MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus positif Covid-19 di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan secara signifikan. Padahal, segala daya dan upaya telah dilakukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut. Namun upaya itu seakan sia-sia, karena banyak masyarakat belum mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 3M; memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
KEPALA Dinas Kesehatan Sumut, dr Alwi Mujahit Hasibuan mengajak masyarakat untuk mengikuti semua anjuran dan aturan pemerintah agar pandemi Covid-19 cepat melandai, bahkan berlalu dari provinsi ini. Seperti diketahui, menjelang penerapan tatanan normal baru di Sumut, angka terinfeksi positif Covid-19 sampai Minggu (28/6), sudah mencapai 1.467 orang. Adapun 383 orang diantaranya dinyatakan sembuh, dan 92 orang meninggal dunia.
“Polanya ini yang belum dapat kita sampai sekarang. Kuncinya, masyarakat mesti ikut (anjuran) pemerintah Yakni menerapkan 3M; memakai masker; mencuci tangan; menjaga jarak,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Alwi Mujahit Hasibuan menjawab Sumut Pos, kemarin.
Pihaknya mengakui, kurva terinfeksi Covid-19 di Sumut sempat melandai sedikit sebelum Lebaran lalu. Namun, seminggu setelah Lebaran, ditambah isu penerapan normal baru akan dilakukan, kurva orang yang terjangkit virus semakin tinggi hingga kini. “Susahnya kita, masyarakat menganggap seperti tak ada kejadian. Menganggap normal baru adalah kehidupan sudah kembali normal. Padahal, normal baru merupakan kehidupan normal di tengah Covid-19. Tapi ya begitulah adanya masyarakat kita. Mau bagaimana lagi kita bilang,” katanya.
Bukan tanpa daya dan upaya, Pemprov Sumut melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19, baik provinsi hingga kabupaten dan kota, sudah bersinergi dan menyosialisasikan 3M tersebut. Bahkan sudah pula pernah dilakukan penyekatan di berbagai titik keramaian, seperti lalu lintas atau di jalanan, namun seolah tak ada artinya.
“Minggu lalu kami bahkan sudah pada tahap semangat yang terendah. Semua cara dan upaya sudah kami lakukan. Bahkan pengawasan langsung di tempat-tempat keramaian oleh petugas kami, imbauan-imbauan 3M juga dipasang pada titik-titik itu. Begitupun penyekatan sudah dilakukan, sampai kita sadari ekonomi morat marit karena itu. Jadi ya begitulah kondisi kita,” ungkap mantan kepala Dinkes Labuhanbatu itu.
“Angka terinfeksi semakin tinggi dikarenakan sudah mulai banyak orang yang dites, lalu menunjukan hasil positif. Alat kita sudah mulai mencukupi untuk itu, jadi wajar bila angkanya signifikan,” sambung dia.
Menjelang penerapan normal baru, diakui Alwi, hal ini sudah menjadi pilihan pemerintah. Kata kuncinya, tegas Alwi, masyarakat tetap harus patuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. “Sebenarnya persyaratan tentang new normal dari WHO, banyak yang belum bisa kita penuhi. Termasuk yang 3M tadi. Namun ini sudah menjadi pilihan, dan kita harus siap menjalankannya. Sekali lagi kami tekankan, kalau masyarakat ikut dan bersama-sama dengan pemerintah, new normal menjadi lebih mudah kita lakukan. Bahkan kita pun optimis, pandemi ini segera berlalu dari Sumut dan Indonesia,” terangnya.
Pihaknya berharap, semua orang atau kelompok masyarakat yang punya pengaruh, ikut terlibat aktif membantu pemerintah untuk menyebarluaskan kebiasaan 3M menuju normal baru. “Cara kita hanya terus dorong dan upayakan 3M tersebut. Hal ini yang selalu kami kampanyekan. Karena dengan begitu rantai penularan virus tidak akan bertambah. Kami juga ingatkan bahwa sekarang ini sudah rata yang kena, dari semua golongan, etnis, agama. Dari ujung ke ujung sudah kena, mulai yang anak-anak sampai orangtua,” pungkasnya.
Jubir GTPP Covid-19 Sumut, Whiko Irwan mengatakan, saat ini ranpergub normal baru sedang tahap sosialisasi di 33 kabupaten dan kota. Adapun penerapannya, direncanakan pada minggu pertama Juli 2020. “Ya, sedang sosialisasi. Masih cukup waktu sebelum diterapkan,” katanya.
Menyikapi kondisi rumah sakit rujukan Covid-19 di Medan sudah banyak dihuni pasien covid, pihaknya menyebut dapat dicover melalui RS-RS swasta yang ada. “Kan banyak RS swasta menangani pasien covid di Medan. Jadi masih bisa ditangani di situ, tinggal nanti diklaim saja ke pemerintah,” pungkasnya.
Hampir 1.500 Orang
Juru Bicara (Jubir) GTPP Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, berdasarkan rangkuman yang telah dilakukan, jumlah penderita positif melalui hasil pemeriksaan swab Polymerase Chain Reaction (PCR), pada Minggu (28/6) sudah mencapai 1.467 kasus. Dibandingkan data sebelumnya, jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 20 kasus. “Pasien positif hari ini kembali naik dari 1.447 menjadi 1.467 orang,” ungkapnya.
