30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Matthew Frank: Ungkapkan Fakta Ada Adanya, Buka Forum Debat

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Jurnalis lingkungan, Matthew Frank saat memaparkan materi mengenai Jurnalisme Lingkungan, Sebuah Perspektive dari Amerika Barat, di rumah dinas Konsulat Jenderal AS di Medan, Senin (28/8/2017).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jurnalis yang peduli dengan isu lingkungan sepatutnya membuat tulisan yang bisa menggugah sekaligus meningkatkan kepedulian pembaca terhadap isu-isu lingkungan. Dalam membuat tulisan menarik soal isu lingkungan, Matthew Frank, seorang jurnalis lingkungan  asal Amerika Serikat, menyarankan jurnalis untuk menyampaikan fakta apa adanya dengan kejujuran intelektual.

“Apa itu jurnalisme lingkungan?  Jawabnya: segalanya! Bagaimana menceritakan isu lingkungan yang baik? Datanglah langsung ke lokasi di mana isu muncul, laporkan fakta apa adanya. Muat pernyataan para pihak yang pro maupun yang kontra, ilmuwan yang pro maupun yang kontra. Buka forum debat. Dengan demikian, pembaca menjadi tercerahkan dan bisa mengambil keputusan mengenai apa yang harus dilakukan,” kata Prof Matthew Frank dari Universitas Montana, USA, saat menjadi pembicara dalam diskusi mengenai Jurnalisme Lingkungan, Sebuah Perspektive dari Amerika Barat, di rumah dinas Konsulat Jenderal AS di Medan, Senin (28/8/2017).

Dalam acara yang dihadiri Konjen AS untuk Sumatera Juha Salin, Assistant Cultural Affairs Officer Kedubes AS, Maxwell S. Harrington, belasan jurnalis serta mahasiswa itu, Matthew memberi tips mengenai peliputan jurnalisme lingkungan. Yakni, ada skenario, lokasi, manusia, data, mengapa itu terjadi, konteks, dan empati.

“Sebagai jurnalis, kita bertanya mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan? Karena kita peduli, iya kan? Saat kita peduli, dapatkah kita objektif? Bagaimana caranya? Yakni dengan mengungkapkan kebenaran. Dalam mengungkapkan kejujuran yang intelektual, jangan mengutip pernyataan pejabat yang Anda ketahui benar sebagai kebohongan,” kata Matthew.

Tips lainnya dalam peliputan jurnalisme lingkungan, kaitkanlah isu lingkungan dengan berbagai isu lainnya. Misalnya kasus kebakaran hutan yang marak terjadi –baik di Montana AS maupun di Indonesia–, dampaknya bisa dikaitkan dengan perekonomian masyarakat, kesehatan, teknologi, sosial, pendidikan, transportasi, gaya hidup, perubahan iklim, kekeringan, turisme, dan sebagainya.

“Menulis isu lingkungan dan mengaitkannya dengan berbagai isu, akan membuat orang lebih tertarik membaca. Dan agar kisahnya lebih menarik, datanglah langsung ke lokasi, wawancarai orang-orang yang terlibat, dan ceritakan kisah humanis yang mereka alami,” jelasnya.

Karya jurnalistik, kata Matthew,  tidak sekedar objektif tetapi haruslah mampu mengungkap kebenaran, dan mampu membantu publik memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Sehingga publik bisa  berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan terkait isu-isu di sekitarnya. (mea)

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Jurnalis lingkungan, Matthew Frank saat memaparkan materi mengenai Jurnalisme Lingkungan, Sebuah Perspektive dari Amerika Barat, di rumah dinas Konsulat Jenderal AS di Medan, Senin (28/8/2017).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jurnalis yang peduli dengan isu lingkungan sepatutnya membuat tulisan yang bisa menggugah sekaligus meningkatkan kepedulian pembaca terhadap isu-isu lingkungan. Dalam membuat tulisan menarik soal isu lingkungan, Matthew Frank, seorang jurnalis lingkungan  asal Amerika Serikat, menyarankan jurnalis untuk menyampaikan fakta apa adanya dengan kejujuran intelektual.

“Apa itu jurnalisme lingkungan?  Jawabnya: segalanya! Bagaimana menceritakan isu lingkungan yang baik? Datanglah langsung ke lokasi di mana isu muncul, laporkan fakta apa adanya. Muat pernyataan para pihak yang pro maupun yang kontra, ilmuwan yang pro maupun yang kontra. Buka forum debat. Dengan demikian, pembaca menjadi tercerahkan dan bisa mengambil keputusan mengenai apa yang harus dilakukan,” kata Prof Matthew Frank dari Universitas Montana, USA, saat menjadi pembicara dalam diskusi mengenai Jurnalisme Lingkungan, Sebuah Perspektive dari Amerika Barat, di rumah dinas Konsulat Jenderal AS di Medan, Senin (28/8/2017).

Dalam acara yang dihadiri Konjen AS untuk Sumatera Juha Salin, Assistant Cultural Affairs Officer Kedubes AS, Maxwell S. Harrington, belasan jurnalis serta mahasiswa itu, Matthew memberi tips mengenai peliputan jurnalisme lingkungan. Yakni, ada skenario, lokasi, manusia, data, mengapa itu terjadi, konteks, dan empati.

“Sebagai jurnalis, kita bertanya mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan? Karena kita peduli, iya kan? Saat kita peduli, dapatkah kita objektif? Bagaimana caranya? Yakni dengan mengungkapkan kebenaran. Dalam mengungkapkan kejujuran yang intelektual, jangan mengutip pernyataan pejabat yang Anda ketahui benar sebagai kebohongan,” kata Matthew.

Tips lainnya dalam peliputan jurnalisme lingkungan, kaitkanlah isu lingkungan dengan berbagai isu lainnya. Misalnya kasus kebakaran hutan yang marak terjadi –baik di Montana AS maupun di Indonesia–, dampaknya bisa dikaitkan dengan perekonomian masyarakat, kesehatan, teknologi, sosial, pendidikan, transportasi, gaya hidup, perubahan iklim, kekeringan, turisme, dan sebagainya.

“Menulis isu lingkungan dan mengaitkannya dengan berbagai isu, akan membuat orang lebih tertarik membaca. Dan agar kisahnya lebih menarik, datanglah langsung ke lokasi, wawancarai orang-orang yang terlibat, dan ceritakan kisah humanis yang mereka alami,” jelasnya.

Karya jurnalistik, kata Matthew,  tidak sekedar objektif tetapi haruslah mampu mengungkap kebenaran, dan mampu membantu publik memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Sehingga publik bisa  berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan terkait isu-isu di sekitarnya. (mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/