28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

WN Taiwan dan Tiongkok Itu Peras Pejabat Selingkuh

Foto: Riadi/PM 11 WNA Taiwan, 20 WNA Tiangkok, 14 Wanita, dan 17 Laki-laki. diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).
Foto: Riadi/PM
11 WNA Taiwan, 20 WNA Tiangkok, 14 Wanita, dan 17 Laki-laki. diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah sebulan berjalan, baru Senin (27/7) kemarin Polda Sumut menggerebek rumah mewah di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi). Ada 31 warga asing asal Taiwan dan Tiongkok diciduk dari sana. Mereka adalah sindikat penipuan online dengan sasaran pejabat korup dan selingkuh serta pengusaha.

Terkuaknya kasus ini berawal dari kecurigaan warga komplek. Sebab, rumah di Blok E no 81 yang berada di sebelah lapangan golf, tiap malam terlihat ada aktifitas. Saban malam, wrga kerap melihat cahaya-cahaya dari dalam rumah, namun penghuninya jarang terlihat. Terlebih saat siang, penghuninya tak pernah terlihat keluar, apalagi bersosialisasi.

Kecurigaan warga menjadi. Sebab rumah bercat kuning telur tersebut, lama kosong dan sebulan lalu baru dihuni. Tapi penghuninya tak pernah terlihat keluar untuk berbaur dengan warga. Dapat informasi itu, dilakukan pengintaian selama 3 hari dan terbukti ada aktifitas mencurigakan di rumah milik Jaya Rahma tersebut.

Barulah, sekira pukul 06.00, polisi bergerak menggerebeknya. Namun sempat terhalang. Karena penjaga rumah mengunci seluruh pintu. Beberapa menit kemudian, barulah pintu dibuka dan akhirnya petugas masuk. Semua orang di dalam diperiksa, aktifitas juga dihentikan.

Polisi sempat heran karena begitu banyak peralatan elektronik, terutama laptop dan ponsel. Saat ditanyai, barulah terkuak kalau orang-orang di dalam, adalah warga asing. Ada 11 dari Taiwan dan 20 orang dari Tiongkok. Terkuak pula aktifitas penipuan yang dilakukan lewat ponsel dan internet. Namun, sejumlah laptop dan ponsel sudah sempat dibakar. Diduga untuk menghilangkan barang bukti di dalamnya. Setelah mengamankan para pekerja dan barang bukti, dipanggil penerjemah untuk memudahkan penyelidikan.

Kapoldasu Irjen Eko Hadi Sutedjo didampingi Dirkrimsus Kombes Ahmad Haydar dan Wadirkrimsus AKBP Maruli Siahaan menjelaskan, dari keterangan sementara para WNA, korban-korban mereka warga negara Taiwan dan China. Modusnya mengaku sebagai pejabat, menawarkan jabatan kepada seseorang dengan meminta imbalan. “Jadi, bila korban mau, maka uang ditransfer sesuai panduan dari pekerja. Korbannya rata-rata dari Cina dan Taiwan,” terangnya kepada POSMETRO MEDAN.

Lanjutnya, 31 warga asing itu tiba di Indonesia sekira satu bulan lalu melalui Bandara Soekarno Hatta, kemudian terbang ke Medan.

“Ke 31 WNA ini kunjungan wisata dan menyewa rumah di sini selama sebulan,” sambungnya. “Mereka melakukan ini demi mendapatkan uang dengan cara penipuan,” sebut Eko. Orang yang membawa para pelaku adalah warga Indonesia yang tinggal di Hongkong. Itu masih diselidiki. Sedangkan selama berada di Medan, makanan dan minuman para WNA itu disediakan dua penjaga rumah dan seorang sopir.

“Bila para pekerja hendak keluar rumah, disediakan satu mobil Honda Stream B 1755 NMG, yang kini dijadikan barang bukti. Untuk saat ini, kita hanya sebatas mengamankan, dan akan berkordinasi dengan pihak Imigrasi dan kepolisian Cina,” katanya. “Pihak Imigrasi nantinya akan mengecek kelengkapan surat-surat mereka,” tukasnya.