Meski begitu, Aris menjelaskan, untuk pasien sembuh juga kembali didapatkan sebanyak 10 orang. Totalnya, kini sudah menjadi 383 atau naik dari sebelumnya sebanyak 373 orang. Begitu pula dengan angka Pasien Dalam Pengawasan (PDP), tetapi hanya mengalami peningkatan 1 kasus menjadi 203 orang. “Untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) jumlahnya mengalami penurunan sebanyak 5 orang menjadi 1.102 orang. Sedangkan pasien meninggal tetap masih berjumlah 92 orang,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Aris juga menyampaikan, Kota Medan masih menjadi wilayah dengan kasus positif terbanyak, yakni 960 kasus. Namun begitu angka kesembuhannya juga masih yang tertinggi, yakni sebanyak 242 orang. Selanjutnya, Kabupaten Deli Serdang yang angka positifnya sebanyak 188 kasus. Sementara untuk angka kesembuhannya, tambah Aris, ada mencapai sebanyak 61 orang. “Untuk wilayah yang kasus positifnya masih nihil ada di lima Kabupaten/Kota, masing-masing Kabupaten Nias, Nias Selatan, Pakpak Bharat, Nias Utara dan juga Nias Barat,” pungkasnya.
60 Persen Warga Medan Abaikan Protokol Kesehatan
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, Akhyar Nasution, menyebut masih banyak warganya yang abai terhadap protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Padahal, kata dia, protokol kesehatan seperti cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak dan memakai masker adalah kunci untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.
“Padahal kalau masyarakat melaksanakan protokol kesehatan ini, saya yakin penularan virus Corona dapat diatasi. Ada 60 persen masyarakat yang tidak peduli dan mengabaikan protokol kesehatan,” ungkapnya, Minggu (28/6).
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun kultur dan suasana baru di tengah pandemi Covid-19. “Jika kita mau bersama-sama membangun kultur dan suasana baru ini, Insya Allah kita mampu mengatasinya,” katanya.
Menurutnya, Pemko Medan telah mempersiapkan Peraturan Wali Kota (Perwal) tentang pedoman adaptasi kebiasaan baru atau new normal. Di mana, Perwal tersebut berisikan pedoman yang harus dilakukan masyarakat guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Di Bulan Juni, diakuinya peningkatan terjadi sangat eksponensial. Penularan yang terjadi melalui warga yang masuk kategori orang tanpa gejala (OTG) kepada keluarga terdekatnya. Sebab, warga yang masuk kategori OTG terlihat sangat sehat dan tidak memperlihatkan tanda-tanda terpapar virus corona seperti batuk-batuk, bersin maupun demam.
“Setelah gencar dilakukan rapid test, barulah diketahui hasilnya reaktif. Kemudian ketika dilanjutkan dengan swab test, hasilnya ternyata positif. Padahal selama ini yang bersangkutan terlihat sehat dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Tanpa disadari, mereka telah menularkan kepada orang lain, terutama keluarga terdekatnya,” jelasnya.
Mengantisipasi penularan melalui OTG ini, jelas Akhyar, Pemko Medan akan terus melakukan rapid test kepada masyarakat. Di samping itu melalui OPD terkait, Pemko Medan akan terus melakukan razia masker sehingga masyarakat sadar akan pentingnya masker, guna mencegah terjadinya penularan virus corona.
ASN Pemko Medan Tetap WFH
Saat ini, GTPP Covid-19 Kota medan telah merampungkan Ranperwal terkait penerapan new normal dan menyerahkan draft nya ke Pemprov Sumut guna dikaji dan disesuaikan dengan Pergubsu. Namun, meski new normal akan mulai diterapkan pada 1 Juli mendatang, Pemko Medan tetap memberlakukan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bagi sebagian besar ASN-nya.
“Untuk para ASN di Pemko Medan masih WFH sampai tren covid turun,” kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Data Manusia (BKDPSDM) Kota Medan, Muslim Harahap kepada Sumut Pos, Minggu (28/6).
Dikatakan Muslim, hal itu dilakukan mengingat masih meningkatnya tren penyebaran Covid 19 di Kota Medan. Selain itu, pertimbangannya juga dapat dilihat dari jumlah kasus positif Covid 19 yang masih mengalami tren kenaikan di Kota Medan. Bahkan, 21 Kecamatan di Kota Medan telah masuk kedalam kawasan zona merah.
Tak cuma itu, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan, dari 3.925 ASN Pemko Medan yang telah menjalani rapid test, terdapat 78 orang reaktif dimana 75 diantaranya menunjukkan hasil positif saat telah mengikuti hasil test swab.
Diterang Muslim, namun bukan berarti seluruh ASN di lingkungan Pemko Medan akan bekerja dari rumah, melainkan hanya sebagian. Hal itu dilakukan untuk mendukung penerapan social distancing sebagai salah satu protokol kesehatan yang diatur dalam menghadapi pandemi Covid 19. “Masih seperti biasa, rata-rata tiap OPD ada ASN-nya yang bekerja dari kantor sekitar 30 persen, sisanya bekerja dari rumah. Untuk jumlah dan waktu bergilirnya, semua diatur dan di koordinir oleh masing-masing pimpinan OPD,” terangnya.
Namun begitu, setiap OPD memiliki jumlah ASN masuk kantor yang berbeda-beda, hal itu dikarenakan kepentingan dan kebutuhan OPD yang berbeda-beda, khususnya bagi OPD yang memiliki sistem pelayanan langsung kepada masyarakat. “Misalnya, UPT Dinkas Kesehatan, Disdukcapil, Dinas Perizinan, Dinas Kebersihan, dan banyak OPD pelayanan masyarakat lainnya. Untuk OPD-OPD tertentu yang masuk bisa mencapai 50 persen,” jelasnya.
Pun begitu, Sekretaris GTPP Covid-19 ini menegaskan, setiap OPD yang ada di Kota Medan akan menerapkan protokol kesehatan bagi setiap ASN dan seluruh pekerja yang ada untuk memutus rantai Covid 19. “Utamanya bagi yang bekerja ke kantor atau ke lapangan, pasti akan menerapkan protokol kesehatan,” tutupnya. (prn/ris/map)