Selayaknya flay over (jembatan layang) merupakan jalan yang berfungsi untuk pemecah arus kemacetan, tak terkecuali fly over yang berada di Daerah Pulo Brayan Medan. Namun, jika pengamanan kurang baik dan penerangan jalan tak memadai, tempat ini pun bisa berubah fungsi menjadi lapak berpacaran, sehingga perampok pun dapat beraksi.
M SAHBAINY NASUTION, Medan
Saat melintasi fly over yang panjangnya sekitar 700 meter ini tak ada yang berbeda dengan fly over di Jalan Sisingamangaraja. Fly over yang dibangun sekitar 20 tahun ini memang pertama sekali dimiliki oleh warga Kota Medan. Namun, jika melintasi pada malam hari, pengemudi kendaraan baru merasakan berbada dengan melintas dising hari.
Ya, jika pada malam hari nyaris jalan ini menjadi gelap. Bukan karena pemadaman listrik. Tapi, lampu penerangan jalan sebanyak 60 tiang terdiri dari 3 lampu ini tak ada berfungsi satupun. Sudah dibayangkan jika kendaraan yang lampunya kurang baik, pasti akan menjadi gelap. Dan kecelakaan akan menghampiri.
Memang tempat ini menjadi gelap gulita. Tapi di kegelapan itu, para anak remaja memnafaatkan lokasi itu untuk berpacaran. Pasalnya, selain tidak banyak merogoh kocek, tempat ini seakan romatis jika melihat rumah atau jalan di bawah. Pastinya, anak remaja tersebut melihat kerlap kerlip lampu kota yang indah berbalut bintang-bintang dilangit. Ini pasti menambah keromatisan para anak remaja itu saat memadu kasih.
Hendrik warga Kelurahan Brayan Bengkel menceritakan, hampir tiga tahun fly over ini tak ada lampu jalannya yang hidup. Karena banyak wayar lampu itu dicuri. “Sebelum tiga tahun itu masih ada sebagian lampu yang hidup, tapi kalau sekarang sudah menjadi gelap,”ujarnya.
Menurutnya, tak adanya penerangan di fly over tersebut dimanfaatkan anak remaja untuk berpacaran. Biasanya pada malam liburan atau malam minggu. “Ya, kalau malam itu di tempat ini ramai. Bahkan bisa berjejeran orang pacaran di sini. Kebanyakan yang berpacaran seputaran fly over dan sebagian pendatang,”ujarnya.
Kata pria yang berambut jigrak ini banyaknya orang yang berpacaran karena dianggap tempat ini romatis dan murah. Karena, yang berpacaran tinggal beli air minum botol sudah bisa duduk ditempat ini.”Ya, di sini gak dipungut biaya untuk berduaan. Paling mereka beli minum aja ditempat lain, setelah itu cagakkan kereta (sepeda motor, Red) uda bisa berdua mereka,”katanya.
Dia mengatakan, lapak pacaran itu yang paling favorit pada di atas simpang Brayan. Karena, tempat tersebut langsung bisa melihat kendaraan yang lewat dan rumah-rumah di sekitarnya.”Mungkin tempat ini dianggap paling romantis dan strategis untuk bercerita,”ujarnya.
Sambugnya, orang yang berpacaran ditempat ini dimulai pukul 20:00 WIB sampai 23:00 WIB. Karena waktu tersebut sangat baik untuk nongkrong di fly over tersebut. Bukan hanya orang yang berpacaran saja, tapi keluarga atau yang lainnya yang singgah pun sekadar melihat pemandangan dari atas.”Ya, kalau diperhatikan bisa menimbulkan kemacetan kalau itu ramai,”ujarnya.
Lantas pernakah ada Polisi yang berpatroli untuk mengamankan jalan ? Kata Hendrik Polisi yang berpatroli bisa dihitung dengan jari. Dimungkinkan mereka menganggap jalan tersebut sudah aman atau tidak terjadi kemacetan. “Ya, jarang Polisi yang patroli, malahan banyak komunitas motor yang konvoi di tempat ini,”ujarnya.
Bukan hanya sekadar lapak pacaran saja fly over ini. Tempat inipun menjadi sasaran empuk buat para perampok. Menurutnya, hampir sebulan sekali ada saja orang yang dirampok.”Kalau gak orang lewat, penjualan di Pajak Brayan atau yang lainnya. Pas tadi malam aja ada yang dirampok keretanya (motor,Red),”ujarnya.
Ya, memang tempat ini jauh dari pusat kota. Bahkan, sudah mendekati perbatasan Deliserdang dan Belawan yang notabene sangat memudahkan untuk bersembunyai rampok tersebut. “Kami sebagai warga setempat maunya ada patroli setiap harinya. Apalagi, lampu ini harus ada jadi masyarakat pun tidak takut kalau melintas pada malam hari,”katanya.
Kalau dirunut kebelakang, Aris Gunawan (39), warga Desa Bakaran Batu, Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut) yang dirampok sekira empat orang anggota yang diduga kelompok geng motor di flyover (jembatan layang), Brayan, Medan, Medan (6/4) pagi sekira pukul 05.30 WIB. Bukan itu saja, yang paling menghebokan Toko Emas Edi suranta pada 13 Sep 2013 lalu. Ini sebagian kejadian yang dialami korban di fly over tersebut.
Dengan adanya kejadian itu, Hendrik mengaku masyarakat setempat sudah mengerti kalau nongkrong di fly over itu tak bisa sampai larut malam.  mereka sudah membataskan waktu pukul 23:00 WIB sudah beranjak.”Karena kita gak tau rampok itu dari mana, masyarakat di sini pun takut kalau lewat larut malam,”katanya.
Saat Sumut Pos mengintari jalan ini memang tak ada satupun lampu hias fly over kondisinya keadaan baik. Bahkan, yang paling memprihatinkan satu tiang itu hancur semua lampu hiasnya. “Kemungkinan lampu itu dilempar bang dan listriknya tak berfungsi dicuriin wayarnya. Kita pun sangat marah kalau melihat malingnya,”ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan Adi sebagai warga Kelurahan Brayan Bengkel. Seorang yang berprofesi tukang cendol ini menilai pemerintah dan aparat keamanan harus lebih ekstra lagi untuk menjaga fly over ini.
“Ya, sayang kalau disia-siakan, inikan bangunnya sangat mahal. Apalagi, tempat ini menjadi rawan,”ujarnya.
Ditambahkan, bukan hanya sekedar rawan dan tempat perampok yang empuk saja. Jika dilihat dari bawah tamannya pun seakan tak dirawat.”Saya jualan uda bertahun-tahun jarang mobil dinas itu menyemprot taman ini. Padahal bunga-bunga disini bagus,”ujarnya.
Dinas Pertamanan Kota Medan, Zulkifli Sitepu mengatakan pihaknya akan melakukan pengecekan terlebih dahulu masalah kurangnya penerangan jalan di fly over Brayan. Setelah itu, akan diperbaiki sesuai anggaran yang telah disiapkan. “Kita akan cek dulu, setelah itu kita lakukan perawatan untuk lampu jalan tersebut,”ujarnya dengan singkat. (*/azw)