24.4 C
Medan
Saturday, June 15, 2024

Dia Sudah Sering Dianiaya…

Foto: Fakhrul Rozi/PM Rukita Armayanti dan Budi Handoko, orangtua, Dimas Dikita Handoko saat berada di rumah duka.
Foto: Fakhrul Rozi/PM
Rukita Armayanti dan Budi Handoko, orangtua, Dimas Dikita Handoko saat berada di rumah duka.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rukita Arnayanti, ibu kandung dari, Dimas Dikita Handoko (19) taruna Sekolah Tinggi Ilmu Palayaran (STIP) Marunda, Jakarta yang tewas dianiaya seniornya, masih terlihat bersedih. Kematian putra sulungnya itu seakan membuat ibu beranak 3 ini tak percaya, ia berharap pelaku yang membuat anaknya tewas dihukum seberat-beratnya.

“Apa yang dialami anak saya, Dimas semoga ini yang terakhir. Saya berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang di STIP,” ujar Rukita saat ditemui di kediamannya di Jalan Cibadak Gang IX Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan, Minggu (27/4) kemarin.

Meski tahu pelaku penganiaya putranya hingga tewas telah ditahan polisi, Rukita mengaku menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada aparat penegak hukum. Begitupun sebut dia, para pelaku yang menjadi penyebab tewasnya Dimas harus diberi hukuman yang setimpal.

“Intinya kami tidak mau berdamai, biarkan proses hukumnya berjalan. Dan saya minta pelaku diberi hukuman seberat-beratnya atau setimpal dengan perbuatannya,” katanya didampingi Budi Handoko, suaminya.

Sudah Siapkan Rendang

Sebelum mendapat kabar Dimas tewas, Rukita yang memang sedang berada di Jakarta mendampingi suaminya bertugas, sempat berkomunikasi dengan putra pertamanya itu lewat sambungan selular. Dia menuturkan, komunikasi terakhir itu berlangsung, Jumat (25/4) malam. Dalam pembicaraan itu, Rukita menyebutkan akan membawakan rendang dan sepatu untuk Dimas jika bertemu malam itu.

“Cuma dia (Dimas, red) bilang bentar ya Mi, nanti jam 12 baru bisa ketemu. Ada perlu dengan senior ini. Setelah itu handponenya dimatikan,” sebut Rukita.

Karena komunikasi antara ibu dan anak ini terputus, Rukita mencoba kembali menelepon ke nomor handpone Dimas, tapi tak kunjung diangkat. Bahkan, saat dia mengirimkan pesan singkat lewat SMS, tidak juga dibalas.

“Coba saya hubungi balik ke handponenya tapi tak diangkat, SMS pun tidak dibalas. Ada perasaan rindu sama, Dimas malam itu. Tapi tak menyangka kejadian ini bakal terjadi,” ungkapnya sedih.

Hingga menjelang tengah malam, Rukita tetap menunggu kabar dari putranya yang ingin menemuinya. Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya telepon genggam istri dari pejabat Pelindo I Medan yang tengah menginap di Mall of Indonesia (MOI) bersama suaminya itu berdering.

“Yang menghubungi adalah polisi dan mengabarkan kejadiannya seperti ini. Malam itu, saya bingung dan bersama suami langsung menuju ke Mapolres Jakarta Utara,” katanya.

Di kantor polisi, Rukita dan Budi terkejut mendengar penuturan petugas. Bahkan, kedua orangtua, Dimas seperti tak percaya melihat jasad putranya yang sudah tak bernyawa di RSU Pelabuhan 2, Jakarta.”Rasanya tak percaya, sepertinya saya tak bisa menerima begitu melihat jenazah Dimas,” tambahnya.

Sebelum kejadian, Dimas tewas. Orangtuanya pernah mendengar kabar tentang penganiayaan yang dialami putranya dari Raidah ibu angkat tempat korban kos.”Pernah dengar soal itu, tapi dari ibu angkatnya. Dan ibu angkatnya dapat kabar dari Lana, pacarnya Dimas,” timpal Budi Handoko, ayah, Dimas.

Kabar penganiayaan itu juga sempat ditanyakan langsung kepada Dimas semasa hidup. Namun, pria lulusan SMA Negeri 3 Medan selalu berdalih dan mengatakan kalau itu sudah biasa karena memang merupakan bagian dari pendidikan.”Saat ditanya dia selalu bilang itu bagian dari pendidikan dan tidak mau cerita soal kejadian yang dialaminya,” ucap Budi. (rul/rbb)

Foto: Fakhrul Rozi/PM Rukita Armayanti dan Budi Handoko, orangtua, Dimas Dikita Handoko saat berada di rumah duka.
Foto: Fakhrul Rozi/PM
Rukita Armayanti dan Budi Handoko, orangtua, Dimas Dikita Handoko saat berada di rumah duka.

