JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Booming batu akik ikut menumbuhkan ekonomi mikro karena banyak usaha kecil dan menengah (UKM) baru. Salah satu cara untuk menjaga agar trend itu tidak buru-buru hilang adalah dengan menggelar pameran dalam skala besar. Seperti Batu Nusantara Show and Contest Piala Puan Maharani yang digelar Rakyat Merdeka (grup Sumut Pos).
Pameran yang mengambil tempat di Hall Rakyat Merdeka Intermark Mixed Used Development BSD City, Kota Tangerang Selatan itu menghadirkan 250 penjual batu akik dari berbagai kota. Event itu punya skala tertinggi karena memperebutkan total piala 6 menteri.
“Belum ada pameran batu akik yang seperti ini sebelumnya,” ujar Dirut Rakyat Merdeka Margiono saat opening ceremony, kemarin. Menurutnya, akik perlu dijaga karena punya keunikan tersendiri dalam perjalanannya hingga booming. Berawal dari trend orang kecil, lantas mempengaruhi kelas atas.
Itulah kenapa, pameran itu digelar sangat meriah. Pemilik batu mulia terbaik bisa mengikuti kontes. Selain piala Puan Maharani selaku Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), ada piala lima menteri yang bisa direbut. Yakni, Kementerian Dalam Negeri, Perindustrian, Pariwisata, Koperasi dan UKM, dan Kementerian Sosial.
Puan Maharani yang mengenakan batik cokelat punya cerita lucu saat membuka acara yang dihadiri oleh Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda, mantan Dirut BUMN Dahlan Iskan, Wakil Ketua MK Anwar Usman, hingga Menteri Perindustrian Saleh Husin itu. Awalnya, dia ragu namanya dijadikan piala kontes batu akik.
“Piala Puan Maharani? Kok, saya ya. Setahu saya, yang kolektor batu itu bapak saya, Taufik Kiemas,” katanya. Saat bimbang, bagian yang menyortir surat meyakinkan dia bahwa itu penting. Apalagi, akhir-akhir ini akik menjadi sering dibacarakan oleh berbagai kalangan.
Setelah melihat keseriusan panitia, dia akhirnya setuju. Apalagi, meski tidak suka batu akik, dia sebenarnya cukup dekat orang-orang yang gemar batu. Salah satunya, dengan Mendagri Tjahyo Kumolo yang disebutnya sering bawa banyak batu di tasnya. “Dia suka ngeliatin koleksinya. Pakai senter,” katanya.
Para pengunjung tertawa saat Puan diminta melihat serat batu yang disinari Tjahyo. Lantaran dia tidak tahu soal batu, dia bingung serat apa yang dimaksud. Mantan Sekjen PDI P itu tidak menyerah, diambilnya batu lain dan disinari lagi saat disodorkan ke Puan.
“Nggak ada garisnya, Om. Kebetulan, saya memang memanggil (Tjahjo) Om,” tuturnya. Mungkin karena kesal, Tjahyo akhirnya menyuruh Puan untuk menyinari batu sendiri. Akhirnya, dia mengiyakan melihat garis dari suatu batu untuk mengakhiri perdebatan. Padahal, aslinya Puan tetap tidak melihat garis atau serat batu.
Tidak cukup sampai di situ, ajudan Tjahyo juga pernah diguyoni Puan. Ceritanya, kemana-mana Tjahyo suka menitipkan tasnya yang penuh batu ke ajudannya. Gara-gara isinya banyak batu, tentu saja tas menjadi sangat berat. “Badanmu kok tambah kekar, sering bawa batu, ya,” candanya disambut tawa pengunjung pameran.
Dia lantas mengatakan, batu akik memang menumbuhkan lapangan kerja baru. Bahkan, gara-gara menjadi pengrajin batu akik, bisa mendapat penghasilan per hari sampai Rp 150 ribu. “Banyak yang penghasilannya dulu tidak segitu. Bisa untuk makan sampai tiga kali sehari,” imbuhnya.
Sementara, Pembina Asosiasi Batu Mulia Indonesia (ABAMI) Jenderal TNI (Purn) Wiranto menyebut, ada sekitar 14 juta orang yang kini hidup dari lingkaran bisnis akik. Kalau trend batu sampai turun, berarti ada belasan juta orang yang terancam kehilangan pekerjaan.
“Kami ingin batu mulia Indonesia bukan menjadi trend sesaat. Tapi komoditas yang bisa dijual keluar,” ujar Wiranto yang mengenakan kemeja kotak-kotak dengan rambut klimisnya. Dia tahu sendiri karena saat mengunjungi Manokwari, Papua, banyak yang mulai meninggalkan jualan sayur.
Alasannya, uang yang didapat dari menjual sayuran tidak seberapa karena hanya sekitar Rp15 ribu. Banyaknya orang-orang yang meninggalkan pekerjaan lama membuat batu akik beda dari trend ikan louhan atau tanaman hias gelombag cinta. “Trendnya cuma sebentar tidak apa karena yang beralih pekerjaan tidak banyak” tuturnya. (dim/jpg/rbb)