Barang bukti yang diamankan diantaranya 6 laptop yang telah dirusak, 1 laptop dalam kondisi bagus, 2 TV 50 inchi dan 24 inchi, 10 HT, 54 telepon kabel, 1 printer, 27 paspor, 65 hp, 12 keyboard komputer 5 di antaranya telah dirusak, 2 unit UPS, 2 modem dan 2 hp yang sudah terbakar.

Selain itu ditemukan 112 lembar uang yuan (china) senilai 18,250 yuan, 60 bath, 10 dollar US, 6.000 uang Taiwan dan Rp1,250 juta.

“Kita juga berusaha terus untuk mendalami jaringan mereka. Dan, pemilik rumah sudah kita panggil untuk memberikan keterangan. Dari hasil pengumpulan keterangan sampai saat ini, orang yang paling bertanggung jawab adalah inisial AB kewarganegaraan Cina,” bebernya.

“Jadi, si AB yang mengkordinir dari Cina, sedangkan orang kepercayaan di Medan bernama Wiliam. Juga warga keturunan dan masih terus kita periksa intensif. Modus penipuan seperti ini sudah mulai dilakukan. Kita harapkan masyarakat tidak cepat percaya,” tandas jendral bintang dua itu.

Sumber koran ini menduga, sindikat ini ada kaitannya dengan sindikat serupa yang digerebek Polda Metro Jaya di Rumah Nomer 15, Kemang Selatan, Jakarta, Senin (25/5) lalu. Otak pelakunya di sana adalah orang Indonesia yang awalnya menyangkal warga Indoensia. Orang yang diamankan juga sama, 31 orang asing dari Tiongkok dan Taiwan.

Dalam melakukan aksinya, warga Tiongkok dan warga Taiwan berpura-pura sebagai pejabat negara dan menghubungi seseorang yang berprofesi sebagai pengusaha yang tinggal di negara Tiongkok via telepon dan atau via surat elektronik. Para tersangka menjanjikan proyek dan pengusaha tersebut diminta sejumlah uang (proyek tersebut fiktif) dan melakukan pemerasan terhadap para pejabat negara Tiongkok yang diketahui korupsi dan selingkuh.

Jaringan besar ini tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai tempat melakukan aksi. Dua negara lainnya di Asia Tenggara yakni, Myanmar dan Kamboja juga sebagai tempat para warga Tiongkok ini melakukan penipuan online.

Imigrasi Tunggu Polda
Keberadaan warga asing yang akhirnya diciduk polisi dan diyakini terlibat penipuan lewat dunia maya, jelas tak lepas dari imigrasi. Meski polisi mengaku yang diamankan itu datang sebagai turis, namun Dra Sabarita Ginting selaku Kepala Bidang Intelijen, Penindakan, Informasi, dan Sarana Komunikasi Keimigrasian Wilayah Sumut, mengaku kalau belum dapat memberikan keterangan. “Kita saat ini belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut,” terangnya saat dikonfirmasi, Senin (27/7) sore.

Lanjutnya kalau saat ini pihaknya masih menunggu pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. “Kita masih menunggu proses pemeriksaan mereka, setelah selesai baru kita dapat memberikan keterangan,” ujarnya. Saat ditanyai mengenai ijin tinggal WNA tersebut, dirinya juga mengaku masih belum dapat memberikan komentar. “Kita belum bisa komentar, kita tunggu pemeriksaannya dahulu,” terangnya.