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rukita Arnayanti, ibu kandung dari, Dimas Dikita Handoko (19) taruna Sekolah Tinggi Ilmu Palayaran (STIP) Marunda, Jakarta yang tewas dianiaya seniornya, masih terlihat bersedih. Kematian putra sulungnya itu seakan membuat ibu beranak 3 ini tak percaya, ia berharap pelaku yang membuat anaknya tewas dihukum seberat-beratnya.

“Apa yang dialami anak saya, Dimas semoga ini yang terakhir. Saya berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang di STIP,” ujar Rukita saat ditemui di kediamannya di Jalan Cibadak Gang IX Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan, Minggu (27/4) kemarin.

Meski tahu pelaku penganiaya putranya hingga tewas telah ditahan polisi, Rukita mengaku menyerahkan proses hukum sepenuhnya kepada aparat penegak hukum. Begitupun sebut dia, para pelaku yang menjadi penyebab tewasnya Dimas harus diberi hukuman yang setimpal.

“Intinya kami tidak mau berdamai, biarkan proses hukumnya berjalan. Dan saya minta pelaku diberi hukuman seberat-beratnya atau setimpal dengan perbuatannya,” katanya didampingi Budi Handoko, suaminya.

Sudah Siapkan Rendang

Sebelum mendapat kabar Dimas tewas, Rukita yang memang sedang berada di Jakarta mendampingi suaminya bertugas, sempat berkomunikasi dengan putra pertamanya itu lewat sambungan selular. Dia menuturkan, komunikasi terakhir itu berlangsung, Jumat (25/4) malam. Dalam pembicaraan itu, Rukita menyebutkan akan membawakan rendang dan sepatu untuk Dimas jika bertemu malam itu.

“Cuma dia (Dimas, red) bilang bentar ya Mi, nanti jam 12 baru bisa ketemu. Ada perlu dengan senior ini. Setelah itu handponenya dimatikan,” sebut Rukita.

Karena komunikasi antara ibu dan anak ini terputus, Rukita mencoba kembali menelepon ke nomor handpone Dimas, tapi tak kunjung diangkat. Bahkan, saat dia mengirimkan pesan singkat lewat SMS, tidak juga dibalas.

“Coba saya hubungi balik ke handponenya tapi tak diangkat, SMS pun tidak dibalas. Ada perasaan rindu sama, Dimas malam itu. Tapi tak menyangka kejadian ini bakal terjadi,” ungkapnya sedih.

Hingga menjelang tengah malam, Rukita tetap menunggu kabar dari putranya yang ingin menemuinya. Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya telepon genggam istri dari pejabat Pelindo I Medan yang tengah menginap di Mall of Indonesia (MOI) bersama suaminya itu berdering.

“Yang menghubungi adalah polisi dan mengabarkan kejadiannya seperti ini. Malam itu, saya bingung dan bersama suami langsung menuju ke Mapolres Jakarta Utara,” katanya.

Di kantor polisi, Rukita dan Budi terkejut mendengar penuturan petugas. Bahkan, kedua orangtua, Dimas seperti tak percaya melihat jasad putranya yang sudah tak bernyawa di RSU Pelabuhan 2, Jakarta.”Rasanya tak percaya, sepertinya saya tak bisa menerima begitu melihat jenazah Dimas,” tambahnya.

Sebelum kejadian, Dimas tewas. Orangtuanya pernah mendengar kabar tentang penganiayaan yang dialami putranya dari Raidah ibu angkat tempat korban kos.”Pernah dengar soal itu, tapi dari ibu angkatnya. Dan ibu angkatnya dapat kabar dari Lana, pacarnya Dimas,” timpal Budi Handoko, ayah, Dimas.

Kabar penganiayaan itu juga sempat ditanyakan langsung kepada Dimas semasa hidup. Namun, pria lulusan SMA Negeri 3 Medan selalu berdalih dan mengatakan kalau itu sudah biasa karena memang merupakan bagian dari pendidikan.”Saat ditanya dia selalu bilang itu bagian dari pendidikan dan tidak mau cerita soal kejadian yang dialaminya,” ucap Budi. (rul/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/