25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

BKP: Mari Hidup Sehari tanpa Nasi

MEDAN- Mengkonsumsi beras merupakan kebiasaan, jadi jenis makanan itu bisa digantikan dengan makanan apa saja yang kelasnya sama. Hal ini bukan sebagai bagian menutupi kelemahan, melainkan memanfaatkan seluruh panganan local yang berlimpah ruah di tanah air ini.

Demikian disampaikan anggota Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan yang juga pakar diversifikasi pangan, Prof DR Posman Sibuea kepada wartawan, Selasa (28/6) saat ditemui di Kantor Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan.
Menurutnya, keragaman panganan lokal di Indonesia sebenarnya bisa menggantikan nasi, karena panganan lokal lainnya memiliki kadar protein yang sama seperti nasi. Memang banyak dikenal panganan lokal di Indonesia seperti sagu, jagung dan sikong. Semua jenis panganan itu tak kalah dengan nasi.

“Hanya saja secara pengelolaannya belum memakai teknologi canggih akibat krisis sumber daya manusia untuk pengelolaan makanan tersebut,” ucapnya.

Untuk itu, dia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut dalam gerakan satu hari tanpa nasi. Sebab bila tak diberlakukan, ancamannya impor beras akan semakin tinggi ke tanah air. Padahal negeri ini merupakan negeri kaya sumber panganan lokal.

“Gerakan satu hari tanpa nasi bukan karena kegagalan pemerintah, tapi sebagai wujud menghilangkan citra makan itu tidak harus mengonsumsi nasi,” ujarnya.

Kepala BKP Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM menyatakan diversifikasi makanan harus digalakkan untuk mengurangi konsumsi nasi. Kini, Indonesia termasuk negara mengonsumsi beras tertinggi di dunia. Negeri ini berlimpah dari sumbeh bahan makanan selain beras.

“Makan nasi ini hanya kebiasaan, sebenarnya masih ada sumber panganan local lainnya yang memiliki kadar protein yang sama,” katanya.

Hal lainnya, Posman menyebutkan, sekarang ini alih fungsi tanaman pangan ke kelapa sawit dan perumahan, membuat pemerintah kesulitan dalam meningkatkan produksi beras. Bahkan, banyak lahan lahan pertanian produktif digunakan untuk membangun berbagai mall tanpa disadari memanjakan masyarakat kota untuk berbelanja. Ancaman inilah yang menyebabkan petani kita menangis melihat keadaan ini.
“Tanpa disadari gerakan konsumtif didukung beramai-ramai, sedangkan gerakan pangan lokal ditinggalkan. Jadi mari kita bersama sehari tanpa nasi,” ajaknya.

Masyarakat harus paham, paparnya gerakan satu hari tanpa nasi adalah upaya pemerintah untuk menyadarkan bangsa yang kaya dengan sumber daya pertanian untuk tak terlalu ketergantungan dengan beras dan terigu. Saatnya bersimpati dan berempati ke petani tanah air dengan mengonsumsi singkong dan ubi jalar. (ril)

MEDAN- Mengkonsumsi beras merupakan kebiasaan, jadi jenis makanan itu bisa digantikan dengan makanan apa saja yang kelasnya sama. Hal ini bukan sebagai bagian menutupi kelemahan, melainkan memanfaatkan seluruh panganan local yang berlimpah ruah di tanah air ini.

Demikian disampaikan anggota Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan yang juga pakar diversifikasi pangan, Prof DR Posman Sibuea kepada wartawan, Selasa (28/6) saat ditemui di Kantor Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kota Medan.
Menurutnya, keragaman panganan lokal di Indonesia sebenarnya bisa menggantikan nasi, karena panganan lokal lainnya memiliki kadar protein yang sama seperti nasi. Memang banyak dikenal panganan lokal di Indonesia seperti sagu, jagung dan sikong. Semua jenis panganan itu tak kalah dengan nasi.

“Hanya saja secara pengelolaannya belum memakai teknologi canggih akibat krisis sumber daya manusia untuk pengelolaan makanan tersebut,” ucapnya.

Untuk itu, dia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut dalam gerakan satu hari tanpa nasi. Sebab bila tak diberlakukan, ancamannya impor beras akan semakin tinggi ke tanah air. Padahal negeri ini merupakan negeri kaya sumber panganan lokal.

“Gerakan satu hari tanpa nasi bukan karena kegagalan pemerintah, tapi sebagai wujud menghilangkan citra makan itu tidak harus mengonsumsi nasi,” ujarnya.

Kepala BKP Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM menyatakan diversifikasi makanan harus digalakkan untuk mengurangi konsumsi nasi. Kini, Indonesia termasuk negara mengonsumsi beras tertinggi di dunia. Negeri ini berlimpah dari sumbeh bahan makanan selain beras.

“Makan nasi ini hanya kebiasaan, sebenarnya masih ada sumber panganan local lainnya yang memiliki kadar protein yang sama,” katanya.

Hal lainnya, Posman menyebutkan, sekarang ini alih fungsi tanaman pangan ke kelapa sawit dan perumahan, membuat pemerintah kesulitan dalam meningkatkan produksi beras. Bahkan, banyak lahan lahan pertanian produktif digunakan untuk membangun berbagai mall tanpa disadari memanjakan masyarakat kota untuk berbelanja. Ancaman inilah yang menyebabkan petani kita menangis melihat keadaan ini.
“Tanpa disadari gerakan konsumtif didukung beramai-ramai, sedangkan gerakan pangan lokal ditinggalkan. Jadi mari kita bersama sehari tanpa nasi,” ajaknya.

Masyarakat harus paham, paparnya gerakan satu hari tanpa nasi adalah upaya pemerintah untuk menyadarkan bangsa yang kaya dengan sumber daya pertanian untuk tak terlalu ketergantungan dengan beras dan terigu. Saatnya bersimpati dan berempati ke petani tanah air dengan mengonsumsi singkong dan ubi jalar. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/