25.6 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Distan Diminta Cari Cara Perkuat Akar Pohon

Foto: Gatha Ginting/PM Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).
Foto: Gatha Ginting/PM
Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pascaseringnya pohon-pohon di pinggir jalan raya Kota Medan tumbang dan menimpa beberapa mobil, Walikota Medan, T Dzulmi Eldin memerintahkan Dinas Pertamanan segera memotong dahan pohon yang menjulang ke atas dan mengarah ke jalan raya. Selain itu, Dinas Pertanian dan Kelautan (Distanla) diperintahkan mencari cara agar akar pohon-pohon yang ada di pinggir jalan lebih kuat dan tidak gampang tumbang saat diterpa angin.

Instruksi ini disampaikan Dzulmi Eldin saat memimpin rapat evaluasi kinerja beserta seluruh Dewan Kota, Asisten, Staf Ahli, Pimpinan SKPD, Kepala Bagian serta Camat se-Kota Medan di Pendopo Rumah Dinas Walikota, Jalan Sudirman Medan, Senin (27/10) malam.

“Saya minta pemotongan ini secepatnya dilakukan. Sebab cuaca di Kota Medan cukup extrim dimana hujan sering disertai angin kencang. Kondisi ini tentu sangat rentan menyebabkan pohon tumbang,” kata Wali Kota didampingi Sekda Kota Medan Ir Syaiful Bahri Lubis.

Diakuinya, Dinas Pertamanan telah memangkas pohon. Tetapi hasilnya kurang efektif, sebab beban akar pohon hanya berkurang sedikit. Untuk itu, bagian atas pohon yang menjulang tinggi juga harus dipangkas, agar beban pohon lebih ringan.

Dinas Pertamanan diminta menyiapkan tim untuk siaga penuh. Begitu mendapat informasi pohon tumbang, segera turun ke lokasi untuk melakukan pemotongan sekaligus pembersihan, sehingga tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Termasuk, rutin mengawasi dahan-dahan pohon yang sudah tua dan rapuh.

Sedangkan Dinas Pertanian dan Kelautan (Distanla) diminta memganalisis cara agar seluruh pohon-pohon yang ada di pinggir jalan kuat dan tidak gampang tumbang.

“Jadi Distanla dan Dinas Pertanian harus bersinergi mengatasi pohon tumbang ini,” ungkapnya.

Di samping antisipasi pohon tumbang, Wali Kota kemudian memerintahkan kepada seluruh camat untuk melakukan pendataan terhadap infrastruktur, seperti jalan maupun drainase serta taman yang kondisinya perlu perbaikan di wilayah masing-masing. Data itu secepatnya disampaikan kepada Sekda untuk segera ditindaklanjuti.

Menurut Wali Kota, berdasarkan data-data yang telah disampaikan itulah akan dilakukan pengecekan kembali guna ditetapkan mana yang akan menjadi skala prioritas segera dilakukannya perbaikan. “Saya minta data-data itu secepatnya diserahkan kepada Sekda!” tegasnya.

Sebelumnya, kasus pohon tumbang sudah beberapa kali terjadi di Koat Medan. Bulan Oktober ini saja, pohon tumbang sudah dua kali memakan korban. Peristiwa pertama terjadi di Jalan Sudirman Medan, persis depan Rumah Dinas Gubsu yang merenggut dua nyawa, Sabtu (18/10). Kemudian, Senin (27/10) pohon asam tumbang di Jalan Teuku Umar menyebabkan 5 unit mobil rusak dan menciderai seorang warga.

 

Foto: Bayu/PM Sri Puteri, korban tertimpa pohon saat dirawat di RS Materna Medan.
Foto: Bayu/PM
Sri Puteri, korban tertimpa pohon saat dirawat di RS Materna Medan.

KORBAN TRAUMA LIHAT POHON

Korban ditimpa pohon tumbang, mengalami trauma berat melintas di sekitar pepohonan. Sri Putri Indrawati boru Sianturi (23), korban dalam peristiwa pohon tumbang di persimpangan Jalan Teuku Umar yang menimpa 5 mobil sekaligus, Senin (27/10) siang, bahkan mengaku ketakutan.

“Aku takut kalau lihat pohon di pinggir pasar itu, rasanya mau menimpaku saja,” jelas wanita penumpang mobil Toyota Avanza BK 1981 QP.

