30.1 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Eks Gafatar Asal Medan Sudah di Semarang

ANTARA FOTO/R. Rekotomo Petugas membantu warga eks-anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang baru turun dari KRI Teluk Gilimanuk saat tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Senin (25/1). Berdasarkan data penumpang, dari 359 eks-Gafatar yang diangkut KRI Teluk Gilimanuk, 300 orang di antaranya berasal dari Yogyakarta dan selanjutnya mereka akan dibawa ke Asrama Haji Donohudan Boyolali.
ANTARA FOTO/R. Rekotomo
Petugas membantu warga eks-anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang baru turun dari KRI Teluk Gilimanuk saat tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Senin (25/1). Berdasarkan data penumpang, dari 359 eks-Gafatar yang diangkut KRI Teluk Gilimanuk, 300 orang di antaranya berasal dari Yogyakarta dan selanjutnya mereka akan dibawa ke Asrama Haji Donohudan Boyolali.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dari 1.281 mantan anggota Gafatar yang tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Rabu (27/1), ternyata tak semua asli dari Jawa yang tinggal di Mempawah. Sebagian di antaranya adalah warga Medan yang selama ini tinggal di Ketapang. Para eks Gafatar itu mengakui punya tujuan untuk menjadikan negara ini kembali swasembada pangan.

Itu diungkapkan koordinator eks Gafatar wilayah Medan, M Sofyan. Namun ia menegaskan keinginan menjadikan negara swasembada pangan tidak dengan kegiatan Gafatar yang sudah dibubarkan.

“Kita jauh-jauh sudah tinggalkan yang namanya eks Gafatar, kan sudah bubar bulan Agustus lalu, ini sudah pribadi. Kita memang ingin mengembalikan bangsa ini swasembada pangan. Ingin menjadikan negara ini yang berdaulat dalam ketahanan pangan,” kata Sofyan.

Ia juga menjelaskan, rombongannya ikut ke Jawa karena instruksi dari pemerintah setempat, bukan karena ada konflik seperti di Mempawah. Sofyan mengakui kelompoknya mengolah 62 hektar lahan termasuk dengan cara bekerjasama dengan masyarakat sekitar. “Secara umum kami tidak ingin keluar dari sana, banyak masyarakat yang ingin kami kembali,” tandasnya.

Sementara itu salah satu eks Gafatar dari Medan, Budianto mengatakan dirinya tahu Maul Mufis Tumanurung sebagai pemimpin Gafatar, namun kini ia mengaku sudah tidak lagi bergabung dengan Gafatar. Saat ini ia serius bercocok tanam. Bahkan menjalani ibadah dengan wajar. “Saya tahu (Maul Mufis), dia pemimpin Gafatar kan? Dulu ikut tapi sekarang sudah dibubarkan. Saya itu cuma ingin betani,” ujar Budianto.

Senada diungkapkan Yusuf asal Medan. Ia rela menjual rumah di Medan untuk modal di Kalbar. Namun ia menyayangkan saat akan panen dirinya justru diminta ke Semarang dan nantinya akan diberi pembinaan di asrama Haji Donohudan Boyolali. “Saya sekarang tidak tahu mau ngapain. udah tidak punya apa-apa,” kata Budianto. Diketahui 1.281 pengungsi eks gafatar itu tiba di tanjung Emas. Dari data manifest keberangkatan tercatat orang dewasa 860 jiwa, anak-anak 329 jiwa, bayi 92 jiwa, sepeda 19 unit, motor 39 unit, dan mobil 5 unit.

ANTARA FOTO/R. Rekotomo Petugas membantu warga eks-anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang baru turun dari KRI Teluk Gilimanuk saat tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Senin (25/1). Berdasarkan data penumpang, dari 359 eks-Gafatar yang diangkut KRI Teluk Gilimanuk, 300 orang di antaranya berasal dari Yogyakarta dan selanjutnya mereka akan dibawa ke Asrama Haji Donohudan Boyolali.
ANTARA FOTO/R. Rekotomo
Petugas membantu warga eks-anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang baru turun dari KRI Teluk Gilimanuk saat tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Senin (25/1). Berdasarkan data penumpang, dari 359 eks-Gafatar yang diangkut KRI Teluk Gilimanuk, 300 orang di antaranya berasal dari Yogyakarta dan selanjutnya mereka akan dibawa ke Asrama Haji Donohudan Boyolali.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dari 1.281 mantan anggota Gafatar yang tiba di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Rabu (27/1), ternyata tak semua asli dari Jawa yang tinggal di Mempawah. Sebagian di antaranya adalah warga Medan yang selama ini tinggal di Ketapang. Para eks Gafatar itu mengakui punya tujuan untuk menjadikan negara ini kembali swasembada pangan.

Itu diungkapkan koordinator eks Gafatar wilayah Medan, M Sofyan. Namun ia menegaskan keinginan menjadikan negara swasembada pangan tidak dengan kegiatan Gafatar yang sudah dibubarkan.

“Kita jauh-jauh sudah tinggalkan yang namanya eks Gafatar, kan sudah bubar bulan Agustus lalu, ini sudah pribadi. Kita memang ingin mengembalikan bangsa ini swasembada pangan. Ingin menjadikan negara ini yang berdaulat dalam ketahanan pangan,” kata Sofyan.

Ia juga menjelaskan, rombongannya ikut ke Jawa karena instruksi dari pemerintah setempat, bukan karena ada konflik seperti di Mempawah. Sofyan mengakui kelompoknya mengolah 62 hektar lahan termasuk dengan cara bekerjasama dengan masyarakat sekitar. “Secara umum kami tidak ingin keluar dari sana, banyak masyarakat yang ingin kami kembali,” tandasnya.

Sementara itu salah satu eks Gafatar dari Medan, Budianto mengatakan dirinya tahu Maul Mufis Tumanurung sebagai pemimpin Gafatar, namun kini ia mengaku sudah tidak lagi bergabung dengan Gafatar. Saat ini ia serius bercocok tanam. Bahkan menjalani ibadah dengan wajar. “Saya tahu (Maul Mufis), dia pemimpin Gafatar kan? Dulu ikut tapi sekarang sudah dibubarkan. Saya itu cuma ingin betani,” ujar Budianto.

Senada diungkapkan Yusuf asal Medan. Ia rela menjual rumah di Medan untuk modal di Kalbar. Namun ia menyayangkan saat akan panen dirinya justru diminta ke Semarang dan nantinya akan diberi pembinaan di asrama Haji Donohudan Boyolali. “Saya sekarang tidak tahu mau ngapain. udah tidak punya apa-apa,” kata Budianto. Diketahui 1.281 pengungsi eks gafatar itu tiba di tanjung Emas. Dari data manifest keberangkatan tercatat orang dewasa 860 jiwa, anak-anak 329 jiwa, bayi 92 jiwa, sepeda 19 unit, motor 39 unit, dan mobil 5 unit.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/