26.7 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Kenang Siti, SMPN 27 Gelar Lomba Puisi

Foto: Amri/PM Jenazah Siti Aminah saat diturunkan dari mobil pick up, rabu (26/11/2014).
Foto: Amri/PM
Jenazah Siti Aminah saat diturunkan dari mobil pick up, rabu (26/11/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Siti Aminah (34), guru SMPN 27 Medan yang tewas tragis akibat kecelakaan di Jalan Menteng 7 Kec. Medan Denai, Rabu siang dua hari lalu, langsung dikebumikan, Rabu (26/11) malam di Huta Bazoka Utara, Nagori Bah Jambi, Kec. Jawa Maraja Bahjambi, sekitar pukul 20.30. Ia dikebumikan tak jauh dari rumahnya.

Suami Siti, Nyoman (39), mengaku pemakaman istrinya memang sengaja dilakukan malam itu juga. Mengingat waktu yang sudah tidak memungkinkan lagi menunggu di pagi hari, sebab setiap korban kecelakaan harusnya dikuburkan secepatnya. Kematian Siti juga tak membuat Nyoman kembali ke kampung halamannya di Banda Aceh. Dia mengaku akan tetap tinggal di Medan bersama kedua anaknya dan mertuanya. “Selain itu aku juga kerja di Medan, di perusahaan rokok Class Mild,” katanya.

Dalam peristiwa kecelakaan yang menimpa istrinya tersebut, ia mengaku, tidak ada merasakan sesuatu hal yang mengganjal pada dirinya, dan tidak ada tingkah istrinya yang terlihat aneh didepannya. “Pas mau pergi kerja itu, saja. Tidak ada pertanda apapun, pagi itu dia memang permisi samaku,” katanya.

Dia juga terngiang keinginan istrinya untuk menerima SK PNS. Hal tersebut juga telah sering diceritakan istrinya, karena istrinya yang bekerja sebagai guru honor di SMP tersebut sejak 2005 telah lama menginginkannya. “Tapi SK-nya sampai sekarang ini, belum keluar juga, memang telah lama ditunggunya. Tapi, dengan kejadian ini, memang nasiblah sudah seperti ini,” katanya dengan wajah yang sedih dan mata berkaca-kaca.

Dikenang Nyoman, dia bertemu istrinya, saat kuliah di STEI Budi Darma tahun 2006. Kebetulan keduanya sama-sama jurusan Teknik Informatika. Perkenalan mereka tersebut, membuat mereka cukup akrab dan tak lama kemudia menjadi sebagai sepasang kekakasih. “Kami pacaran tak lama, hanya sekira 1 tahun saja. Waktu kami pacaran dia sudah menjadi guru honor,” katanya. Mereka menikah pada tahun 2008 dan saat ini sudah dikarunia dua orang anak.

Terpisah, suasana berduka masih tergambar di SMPN 27 Medan. Sejumlah murid kelas 2 dan 3 di sana, mengaku sulit mendapat sosok guru seperti Siti. “Baik ibu itu, semalam dia mengajar, pas pulang bilang sampai ketemu lagi ya. Gitu katanya Bang, rupanya gak ketemu ketemu lagi kami,” ungkap Rudi.

“Sampai saat ini belum ada guru penggantinya karena kita masih berduka. Nantilah kita cari guru penggantinya,” ujar drs Rinaldi, Humas SMPN 27 yang juga guru di sana. Namun, kehadiran guru pengganti Siti, diprediksi tak bakal bisa mengimbangi kebaikan Siti. “Pasti enakan Bu Siti lagi cara mengajarnya timbang guru yang baru nanti,” tebak Budi, salah seorang murid.

Pasalnya, selama mengajar Siti belum pernah memukul muridnya atau pun memaki jika ada kesalahan muridnya atau pun tidak mengerjakan tugas. “Kalau kami tidak mengerjakan tugas, paling-paling kami disuruh kutip sampah saja sama membersihkan kamar mandi,” ujar Putra.

Rekan Siti sesama guru, mengaku tidak tahu pasti soal kehidupan pribadi korban. “Kami kenalnya ya di jam sekolah saja, selama itu kami mengenalnya sebagai sosok yang baik dam bertanggung jawab,” ujar Rifai salah seorang guru. Bahkan, untuk mengenang Siti, SMPN 27 berencana menggelar perlombaan puisi dengan tema pahlawan tanpa tanda jasa. “Mau diadakan perlombaan puisi Bang untuk mengenang Bu Siti,” ujar salah seorang murid. Hal itu dibenarkan rinaldi. “Akan kita adakan perlombaan puisi untuk mengenang Siti, temanya guru tanpa tanda jasa,” ujar Rinaldi.