Lalu saat ditanyai apakah ada melakukan pengecekan terhadap WNA yang masuk ataupun tinggal di Medan, dirinya mengaku kalau pengawasan dan pengecekan selalu dilakukan. “Kita ada melakukan pengawasan dan pengecekan, dan itu berdasarkan dengan wilayah kerja kantor imigrasi,” ujarnya singkat.(gib/bay/trg)

Foto: Riadi/PM 11 WNA Taiwan, 20 WNA Tiangkok, 14 Wanita, dan 17 Laki-laki. diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).
Foto: Riadi/PM
11 WNA Taiwan, 20 WNA Tiangkok, 14 Wanita, dan 17 Laki-laki. diamankan oleh pihak Poldasu di Komplek Tasbi Medan, Senin (27/7/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah sebulan berjalan, baru Senin (27/7) kemarin Polda Sumut menggerebek rumah mewah di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi). Ada 31 warga asing asal Taiwan dan Tiongkok diciduk dari sana. Mereka adalah sindikat penipuan online dengan sasaran pejabat korup dan selingkuh serta pengusaha.

Terkuaknya kasus ini berawal dari kecurigaan warga komplek. Sebab, rumah di Blok E no 81 yang berada di sebelah lapangan golf, tiap malam terlihat ada aktifitas. Saban malam, wrga kerap melihat cahaya-cahaya dari dalam rumah, namun penghuninya jarang terlihat. Terlebih saat siang, penghuninya tak pernah terlihat keluar, apalagi bersosialisasi.

Kecurigaan warga menjadi. Sebab rumah bercat kuning telur tersebut, lama kosong dan sebulan lalu baru dihuni. Tapi penghuninya tak pernah terlihat keluar untuk berbaur dengan warga. Dapat informasi itu, dilakukan pengintaian selama 3 hari dan terbukti ada aktifitas mencurigakan di rumah milik Jaya Rahma tersebut.

Barulah, sekira pukul 06.00, polisi bergerak menggerebeknya. Namun sempat terhalang. Karena penjaga rumah mengunci seluruh pintu. Beberapa menit kemudian, barulah pintu dibuka dan akhirnya petugas masuk. Semua orang di dalam diperiksa, aktifitas juga dihentikan.

Polisi sempat heran karena begitu banyak peralatan elektronik, terutama laptop dan ponsel. Saat ditanyai, barulah terkuak kalau orang-orang di dalam, adalah warga asing. Ada 11 dari Taiwan dan 20 orang dari Tiongkok. Terkuak pula aktifitas penipuan yang dilakukan lewat ponsel dan internet. Namun, sejumlah laptop dan ponsel sudah sempat dibakar. Diduga untuk menghilangkan barang bukti di dalamnya. Setelah mengamankan para pekerja dan barang bukti, dipanggil penerjemah untuk memudahkan penyelidikan.

Kapoldasu Irjen Eko Hadi Sutedjo didampingi Dirkrimsus Kombes Ahmad Haydar dan Wadirkrimsus AKBP Maruli Siahaan menjelaskan, dari keterangan sementara para WNA, korban-korban mereka warga negara Taiwan dan China. Modusnya mengaku sebagai pejabat, menawarkan jabatan kepada seseorang dengan meminta imbalan. “Jadi, bila korban mau, maka uang ditransfer sesuai panduan dari pekerja. Korbannya rata-rata dari Cina dan Taiwan,” terangnya kepada POSMETRO MEDAN.

Lanjutnya, 31 warga asing itu tiba di Indonesia sekira satu bulan lalu melalui Bandara Soekarno Hatta, kemudian terbang ke Medan.

“Ke 31 WNA ini kunjungan wisata dan menyewa rumah di sini selama sebulan,” sambungnya. “Mereka melakukan ini demi mendapatkan uang dengan cara penipuan,” sebut Eko. Orang yang membawa para pelaku adalah warga Indonesia yang tinggal di Hongkong. Itu masih diselidiki. Sedangkan selama berada di Medan, makanan dan minuman para WNA itu disediakan dua penjaga rumah dan seorang sopir.

“Bila para pekerja hendak keluar rumah, disediakan satu mobil Honda Stream B 1755 NMG, yang kini dijadikan barang bukti. Untuk saat ini, kita hanya sebatas mengamankan, dan akan berkordinasi dengan pihak Imigrasi dan kepolisian Cina,” katanya. “Pihak Imigrasi nantinya akan mengecek kelengkapan surat-surat mereka,” tukasnya.