Sri Putri sendiri masih dalam perawatan dokter setelah kepalanya mengalami pendarahan akibat batang pohon berusia puluhan tahun menimpa mobil yang ditumpanginya.

Saat disambangi di ruang perawatan 3180 lantai 3 RSU Materna, Sri Putri masih merasakan nyeri di bagian kepalanya setelah mendapatkan 3 jahitan. “Denyut di kepala, agak oyong,” terang pembantu rumah tangga ini.

Majikan korban tampak perhatian dengan nasib pembantunya itu. Lulianti (45) masih terlihat menjaga Sri Putri dan terus memantau perkembangan kesehatan pembantunya itu.

Lulianti menyebutkan, jika utusan Pemko Medan sudah ada yang menjenguk Sri Putri dan berjanji akan menanggung biaya perawatan korban. “Semalam orang Pemko udah datang kemari. Katanya biaya perobatan mereka yang nanggung,” jelas penduduk Jalan Gagak Hitam Kec. Sunggal itu.

Hanya saja, wanita berparas cantik yang mengenakan baju dan celana serba hitam ini masih mengeluhkan biaya perbaikan mobilnya. Pasalnya pihak Pemko Medan tidak akan menanggung biaya perbaikannya. “Untuk biaya perbaikan mobil belum ada titik temu, katanya tidak ada anggaran untuk biaya perbaikan tersebut,” ungkapnya.

Ia tak berharap keseluruhan biaya perbaikan ditanggung Pemko Medan, hanya saja ia berharap bebannya bisa berkurang. “Kami pun tidak meminta biaya perbaikan seluruhnya, tapi mobil itu rusak parah. Kan perbaikan butuh uang, kalau kami sendirian yang nanggung kan berat kali. Apalagi kejadian ini sebenarnya yang bertanggung jawab adalah intansi terkait, dan kejadiannya itu tidak karena angin dan hujan, murni karena kelalaian dari perawatan dan pemeliharaan pohon tersebut,” ucapnya.

Ia menganggap Pemko Medan tidak serius mengatasi persoalan pohon yang mengancam keselamatan pengguna jalan. “Ini kejadian yang kedua dalam bulan ini. Seharusnya kejadian yang lalu bisa jadi pelajaran untuk mengontrol dan memelihara pohon, tetapi ini kan bukti kalau pemerintah kota Medan tidak tanggap dan terkesan cuek,” kesalnya.

Ketakutan serupa juga disampaikan Dede Prayetno (28) warga Jalan Garu II Kec. Medan Amplas. “Takut kali lah, apalagi kejadiannya gak lagi hujan aja bisa tumbang, apalagi kalau hujan, ngeri kali lah,” terang pria yang bekerja di PT Pertamina Medan ini.

Dede berharap agar Dinas Pertamanan segera mengecek pohon-pohon yang berada di pinggir jalan agar kejadian sama tidak terulang kembali.

 

Foto: Gatha Ginting/PM Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).
Foto: Gatha Ginting/PM
Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).

KEKURANGAN UNSUR HARA

Tingkat kokoh pohon-pohon yang tumbuh di Kota Medan terbilang rawan tumbang dan rapuh lantaran kurangnya unsur hara dan pertumbuhan akar tidak leluasa. Hal itu disampaikan Ir Rahmat Setiabudi, Msc, salah seorang ahli pertanian di Kota Medan.

Pria yang berprofesi sebagai dosen di Fakultas Pertanian UISU itu menerangkan bahawa jenis pohon yang biasa tumbuh di kota-kota besar adalah jenis pohon pelindung. Jenis pohon seperti ini berfungsi untuk memberikan kesejukan dan penghijauan di kota. Usia jenis pohon pelindung ini pun dapat menyentuh di angka puluhan tahun. Bahkan ada pula yang mencapai ratusan tahun. Namun, hal itu tergantung pada lokasi pohon itu ditanam, yang dapat mencukupi unsur hara (senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau fisiologi organisme) pada tanaman tersebut.

Rahmat mengatakan, usia pohon di perkotaan akan lebih kecil dibanding yang tumbuh di hutan. Sebab, unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia berlimpah di sana. “Jenis pohon ini biasanya hidup di hutan. Di hutan, unsur haranya banyak. Sehingga, pohon bisa hidup lebih lama,” ungkapnya.