Bahkan sebelum mengajar kemarin (27/11) pagi, guru-guru diwajibkan untuk berdoa sejenak untuk mendiang Siti Aminah. “Kami berdoa semoga siti diterima disisinya dan dihapuskan segala dosanya,” ujar Rita (35), rekan kerja Siti.(mri/smg/trg)

Foto: Amri/PM Jenazah Siti Aminah saat diturunkan dari mobil pick up, rabu (26/11/2014).
Foto: Amri/PM
Jenazah Siti Aminah saat diturunkan dari mobil pick up, rabu (26/11/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Siti Aminah (34), guru SMPN 27 Medan yang tewas tragis akibat kecelakaan di Jalan Menteng 7 Kec. Medan Denai, Rabu siang dua hari lalu, langsung dikebumikan, Rabu (26/11) malam di Huta Bazoka Utara, Nagori Bah Jambi, Kec. Jawa Maraja Bahjambi, sekitar pukul 20.30. Ia dikebumikan tak jauh dari rumahnya.

Suami Siti, Nyoman (39), mengaku pemakaman istrinya memang sengaja dilakukan malam itu juga. Mengingat waktu yang sudah tidak memungkinkan lagi menunggu di pagi hari, sebab setiap korban kecelakaan harusnya dikuburkan secepatnya. Kematian Siti juga tak membuat Nyoman kembali ke kampung halamannya di Banda Aceh. Dia mengaku akan tetap tinggal di Medan bersama kedua anaknya dan mertuanya. “Selain itu aku juga kerja di Medan, di perusahaan rokok Class Mild,” katanya.

Dalam peristiwa kecelakaan yang menimpa istrinya tersebut, ia mengaku, tidak ada merasakan sesuatu hal yang mengganjal pada dirinya, dan tidak ada tingkah istrinya yang terlihat aneh didepannya. “Pas mau pergi kerja itu, saja. Tidak ada pertanda apapun, pagi itu dia memang permisi samaku,” katanya.

Dia juga terngiang keinginan istrinya untuk menerima SK PNS. Hal tersebut juga telah sering diceritakan istrinya, karena istrinya yang bekerja sebagai guru honor di SMP tersebut sejak 2005 telah lama menginginkannya. “Tapi SK-nya sampai sekarang ini, belum keluar juga, memang telah lama ditunggunya. Tapi, dengan kejadian ini, memang nasiblah sudah seperti ini,” katanya dengan wajah yang sedih dan mata berkaca-kaca.

Dikenang Nyoman, dia bertemu istrinya, saat kuliah di STEI Budi Darma tahun 2006. Kebetulan keduanya sama-sama jurusan Teknik Informatika. Perkenalan mereka tersebut, membuat mereka cukup akrab dan tak lama kemudia menjadi sebagai sepasang kekakasih. “Kami pacaran tak lama, hanya sekira 1 tahun saja. Waktu kami pacaran dia sudah menjadi guru honor,” katanya. Mereka menikah pada tahun 2008 dan saat ini sudah dikarunia dua orang anak.

Terpisah, suasana berduka masih tergambar di SMPN 27 Medan. Sejumlah murid kelas 2 dan 3 di sana, mengaku sulit mendapat sosok guru seperti Siti. “Baik ibu itu, semalam dia mengajar, pas pulang bilang sampai ketemu lagi ya. Gitu katanya Bang, rupanya gak ketemu ketemu lagi kami,” ungkap Rudi.

“Sampai saat ini belum ada guru penggantinya karena kita masih berduka. Nantilah kita cari guru penggantinya,” ujar drs Rinaldi, Humas SMPN 27 yang juga guru di sana. Namun, kehadiran guru pengganti Siti, diprediksi tak bakal bisa mengimbangi kebaikan Siti. “Pasti enakan Bu Siti lagi cara mengajarnya timbang guru yang baru nanti,” tebak Budi, salah seorang murid.

Pasalnya, selama mengajar Siti belum pernah memukul muridnya atau pun memaki jika ada kesalahan muridnya atau pun tidak mengerjakan tugas. “Kalau kami tidak mengerjakan tugas, paling-paling kami disuruh kutip sampah saja sama membersihkan kamar mandi,” ujar Putra.

Rekan Siti sesama guru, mengaku tidak tahu pasti soal kehidupan pribadi korban. “Kami kenalnya ya di jam sekolah saja, selama itu kami mengenalnya sebagai sosok yang baik dam bertanggung jawab,” ujar Rifai salah seorang guru. Bahkan, untuk mengenang Siti, SMPN 27 berencana menggelar perlombaan puisi dengan tema pahlawan tanpa tanda jasa. “Mau diadakan perlombaan puisi Bang untuk mengenang Bu Siti,” ujar salah seorang murid. Hal itu dibenarkan rinaldi. “Akan kita adakan perlombaan puisi untuk mengenang Siti, temanya guru tanpa tanda jasa,” ujar Rinaldi.

Bahkan sebelum mengajar kemarin (27/11) pagi, guru-guru diwajibkan untuk berdoa sejenak untuk mendiang Siti Aminah. “Kami berdoa semoga siti diterima disisinya dan dihapuskan segala dosanya,” ujar Rita (35), rekan kerja Siti.(mri/smg/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/