Barang bukti yang diamankan diantaranya 6 laptop yang telah dirusak, 1 laptop dalam kondisi bagus, 2 TV 50 inchi dan 24 inchi, 10 HT, 54 telepon kabel, 1 printer, 27 paspor, 65 hp, 12 keyboard komputer 5 di antaranya telah dirusak, 2 unit UPS, 2 modem dan 2 hp yang sudah terbakar.

Selain itu ditemukan 112 lembar uang yuan (china) senilai 18,250 yuan, 60 bath, 10 dollar US, 6.000 uang Taiwan dan Rp1,250 juta.

“Kita juga berusaha terus untuk mendalami jaringan mereka. Dan, pemilik rumah sudah kita panggil untuk memberikan keterangan. Dari hasil pengumpulan keterangan sampai saat ini, orang yang paling bertanggung jawab adalah inisial AB kewarganegaraan Cina,” bebernya.

“Jadi, si AB yang mengkordinir dari Cina, sedangkan orang kepercayaan di Medan bernama Wiliam. Juga warga keturunan dan masih terus kita periksa intensif. Modus penipuan seperti ini sudah mulai dilakukan. Kita harapkan masyarakat tidak cepat percaya,” tandas jendral bintang dua itu.

Sumber koran ini menduga, sindikat ini ada kaitannya dengan sindikat serupa yang digerebek Polda Metro Jaya di Rumah Nomer 15, Kemang Selatan, Jakarta, Senin (25/5) lalu. Otak pelakunya di sana adalah orang Indonesia yang awalnya menyangkal warga Indoensia. Orang yang diamankan juga sama, 31 orang asing dari Tiongkok dan Taiwan.

Dalam melakukan aksinya, warga Tiongkok dan warga Taiwan berpura-pura sebagai pejabat negara dan menghubungi seseorang yang berprofesi sebagai pengusaha yang tinggal di negara Tiongkok via telepon dan atau via surat elektronik. Para tersangka menjanjikan proyek dan pengusaha tersebut diminta sejumlah uang (proyek tersebut fiktif) dan melakukan pemerasan terhadap para pejabat negara Tiongkok yang diketahui korupsi dan selingkuh.

Jaringan besar ini tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai tempat melakukan aksi. Dua negara lainnya di Asia Tenggara yakni, Myanmar dan Kamboja juga sebagai tempat para warga Tiongkok ini melakukan penipuan online.

Imigrasi Tunggu Polda
Keberadaan warga asing yang akhirnya diciduk polisi dan diyakini terlibat penipuan lewat dunia maya, jelas tak lepas dari imigrasi. Meski polisi mengaku yang diamankan itu datang sebagai turis, namun Dra Sabarita Ginting selaku Kepala Bidang Intelijen, Penindakan, Informasi, dan Sarana Komunikasi Keimigrasian Wilayah Sumut, mengaku kalau belum dapat memberikan keterangan. “Kita saat ini belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut,” terangnya saat dikonfirmasi, Senin (27/7) sore.

Lanjutnya kalau saat ini pihaknya masih menunggu pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. “Kita masih menunggu proses pemeriksaan mereka, setelah selesai baru kita dapat memberikan keterangan,” ujarnya. Saat ditanyai mengenai ijin tinggal WNA tersebut, dirinya juga mengaku masih belum dapat memberikan komentar. “Kita belum bisa komentar, kita tunggu pemeriksaannya dahulu,” terangnya.

Lalu saat ditanyai apakah ada melakukan pengecekan terhadap WNA yang masuk ataupun tinggal di Medan, dirinya mengaku kalau pengawasan dan pengecekan selalu dilakukan. “Kita ada melakukan pengawasan dan pengecekan, dan itu berdasarkan dengan wilayah kerja kantor imigrasi,” ujarnya singkat.(gib/bay/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/