Rahmat mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor, genetik, lingkungan, dan pembudidayaan. Faktor genetik berupa benih tumbuhan apakah berkualitaa atau tidak. Bahkan Rahmat mengatakan jika pohon pelindung tersebut ditanam saat masih bentuk benih. Hasilnya pohon akan memiliki akar tunjang yang kokoh. Sementara jika pohon tersebut tumbuh karena hasil dari vegetatif (stek, cangkok dan sejenisnya) maka akar yang dihasilkan akan tidak tunjang dan tidak kokoh.

Faktor berikutnya adalah lingkungan yang menyangkut tanah dan iklim. Rahmat mengatakan, tanah harus memiliki unsur hara yang cukup. Karena dapat mempengaruhi perkembangan akar tumbuhan. Lebar akar pun harus sesuai dengan lebar tajuk (dahan). Sehingga dapat menahan beban dari beratnya tajuk di atas pohon. Seperti di perkotaan akar pohon diduga tak dapat menembus tanah karena yeehalang oleh lapisan aspal. Sehingga akar tidak bisa menahanberat pohon. Deraan hujan dan debu pun mempengaruhi perkembangan pohon. Seperti banjir dan polusi udara yang mempengaruhi proses fotosintesis.

“Kalau banjir air kan menggenang di bagian akarnya lama. Akibatnya busuk dan rapuh. Nah, debu yang lengket di daun juga menutup proses fotosintesis yang terjadi lewat daun. Akibatnya dapat memperburuk kondisi pohon,” ungkapnya.

Faktor yang terakhir adalah pembudidayaan. Seperti pemupukan tanaman. Apalagi di perkotaan unsur hara tidak banyak tersedia. Untuk itu di perkotaan, pohon pelindung harus dirawat dengan melakukan pemangkasan tajuk secara periodik. Caranya pun tidak bisa sembarangan.

“Ada pemangkasan bentuk, tahap pemangkasan harus diatur. Sebaiknya dipangkas ngga sekedar dahan. Pucuknya juga harus dipangkas. Sehingga berat pohon akan bisa ditahan oleh akar,” jelas pria yang sudah 20 tahun menjadi dosen di fakultas pertanian UISU ini. (win/bay/bd)

Foto: Gatha Ginting/PM Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).
Foto: Gatha Ginting/PM
Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pascaseringnya pohon-pohon di pinggir jalan raya Kota Medan tumbang dan menimpa beberapa mobil, Walikota Medan, T Dzulmi Eldin memerintahkan Dinas Pertamanan segera memotong dahan pohon yang menjulang ke atas dan mengarah ke jalan raya. Selain itu, Dinas Pertanian dan Kelautan (Distanla) diperintahkan mencari cara agar akar pohon-pohon yang ada di pinggir jalan lebih kuat dan tidak gampang tumbang saat diterpa angin.

Instruksi ini disampaikan Dzulmi Eldin saat memimpin rapat evaluasi kinerja beserta seluruh Dewan Kota, Asisten, Staf Ahli, Pimpinan SKPD, Kepala Bagian serta Camat se-Kota Medan di Pendopo Rumah Dinas Walikota, Jalan Sudirman Medan, Senin (27/10) malam.

“Saya minta pemotongan ini secepatnya dilakukan. Sebab cuaca di Kota Medan cukup extrim dimana hujan sering disertai angin kencang. Kondisi ini tentu sangat rentan menyebabkan pohon tumbang,” kata Wali Kota didampingi Sekda Kota Medan Ir Syaiful Bahri Lubis.

Diakuinya, Dinas Pertamanan telah memangkas pohon. Tetapi hasilnya kurang efektif, sebab beban akar pohon hanya berkurang sedikit. Untuk itu, bagian atas pohon yang menjulang tinggi juga harus dipangkas, agar beban pohon lebih ringan.

Dinas Pertamanan diminta menyiapkan tim untuk siaga penuh. Begitu mendapat informasi pohon tumbang, segera turun ke lokasi untuk melakukan pemotongan sekaligus pembersihan, sehingga tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Termasuk, rutin mengawasi dahan-dahan pohon yang sudah tua dan rapuh.

Sedangkan Dinas Pertanian dan Kelautan (Distanla) diminta memganalisis cara agar seluruh pohon-pohon yang ada di pinggir jalan kuat dan tidak gampang tumbang.

“Jadi Distanla dan Dinas Pertanian harus bersinergi mengatasi pohon tumbang ini,” ungkapnya.

