceh pascatsunami.
Rahmat mengaku sangat prihatin dengan kondisi Aceh saat itu. Bagaimana besarnya kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan. Suaranya bahkan bergetar saat mengingat peristiwa itu.
“Memang berat. Tapi saya hanya Bismillah, pakai kop surat saya tanda tangani jaminan sebesar USD100 juta. Saya percaya dengan niat baik, tujuan mulia, pastinya dipermudah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,” ungkap Rahmat.
Benar saja, hanya beberapa saat, dunia bereaksi terhadap tragedi tsunami Aceh dan Nias tersebut. Hampir seluruh negara di dunia turun ke Aceh membawa bantuan. Pembangunan pun dilaksanakan hingga membuat Aceh kini semakin baik. Bersama PMI, Rahmat menyiapkan air siap minum kepada para pengungsi. Begitu pula dengan Yayasan Gajah, dia melaksanakan penanaman manggrove.
“Dari peristiwa ini saya menyadari, hanya tragedi yang bisa menyatukan dunia. Karena itu, persahabatan dan kebersamaan ini hendaknya kita jaga. Sehingga kita selalu siap menghadapi situasi seberat apapun,” harapnya.
Kegiatan ditutup dengan doa dan ceramah dari Ustad Prof Muzakkir . Dalam ceramahnya, dia mengajak seluruh peserta untuk mengambil pelajaran dari tragedi tsunami Aceh. Manusia seharusnya bersahabat dengan alam. Di balik bencana juga ada rencana baik yang telah disiapkan Tuhan.
Turut hadir putri sulung Rahmat, Raline Shah, organisasi kemanusiaan, olahraga, Ketua Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Soekirman, Wildlife Whisperer, sekolah-sekolah yang ada di Aceh, tokoh masyarakat, agama dan pemuda. (saz/ila)