Isak tangis seketika pecah di rumah AKP Andar Siahaan di Jalan Pintu Air VI Gang Kelapa Kecamatan Medan Johor, Kamis (28/3) pagi. Isteri dan ketiga anak serta sanak saudara korban tidak dapat menahan sedih menyambut tibanya jenazah.
“Aku tak nyangka begitu cepat dia pergi meninggalkan kami, Dek. Saya tidak ada firasat apa pun. Saya tahunya setelah anggota menelepon kami, bahwa bapak sudah meninggal saat menangkap pelaku judi,” kata sang istri, Velegia Situmorang, kemarin.
Sebelum tewas, Velegia sempat berkomunikasi via telepon dengan korban. Tepatnya, 3 jam sebelum kejadian. Dalam pembicaraan dalam telepon itu, wanita yang dinikahi korban sejak Desember tahun 1989 itu mengatakan kalau mereka berencana membeli pakaian baru buat ketiga buah hati mereka untuk dipakai pada perayaan Paskah. “Disuruhnya aku belikan pakaian yang cantik-cantik untuk anak-anak. Setiap hari kami memang selalu berkomunikasi dengan baik via telepon, sebelum dia tidur. Memang malam kejadian itu, lebih cepat dia menghubungi dan beberapa jam kemudian, saya mendapat informasi kejadian itu. Terlalu sayang dia ini sama kami dan terlalu dimanjakannya kami,” ungkap Velegia sembari berderai air mata.
“Tapi belum kubeli, dia sudah tewas…,” tambahnya.
Menurut Velegia, suaminya pernah berkata kalau masyarakat di tempat dia bertugas masih primitif. Jadi, saat tugas dia harus ekstrawaspada. “Bapak sudah bertugas selama 3 tahun di sana,” tuturnya.
AKP Andar sekali sebulan pulang ke Medan. Jika tak bisa pulang, anak dan istrinya akan mengunjungi dia ke Dolok Panribuan. “Tidak tentu juga, memang sebulan sekali bapak pulang, kalau tidak saya kesana sama anak-anak,”sebutnya.
Velegia juga menjelaskan kalau suaminya semasa hidup memiliki hobi memancing. Diceritakannya pula kalau suaminya tidak pernah mengeluh selama bertugas menjadi polisi. Mulai dari menjabat sebagai Kanit Binmas Polsek Balige pada 2001 lalu, Kanit Narkoba Polres Tapanuli Utara pada 2003 serta menjadi Kapolsek Parmonangan pada 2004, dan Kapolsek Sipaholon pada 2008.
“Sejak menjadi Kapolsek di Dolok Pardamean ini, dia baru mengeluh. Diakuinya kalau masyarakat di tempatnya bertugas itu sangat beringas dan lebih mengutamakan hukum adat. Namun, dia selalu mengingatkan agar kami tetap tenang dan berdoa saja untuk keselamatannya,” ungkap Vegelia yang duduk di samping jasad suaminya.
Sementara anak sulung korban, Stevani br Siahaan (21) mengaku tidak mendapat firasat buruk terhadap ayahnya. Namun, mahasiswi jurusan Pendidikan Sejarah di Unimed yang rencananya akan melangsungkan wisuda pada bulan Oktober 2012 mendatang itu mengaku kalau adiknya yang bungsu, Daniel Benhurion Siahaan (15), kerap bercerita soal kematianbeberapa hari sebelum kejadian.
“Terakhir kali kenangan yang diberikan ayah pada saya adalah sepeda gunung. Adik saya si Setia Lestari dibelikan boneka Tedy Bear. Sementara adik saya yang bungsu, dibelikan handphone Nokia dan ibu dibelikan handphone dan kacamata sebagai hadiah ulang tahun pada tanggal 10 Maret lalu,” jelasnya.
Perempuan yang akrab dipanggil Mei itu menceritakan kalau ada sedikit perubahan dari ayahnya. “Beberapa bulan terakhir ini, ayah juga tidak pernah marah bahkan kalau kami salah. Dia hanya menasihati saja,” tambahnya. (mag-10)