Di samping antisipasi pohon tumbang, Wali Kota kemudian memerintahkan kepada seluruh camat untuk melakukan pendataan terhadap infrastruktur, seperti jalan maupun drainase serta taman yang kondisinya perlu perbaikan di wilayah masing-masing. Data itu secepatnya disampaikan kepada Sekda untuk segera ditindaklanjuti.

Menurut Wali Kota, berdasarkan data-data yang telah disampaikan itulah akan dilakukan pengecekan kembali guna ditetapkan mana yang akan menjadi skala prioritas segera dilakukannya perbaikan. “Saya minta data-data itu secepatnya diserahkan kepada Sekda!” tegasnya.

Sebelumnya, kasus pohon tumbang sudah beberapa kali terjadi di Koat Medan. Bulan Oktober ini saja, pohon tumbang sudah dua kali memakan korban. Peristiwa pertama terjadi di Jalan Sudirman Medan, persis depan Rumah Dinas Gubsu yang merenggut dua nyawa, Sabtu (18/10). Kemudian, Senin (27/10) pohon asam tumbang di Jalan Teuku Umar menyebabkan 5 unit mobil rusak dan menciderai seorang warga.

 

Foto: Bayu/PM Sri Puteri, korban tertimpa pohon saat dirawat di RS Materna Medan.
Foto: Bayu/PM
Sri Puteri, korban tertimpa pohon saat dirawat di RS Materna Medan.

KORBAN TRAUMA LIHAT POHON

Korban ditimpa pohon tumbang, mengalami trauma berat melintas di sekitar pepohonan. Sri Putri Indrawati boru Sianturi (23), korban dalam peristiwa pohon tumbang di persimpangan Jalan Teuku Umar yang menimpa 5 mobil sekaligus, Senin (27/10) siang, bahkan mengaku ketakutan.

“Aku takut kalau lihat pohon di pinggir pasar itu, rasanya mau menimpaku saja,” jelas wanita penumpang mobil Toyota Avanza BK 1981 QP.

Sri Putri sendiri masih dalam perawatan dokter setelah kepalanya mengalami pendarahan akibat batang pohon berusia puluhan tahun menimpa mobil yang ditumpanginya.

Saat disambangi di ruang perawatan 3180 lantai 3 RSU Materna, Sri Putri masih merasakan nyeri di bagian kepalanya setelah mendapatkan 3 jahitan. “Denyut di kepala, agak oyong,” terang pembantu rumah tangga ini.

Majikan korban tampak perhatian dengan nasib pembantunya itu. Lulianti (45) masih terlihat menjaga Sri Putri dan terus memantau perkembangan kesehatan pembantunya itu.

Lulianti menyebutkan, jika utusan Pemko Medan sudah ada yang menjenguk Sri Putri dan berjanji akan menanggung biaya perawatan korban. “Semalam orang Pemko udah datang kemari. Katanya biaya perobatan mereka yang nanggung,” jelas penduduk Jalan Gagak Hitam Kec. Sunggal itu.

Hanya saja, wanita berparas cantik yang mengenakan baju dan celana serba hitam ini masih mengeluhkan biaya perbaikan mobilnya. Pasalnya pihak Pemko Medan tidak akan menanggung biaya perbaikannya. “Untuk biaya perbaikan mobil belum ada titik temu, katanya tidak ada anggaran untuk biaya perbaikan tersebut,” ungkapnya.

Ia tak berharap keseluruhan biaya perbaikan ditanggung Pemko Medan, hanya saja ia berharap bebannya bisa berkurang. “Kami pun tidak meminta biaya perbaikan seluruhnya, tapi mobil itu rusak parah. Kan perbaikan butuh uang, kalau kami sendirian yang nanggung kan berat kali. Apalagi kejadian ini sebenarnya yang bertanggung jawab adalah intansi terkait, dan kejadiannya itu tidak karena angin dan hujan, murni karena kelalaian dari perawatan dan pemeliharaan pohon tersebut,” ucapnya.

Ia menganggap Pemko Medan tidak serius mengatasi persoalan pohon yang mengancam keselamatan pengguna jalan. “Ini kejadian yang kedua dalam bulan ini. Seharusnya kejadian yang lalu bisa jadi pelajaran untuk mengontrol dan memelihara pohon, tetapi ini kan bukti kalau pemerintah kota Medan tidak tanggap dan terkesan cuek,” kesalnya.

Ketakutan serupa juga disampaikan Dede Prayetno (28) warga Jalan Garu II Kec. Medan Amplas. “Takut kali lah, apalagi kejadiannya gak lagi hujan aja bisa tumbang, apalagi kalau hujan, ngeri kali lah,” terang pria yang bekerja di PT Pertamina Medan ini.

Dede berharap agar Dinas Pertamanan segera mengecek pohon-pohon yang berada di pinggir jalan agar kejadian sama tidak terulang kembali.

 

Foto: Gatha Ginting/PM Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).
Foto: Gatha Ginting/PM
Sejumlah petugas memotong dahan pohon asam yang tumbang menimpa 4 mobil di Jalan Teuku Umar Kec. Medan Petisah, Senin (27/10).

KEKURANGAN UNSUR HARA

Tingkat kokoh pohon-pohon yang tumbuh di Kota Medan terbilang rawan tumbang dan rapuh lantaran kurangnya unsur hara dan pertumbuhan akar tidak leluasa. Hal itu disampaikan Ir Rahmat Setiabudi, Msc, salah seorang ahli pertanian di Kota Medan.

Pria yang berprofesi sebagai dosen di Fakultas Pertanian UISU itu menerangkan bahawa jenis pohon yang biasa tumbuh di kota-kota besar adalah jenis pohon pelindung. Jenis pohon seperti ini berfungsi untuk memberikan kesejukan dan penghijauan di kota. Usia jenis pohon pelindung ini pun dapat menyentuh di angka puluhan tahun. Bahkan ada pula yang mencapai ratusan tahun. Namun, hal itu tergantung pada lokasi pohon itu ditanam, yang dapat mencukupi unsur hara (senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau fisiologi organisme) pada tanaman tersebut.

Rahmat mengatakan, usia pohon di perkotaan akan lebih kecil dibanding yang tumbuh di hutan. Sebab, unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia berlimpah di sana. “Jenis pohon ini biasanya hidup di hutan. Di hutan, unsur haranya banyak. Sehingga, pohon bisa hidup lebih lama,” ungkapnya.

Rahmat mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor, genetik, lingkungan, dan pembudidayaan. Faktor genetik berupa benih tumbuhan apakah berkualitaa atau tidak. Bahkan Rahmat mengatakan jika pohon pelindung tersebut ditanam saat masih bentuk benih. Hasilnya pohon akan memiliki akar tunjang yang kokoh. Sementara jika pohon tersebut tumbuh karena hasil dari vegetatif (stek, cangkok dan sejenisnya) maka akar yang dihasilkan akan tidak tunjang dan tidak kokoh.

Faktor berikutnya adalah lingkungan yang menyangkut tanah dan iklim. Rahmat mengatakan, tanah harus memiliki unsur hara yang cukup. Karena dapat mempengaruhi perkembangan akar tumbuhan. Lebar akar pun harus sesuai dengan lebar tajuk (dahan). Sehingga dapat menahan beban dari beratnya tajuk di atas pohon. Seperti di perkotaan akar pohon diduga tak dapat menembus tanah karena yeehalang oleh lapisan aspal. Sehingga akar tidak bisa menahanberat pohon. Deraan hujan dan debu pun mempengaruhi perkembangan pohon. Seperti banjir dan polusi udara yang mempengaruhi proses fotosintesis.

“Kalau banjir air kan menggenang di bagian akarnya lama. Akibatnya busuk dan rapuh. Nah, debu yang lengket di daun juga menutup proses fotosintesis yang terjadi lewat daun. Akibatnya dapat memperburuk kondisi pohon,” ungkapnya.

Faktor yang terakhir adalah pembudidayaan. Seperti pemupukan tanaman. Apalagi di perkotaan unsur hara tidak banyak tersedia. Untuk itu di perkotaan, pohon pelindung harus dirawat dengan melakukan pemangkasan tajuk secara periodik. Caranya pun tidak bisa sembarangan.

“Ada pemangkasan bentuk, tahap pemangkasan harus diatur. Sebaiknya dipangkas ngga sekedar dahan. Pucuknya juga harus dipangkas. Sehingga berat pohon akan bisa ditahan oleh akar,” jelas pria yang sudah 20 tahun menjadi dosen di fakultas pertanian UISU ini. (win/bay/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/